Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 131 - Chapter 140

528 Chapters

BAB 131 - SEPUPU YANG CERDAS

William menarik tangan Marsha, masuk ke dalam ruang kerjanya. Marsha mendesah pelan, ia tahu ini pasti karena rekan bisnis William yang menjabat tangan dirinya tadi. Marsha tidak mengerti, padahal tadi William bilang harus bersikap profesional. Tapi kenyataannya William yang menarik tangan dirinya meninggalkan ruang meeting. "William, tangan ku bisa putus jika kau mencengkram kuat seperti ini." gerutu Marsha. "Lain kali, kau dilarang berjabat tangan dengan pria lain. Meski itu adalah rekan bisnis mu." tukas William, dingin. Marsha mencebik. "Kenapa kau ini tidak profesional sama sekali William, dia itu rekan bisnis mu. Aku tidak suka kau seperti itu." "Jangan membantah ku Marsha Geovan!" tegas William. Marsha membuang napas kasar. "Jangan berlebihan William! dia juga sudah tahu aku ini seorang wanita yang sudah menikah. Ditambah kau sudah menagatakan padanya aku ini istri mu. Jadi jangan berlebihan!" seru Marsha kesal, selalu saja William seperti ini. Benar-benar membuatnya sakit
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

BAB 132 - KECURIGAAN ALBERT

Kini keadaan ruang kerja Melvin sangat berantakan. Ia membanting semua barang-barang yang ada di ruang kerjanya. Hingga detik ini, anak buahnya belum bisa menemukan Alice. Bagaimana mungkin hanya menemukan satu wanita saja mereka tidak mampu. Itu yang membuat Melvin semakin marah besar. Melvin yakin, ada seseorang yang membantu Alice. Tidak mungkin jika wanita itu hanya melarikan diri seorang diri dan hingga detik ini anak buahnya masih belum bisa ditemukan. Melvin bersumpah, jika benar Alice membunuh anaknya dia akan membunuh Alice dengan tangannya sendiri. "Maaf tuan, permisi." sapa Harry melangkah masuk ke ruang kerja Melvin. "Ada apa? Kau sudah menemukan wanita itu?" tanya Melvin dingin. "Tuan saya ingin melaporkan sesuatu pada anda." kata Harry, ia menudukan kepalnya. "Cepat katakan apa yang ingin kau katakan!" tukas Melvin. "Tuan. Nona Alice memiliki sepupu yang baru saja pindah ke Kanada. Saya sudah berhasil mendapatkan alamat mereka tinggal. Tapi saat saya datang, mereka
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

BAB 133 - TERUNGKAP

Keesokan hari, Marsha sudah berada di kampus. Kemarin Marsha memang meminta izin pada William untuk menginap di rumah orang tuanya. Alasannya, tentu saja karena Marsha sangat merindukan kedua orang tuanya. Bahkan saat tadi malam, Marsha tidur bersama dengan kedua orang tuanya. Dulu saat Marsha belum menikah, ia sering tidur bersama dengan kedua orang tuanya. Meski Marsha sudah beranjak dewasa, tapi bagi kedua orang tuanya Marsha masih tetap putri kecil mereka. Terlebih Marsha adalah anak tunggal. Beruntungnya pakaian Marsha masih berada di rumah kedua orang tuanya. Marsha memang tidak membawa banyak pakaian. Jadi saat Marsha menginap di rumah kedua orang tuanya, ia masih memiliki pakaian di kamarnya. Saat menikah William memang menyiapkan seluruh kebutuhan Marsha. Bukan hanya William tapi Veronica ibu mertuanya juga selalu membelikan banyak barang untuk Marsha. Kini Marsha sudah menyelesaikan mata kuliahnya di pagi hari. Hari ini memang Marsha memiliki kelas di jam tujuh pagi. Itu k
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

