Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 451 - Chapter 460

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 451 - Chapter 460

500 Chapters

Bab 451 – TA S2 - Tidak Ada Pengganggu

Marsha menggeliat, dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Saat matanya terbuka, dia menoleh ke samping. Marsha mendesah pelan, ketika mendapati suaminya sudah tidak ada di sampingnya. Tatapan Marsha kini teralih pada tubuh polosnya yang hanya terbalut dengan selimut tebal. Senyum dibibirnya terukir mengingat sang suami menyentuh tubuhnya dengan terus memuja dirinya. Ya, sejak dulu William tidak pernah bosan untuk memuji setiap inchi tubuhnya. William akan selalu mengatakan, Marsha memiliki kulit dan tubuh yang indah. Kini Marsha berajak dari tempat duduknya, dia langsung memakai dress sederhana yang biasa dia pakai di rumah. Terdengar suara dering ponsel berbunyi, Marsha mengalihkan pandangannya, lalu menatap ke layar tertera nama Karin di sana. Tanpa menunggu, dia menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ya, Karin?" jawab Marsha saat panggilan terhubung. "Marsha, Sean akan menginap di rumah baruku dan Frans. Tadi Frans sudah meng
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 452 – TA S2 - Skyworld Taman Mini Indonesia Indah

Kini Frans dan Karin sudah berada di Skyworld Taman Mini Indonesia Indah. Sebuah wahana bermain untuk anak-anak yang bisa merasakan menjadi seorang astronot. Ya, tadi pagi Karin sengaja membawa Sean ke wahana bermain ini. Sudah sejak tadi Sean memekik kegirangan karena dia bisa berpakian baju astronot. Tidak hanya itu, suasana yang seperti di luar angkasa membuat Sean tampak begitu bahagia. Ini adalah hal baru bagi Sean, tentu Karin mengetahuinya. Mengingat William selalu memberikan kemewahan pada Sean, dia sudah menduga William tidak pernah memberikan hal yang sederhana. Beruntung hari ini, ketika Karin mengajak Sean ke Skyworld Taman Mini Indonesia Indah, Sean terlihat sangat begitu antusias dan bahagia selama dia bermain. "Sayang, kau tahu tempat ini dari mana?" tanya Frans sambil terus melihat Sean yang tengah asik melihat layar tv yang memperlihatkan suasana luar angkasa. "Keponakanku memberitahuku," Karin menoleh, dan tersenyum memperlihatkan gigi putihnya. "Mungkin diusiamu
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 453 – TA S2 - White Lie

Sepanjang perjalanan suasana hening tercipta. Karin melirik Frans yang sejak tadi hanya fokus menyetir mobil. Sedangkan Sean tengah tertidur pulas dalam pelukannya. Sejak keluar dari restoran, Frans tidak mengatakan sepatah katapun pada Karin. Dia hanya diam, dan menjawab seperlunya. Jujur saja, Karin kesal dengan sikap Frans yang mendiamkannya itu. "Frans, kau kenapa?" Karin bertanya dengan suara pelan. Dia tidak ingin membangunkan Sean yang tengah tertidur pulas. "Tidak apa-apa," tukas Frans dingin. Karin berdecak. "Aku ini sudah lama denganmu, Frans. Bagaimana mungkin, aku tidak mengenal dirimu. Katakan padaku, ada apa?" "Siapa Bimo?" Frans melirik Karin, dia bertanya dengan raut wajah dingin dan tampak terlihat kemarahannya. "Tunggu," sela Karin cepat. "Jadi kau marah karena Bimo?" tanyanya yang bingung. Karin sungguh tidak menyangka, Frans marah dengannya hanya karena Bimo. "Kau tadi memuji pria itu!" tukas Frans dingin. "Astaga, Frans!" seru Karin seraya menepuk pelan len
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 454 – TA S2 - Apa Kau Mengenal Bimo?

