Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 111 - Chapter 120

528 Chapters

BAB 111 - MARSHA'S BIRTHDAY

Sinar matahari pagi menembus jendela, perlahan Marsha mulai membuka matanya, menguap dan menggeliat. Tangan Marsha meraba kesamping, namun saat Marsha merasakan ranjangnya sudah kosong. Marsha langsung menoleh, dan benar saja William sudah tidak ada. Marsha mendengus kesal, saat melihat William tidak ada. Marsha beranjak dari ranjang dan mengikat asal rambutnya. Dia menoleh ke jam dinding kini sudah pukul tujuh pagi. "William, kemana sepagi ini," gumam Marsha. Marsha melangkah menuju kamar mandi, dia ingin mencuci muka dan mengosok gigi terlebih dulu. Setelah melihat ke cermin, wajahnya terlihat lebih segar. Marsha melangkah keluar kamar. Dia mengambil gelas yang berisikan air putih. Saat Marsha mengambil gelas, dia menatap sebuah note kecil dan langsung membacanya.*Hari ini aku meeting, aku berangkat lebih pagi. Mungkin pulang akan terlambat. Jangan menungguku, kau tidurlah duluan. - Your husband, WilliamMarsha mengumpat dalam hati setelah membaca note ini, bisa-bisanya William p
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 112 - WILL YOU MARRY ME?

Marsha melangkah keluar kamar, kini tubuhnya terbalut gaun berwarna gold yang begitu indah. Gaun ini begitu tampak sempurna, ketika Marsha memakainya. Gaun yang bermodel atas tali spaghetti dan belahan gaun hingga ke pangkal paha, membuat lengkuk tubuh Marsha begitu indah. Senyum di bibir William terukir kala melihat istrunya tampak begitu cantik dengan balutan gaun berwarna gold itu. Sesaat Marsha dan William saling beradu pandang. Tatapan mereka saling memuja satu sama lain. William menatap kagum Marsha yang terlihat begitu sempurna dimatanya, begitupun dengan Marsha yang menatap William dengan tatapan memujka. Tubuh William sudah terbalut oleh tuxedo yang begitu pas ditubuhnya. Dada bidang, lengan kekarnya tercetak sempurna. Kini William melangkah mendekat ke arah Marsha dan mengulurkan tangannya pada istrinya itu. Marsha tersenyum, dia menyambut uluran tangan William. "Kau sangat cantik sayang," William membelai lembut pipi Marsha. Marsha tersenyum. "Kau juga sangat tampan."
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 113 - INGIN MENGENAL LEBIH DEKAT

Karin melangkah keluar dari kelas, hari ini Marsha tidak masuk ke kampus. Tentu Karin tahu alasannya karena hari ini adalah ulang tahun sahabatnya itu. Waktu berjalan begitu cepat, biasanya Karin selalu datang ke rumah keluarga Marsha saat Marsha berulang tahun. Setiap tahunnya, Karin selalu merayakan ulang tahun bersama dengan Marsha. Tapi kini, Marsha merayakannya dengan suaminya. Bagi Karin, yang terpenting adalah melihat Marsha bisa bahagia. Kini Karin berjalan menuju parkiran mobil, dia melirik arlojinya sudah pukul tiga sore. Seperti hari biasanya, Karin akan menghabiskan waktu membaca novel atau menonton film kesukaanya. "Karin!" suara bariton berteriak kembali memanggil nama Karin. Langkah kaki Karin langsung terhenti mendengar ada yang memanggilnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara itu. Kening Karin berkerut, melihat sosok pria tampan yang terbalut jas formal berwarna hitam. Dia mencoba mengingat pria yang ada di hadapannya itu. "Kau-" "Apa
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 114 - MEMPERSIAPKAN DIRI