Marsha dan Karin kini tengah menata makanan yang telah mereka masak di meja makan. Seperti biasa, Marsha akan memilih memasak makanan Italia. Tentu karena sang suami, menyukai makanan Italia, jadi sudah menjadi kebiasaan Marsha untuk memasak makanan Italia. Tidak hanya makanan Italia, tapi perancis pun seperti Confit de Canard, telah tersajikan di atas meja. Mengingat Sean sangat menyukai daging angsa ataupun bebek. Itu kenapa Marsha sering menghidangkan makanan Perancis. Namun, untuk Marsha dan Karin, mereka tentu lebih memilih makanan Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, citra rasa pedas makanan asal Indonesia, menjadi makanan kesukaan mereka. Meski Marsha hanya memiliki darah Indonesia dari sang Ibu, tapi dia lahir dan besar di Indonesia, dan itu juga yang membuat Marsha terbiasa dengan budaya dan makanan Indonesia. Ya, sejak kecil, Clara, Ibunya lebih sering membuatkan makanan Indonesia dari pada western food. "Selesai," ucap Karin kala dia telah selesai menyajikanan masakan yang t
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 455 – TA S2 - Kedatangan Mario dan Clara

Keesokan hari, Marsha tengah menyiapkan jas dan kemeja yang akan dipakai oleh suaminya. Ya, tadi pagi William baru saja memberitahu padanya, dia harus bertemu dengan seseorang, mengingat William akan membangun hotel di Jakarta dan di Bali. Meskipun segala persiapan sudah diurus oleh Albert, tapi William tetap tidak menyerahkan sepenuhnya pada assistantnya itu. "William, nanti kau akan pulang jam berapa?" tanya Marsha saat melihat William masuk ke dalam walk-in closet. "Hari ini, aku akan pulang terlambat," William mendekat, dia mengecup kening Marsha. "Kau jangan menungguku, tidurlah duluan." Marsha mengangguk. "Kau akan sarapan dulu, kan?" "Tidak, sayang. Aku akan sarapan di kantor. Aku ada janji sebentar lagi. Aku rasa kau sangat tahu keadaan jalanan di Jakarta. Aku tidak ingin terlambat," jawab William. Ya, ini adalah hal yang sering William keluhkan tentang Jakarta. Hampir setiap harinya, William kesal tentang Jakarta yang memiliki tingkat kemacetan yang tinggi. Jika mendengar
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 456 – TA S2 - Apa Kau Tidak Mengenalnya?

William turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam perusahaan cabangnya yang ada di Jakarta. Ya, dia memang sengaja membuka perusahaan cabang di sini. Mengingat Jakarta, adalah kota kelahiran sang istri, itu salah satu alasan yang membuat William memilih untuk membuka perusahaan cabangnya di sini. Khusus hari ini, William juga meminta Frans untuk datang ke kantor. Meski dia tahu ini Frans masih mengambil cuti, tapi William meminta waktu Frans sebentar untuk membantunya. Para karyawan yang ada di lobby, mereka langsung menunduk dan menyapa saat melihat William. Terlihat wajah para karyawan berubah menjadi ketakutan melihat William datang. Pasalnya, selama ini William memang sangat jarang datang ke kantor cabangnya ini. Bahkan mungkin, bisa menghitung dengan jari kapan dia datang ke perusahaan cabangnya."Tuan William," sapa Albert seraya menundukan kepalanya. "Apa Frans sudah datang?" tanya William dingin. "Sudah, Tuan. Saat ini Tuan Frans sudah menunggu anda di ruang kerja anda
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 457 – TA S2 - Pertengkaran

Suara dering ponsel terdengar, Marsha langsung mengambil ponselnya yang terletak di atas meja lalu menatap ke layar tertera nomor ibunya. Tanpa menunggu lama, Marsha menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ya, Ma?" jawab Marsha saat panggilan terhubung. "Marsha, hari ini Mama akan membawa Sean menginap di rumah kita yang di Kemang. Sudah lama rumah kita yang ada di kemang itu kosong. Jadi Papa dan Mama memutuskan membawa Sean menginap di sana," ujar Clara dari seberang line. "Iya, Ma. Nanti malam sebelum Sean tidur, berikan dia susu vanila ya, Ma. Biasanya Sean selalu memilih susu vanila di malam hari. Dan susu coklat di pagi hari." "Kau tenang saja, Mama tidak mungkin tidak tahu kebiasaan cucu kesayangan Mama. Yasudah Mama tutup dulu, salamkan untuk William." "Iya, Ma.." Panggilan tertutup, Marsha meletakan kembali ponselnya ke tempat semula. Sebenarnya, Marsha sudah yakin, Sean akan diajak menginap oleh kedua orang tuanya itu.
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 458 – TA S2 - Pertengkaran II

"William, kau menyakitiku.." rintih Marsha kesakitan kala William mencengkram tanganya dengan kuat—masuk ke dalam kamar. "Apa kau berbohong padaku, Marsha?" William menghunuskan tatapan tajam pada istrinya itu."Kau menyaikitiku, William..." Marsha kembali merintih kesakitan. Perlahan William mulai melepaskan tangannya, kala mendengar Marsha merintih. Terlebih wajah sang istri begitu terlihat merasa kesakitan. William membuang napas kasar. Dia berusaha mengendalikan emosinya. "Aku tidak suka kau berbohong padaku, Marsha. Bukanya aku sudah berkali-kali mengatakan padaku, jangan pernah berbohong padaku?" "Apa maksud ucapanmu, William? Aku tidak pernah membohongimu sedikitpun," ujar Marsha jujur. Tatapanya menatap bingung sang suami. Sungguh, dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan suaminya itu. "Bimo Sanjaya! Kau mengatakan Bimo menyukai Karin, tapi kenyataanya dia menyukaimu! Apa dulu dia pernah menjadi kekasihmu?" seru William dengan tatapan dingin. Terlihat jelas sorot mata
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 459 – TA S2 - Undangan Makan Malam

"William, besok malam kau memiliki undangan makan malam dari rekan bisnismu asal Milan yang sedang ada di sini, kan?" Marsha melangkah masuk ke dalam ruang kerja William. Ya, selama berada di Jakarta, William menggunakan ruang kerja yang dulunya di pakai oleh Mario. Dan hampir setiap hari Wiliam selalu menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja yang dulunya di pakai oleh Mario. William yang kini tengah membaca email masuk di MacBooknya, dia langsung mengalihkan pandangannya kala mendengar pertanyaan sang istri. "Ya besok malam, Di mana Sean? Apa dia sudah pulang?" tanyanya yang menyadari putranya masih belum terlihat. "Mama sedang di jalan mengantar Sean ke sini," Marsha mendekat, seperti biasa dia duduk di pangkuan William. "Kau seperti tidak tahu Mama dan Papa saja, mereka tidak pernah bisa jika hanya sebentar bertemu dengan Sean." "Ini alasanku selalu ingin kau hamil lagi, sayang..." William menarik dagu Marsha, mencium dan melumat lembut bibir istrinya. "Orang tuamu dan orang tu
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 460 – TA S2 - Undangan Makan Malam II

Marsha mematut cermin, kini tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna merah dengan model tali spaghetti yang sangat seksi. Gaun ini benar-benar membuat lengkuk tubuh Marsha sangat sempurna. Dia memoles wajahnya dengan make up, serta lipstik berwarna merah untuk penyempurna penampilannya. Malam ini, Marsha tidak menggunakan make up tipis. Dia memakai make up yang sedikit tebal, namun tidak berlebihan. Malam ini, dia harus menemani William dalam undangan rekan bisnis suaminya. Tanpa Marsha sadari, William berdiri di ambang pintung. Dia menatap sang istri yang tengah berias tampk begitu cantik. Gaun merah, membuat istrinya terlihat begitu seksi. Meski gaun ini masih terbilang tertutup, tapi warna merah adalah warna yang memperlihatkan wanita tampak begitu seksi. Kemudian, William langsung melangkah mendekat, dia memeluk tubuh Marsha dari belakang."William, kau mengejutkanku," Marsha menatap cermin, dia melihat sang suami yang tengah memeluknya dari belakang. "Kau sangat cantik.." W
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more
PREV
1
...
4445464748
...
50
DMCA.com Protection Status