William dan Marsha kini sudah tiba di rumah mereka, setelah kejutan manis dari William benar-benar membuat Marsha tidak akan pernah bisa melupakanya. Selama Marsha merayakan ulang tahun, hadiah dari William adalah hadiah yang terindah yang dia dapatkan. Dia sungguh tidak menyangka akan mendapatkan hadiah yang sangat manis dari William. Bahkan Marsha tidak pernah terpikir William akan melamarnya, karena memang mereka telah menikah berawal karena sebuah perjodohan tapi pada akhirnya mereka saling mencintai. Marsha yakin, di masa depan William akan memberikannya kebahagiaan. William adalah pria yang terbaik untuk dirinya. Bahkan Marsha bisa merasakan William begitu mencintai dirinya. Dulu, Marsha berpikir menikah dengan William tanpa cinta akan memiliki akhir yang menderita. Tapi itu salah, pada akhirnya Marsha dan William saling jatuh cinta. Meraka kini saling bahagia. Meski tidak pernah terpikir di awal Marsha akan jatuh cinta pada William, tentu alasannya karena William memiliki sifa
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 115 - KILLING TIME?

Kini Marsha duduk di taman, kampusnya. Dia duduk bersantai sambil menunggu mata kuliahnya. Pagi ini, dia tidak bersama dengan Karin, karena sahabatnya itu harus mengulang mata kuliah, itu kenapa Marsha duduk menyendiri di taman. Saat Marsha tengah membaca novel, terdengar suara dering ponsel miliknya. Marsha langsung mengalihkan pandangannya, dia meletakan novel di tangannya lalu mengambil ponselnya di dalam tas. Tatapan Marsha, teralih pada layar ponselnya. Dia mendesah pelan saat membaca nama yang tertera di layar ponselnya adalah Raymond. Tidak ada alasan baginya untuk menolak panggilan Raymond. Marsha menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya."Raymond?" sapa Marsha saat panggilannya terhubung. "Marsha, apa aku mengganggumu?" tanya Raymond dari seberang line. "Tidak, aku masih bersantai. Aku belum masuk ke kelas. Ada apa, Raymond?""Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untukmu, Marsha. Maaf aku baru mengucapkannya sekar
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 116 - MALL WITH KARIN

Marsha dan Karin kini sudah tiba di Scarborough Town Centre, salah satu mall terkenal di Toronto. Mereka melangkah masuk ke dalam mall. Rasanya sudah lama sekali Marsha tidak menghabiskan waktu bersama dengan Karin. Semenjak sudah menikah, Marsha sangat jarang pergi ke mall bersama Karin. "Marsha, kita makan ice cream di sana, aku sangat ingin ice cream rasa matcha," Karin menunjuk salah satu ice cream yang letaknya tidak jauh darinya. Marsha mengangguk. "Ya, belikan aku juga. Aku ingin rasa coklat. Aku ingin kirim pesan pada William. Tadi aku belum kirim pesan padanya jika aku ke mall bersamamu." "Baiklah, kalau begitu kau tunggu disini sebentar. Aku akan membelinya dulu," ujar Karin. "Ya, ingat berikan aku porsi large. Jangan small," balas Marsha mengingatkan. Dia tidak suka jika dia dibelikan ice cream dengan ukuran kecil.Karin mendengus. "Kau ini badan kecil, makanmu banyak sekali," cibirnya. "Memangnya kau ini sedikit? Kau juga banyak!" jawab Marsha tak mau kalah. "Sudah
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 117 - MELVIN?

"Marsha," Suara bariton memanggil nama Marsha cukup keras. Marsha dan Karin yang tengah mengobrol, mereka menghentikan obrolan mereka saat ada seseorang yang memanggil nama Marsha. Marsha dan Karin, langsung mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara itu.Marsha mengerutkan keningnya, saat melihat sosok pria dengan balutan jas formal berjalan mendekat ke arahnya. "K-Kau?"Pria itu melangkah mendekat ke arah meja Marsha dan Karin. "Apa kabar Marsha? Lama tidak bertemu," sapanya dengan senyuman di wajahnya. "Melvin? Kau di sini?" Marsha sedikit terkejut, melihat Melvin kini berdiri di hadapannya. Melvin tersenyum. "Kau masih mengingatku rupanya, setelah kita sudah lama tidak bertemu." "Ingatanku masih bagus, Melvin. Kau juga pemilik perusahaan tempat di mana aku magang. Tidak mungkin aku lupa," balas Marsha. Tatapan Melvin kini teralih pada Karin yang duduk di depan Marsha. "Hi, Karin.." "Hi, Tuan Melvin," sapa Karin dengan senyuman di wajahnya. "Cukup panggil aku Melvin," jawab
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 118 - JANGAN MENCARI KERIBUTAN

Pagi hari, Marsha dan Laura tengah duduk bersantai di ruang keluarga sambil menonton film. Ya, seperti biasa weekend, Marsha akan menghabiskan waktunya di rumah. Karena sekarang ada Laura di rumanya, dia mengajak Laura menonton film. Sedangkn William, meskipun ini adalah weekend, tapi William tetap berada di ruang kerjanya. Sejujurnya, Marsha kesal dengan William, karena suaminya itu masih memikirkan pekerjaannya saat weekend seperti ini. Padahal Marsha ingin menonton film bersama William sambil memakan ice cream. Beruntung ada Laura, yang bisa menemaninya, Jika tidak ada Laura, mungkin saat ini dia sudah marah dengan suaminya itu. "Marsha, kenapa pemeran utama prianya romantis sekali. Aku rasa itu hanya ada di film," ujar Laura yang tengah menonton film. Dia tersenyum, melihat pemeran pria tampak begitu romantis. Marsha terkekeh. "Mungkin di dunia nyata ada, tapi tentu di film jauh lebih sempurna." Laura pun terkekeh. "Ya, kau benar. Tapi apa kakakku itu romantis? Karena setahuku
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 119 - PERKELAHIAN

William tersenyum sinis. "Apa yang ingin kau bicarakan padaku?""Aku rasa kau sangat tahu, apa yang ingin aku katakan padamu," jawab Raymond tegas."Katakan apa yang ingin kau katakan padaku?" William menghunuskan tatapan tajamnya ke arah Raymond. "Alright, tentu aku datang k esini untuk membahas pernikahan ku dengan Laura, adikmu," Raymond semakin melangkah mendekat ke arah William. Jarah antara keduanya begitu dekat. Terlihat Raymond masih bersikap tenang. Namun tidak untuk William. William menggeram kala mendengar ucapan Raymond. Laura menelan salivanya susah parah ketika mendengar ucapan Raymond. Sektetika tubuhnya menegang, saat dia melihat wajah William yang terlihat begitu marah. "Raymond Jefferson, aku harus mengakui keberanianmu datang ke sini. Terlebih kau memaksa untuk masuk dan membawa banyak anak buahmu," tukas WIlliam sinir. "Tapi, jika tujuan kedatanganmu untuk bermimpi membicarakan pernikahan. Lebih baik kau pergi dari sini, sebelum aku benar-benar melenyapkanmu de
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 120 - SETELAH PERKELAHIAN

Saat Marsha dan William sudah berada di dalam kamar, Marsha meminta William untuk duduk di sofa, dia mengambil kotak obat yang telah di siapkan oleh pelayan, kemudian dia duduk si samping William dan langsung mengompres luka lebab di wajah suaminya itu."Kenapa kau meminta persyaratan yang tidak masuk akal, William!" Marsha menekan luka lebam di wajah suaminya denga sedikit kuat. "Ah," ringin William kesakitan saat Marsha semakin menekan luka lebam di wajahnya. "Sakit? Jika tahu sakit kenapa kau masih berkelahi seperti ini!" seru Marsha kesal. Dia tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan suaminya ini. Kenapa bisa, mengajukan persyaratan seperti itu. Hasilnya wajahnya penuh dengan luka. "Maaf, aku hanya ingin tahu apa dia bisa melindungi Laura," jawab William. Marsha mendengus tak suka. "Tapi tidak perlu dengan cara seperti ini, William! Aku tidak suka melihatmu seperti ini." "Maaf, sayang.." William mengelus lembut pipi Marsha. "Lihatlah sekarang, wajahmu penuh dengan luka.
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
53
DMCA.com Protection Status