BAB 134 - RENCANA

Dengan penuh amarah, William kini berusaha untuk lebih tenang. Ia tidak ingin langsung menemui Anneta dan memberikan pelajaran pada Anneta dan Alice. William memilih untuk mengikuti permainan mereka. Ia ingin melihat apa yang telah direncanakan oleh Alice dan Anneta. Jika saja Albert mengetahui ini saat Marsha terluka, William bersumpah bukan akan mebunuh Alice dan Anneta dengan tangannya sendiri. Sebelumnya William memang meminta Laura untuk tinggal sementara di apartemen. Dan William juga meminta Marsha untuk datang ke perusahaan. Tujuannya, karena William menunggu laporan dari Albert. William tidak pernah sembarangan menerima karyawan yang tinggal di rumahnya. Ia selalu meminta Albert untuk menyaringnya dengan baik. William juga selalu menekankan pada Albert jika karyawan yang tinggal di rumahnya, harus memiliki latar belakang yang baik. Sejak kemarin, saat Albert mengatakan ada keanehan data Anneta. William memutuskan untuk memindahkan Laura sementara ke apartemen. Beruntung, tad
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

BAB 135 - KEMUNCULAN ALICE

Marsha turun dari mobil, ia melirik arloji kini sudah pukul sembilan malam. Tadi William meminta sopir mengantarkan Marsha, karena memang Marsha tidak membawa mobil. Marsha melangkah masuk ke dalam rumah, ia melihat keadaan rumah begitu sepi. Beruntung Laura berada di apartemen William. Hingga detik ini, Marsha berusaha untuk berpikiran tenang. Bagaimana mungkin Anneta ingin berniat jahat padanya, padahal Marsha sangat menyukai Anneta. Bagi Marsha, Anneta adalah gadis yang baik dan lembut. Tapi sejak mendengar perkataan William dan Melvin, ia kembali mengingat perkataan Mario ayahnya yang selalu mengatakan terkadang semua orang bisa menunjukan kebaikan dan kelembutan. Namun, itu tidak bisa menjamin orang tersebut baik. Karena banyak di dunia ini orang-orang menggunakan topeng kebaikan untuk menutupi jati dirinya. Marsha berusaha mengatur napasnya dengan baik. Meski dia tidak bisa bohong, jantungnya kini berdegup kencang. Bukan karena ia takut, tapi karena ia berusaha menghadapi seor
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

BAB 136 - DON'T TOUCH MY WIFE

Albert bersembunyi di balik dinding, ia terus mengawasi pergerakan Anneta. Para pengawal telah berpura-pura memakan cake yang dibuat oleh Anneta. Saat Anneta keluar dari kamarnya dan membawa koper dengan cepat Albert melangkah maju kearah Anneta. "Kau ingin kemana?" tanya Albert dingin dan tatapan tajam pada Anneta. "T-Tuan Albert?" Anneta gugup saat melihat Albert menghadangnya. "Kau ingin melarikan diri Anneta?" tukas Albert. "T-Tidak tuan, saya tidak melarikan diri. Saya hanya ingin menjenguk keluarga saya yang sedang sakit tuan." jawab Anneta, ia menundukan kepalanya tidak berani menatap Albert. "Anneta, kau tahu kau ini bekerja dengan Tuan William Geovan. Kenapa kau sangat berani? kau mengantarkan sendiri kematian mu Anneta!" tukas Albert, tajam. "M-Maksud tuan apa? saya tidak mengerti apa yang tuan katakan." ucap Anneta gugup. "Jangan berpura-pura Anneta! kau tidak bisa menipu ku! kau memasukan obat di dalam cake buatan mu dan kau memberikan pada seluruh pengawal disini?
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

BAB 137 - PEMBALASAN

Melvin menarik lengan Alice dengan kasar. Ia menyeret Alice masuk ke dalam kamarnya. Amarah Melvin sudah tidak bisa lagi tertahan. Terlebih ketika melihat perut Alice kini sudah tidak lagi membuncit. Ini sudah jelas, Alice telah membunuh anaknya. Rahang Melvin mengeras, sorot mata tajam dan menuusuk ketika mengingat Alice telah membunuh anaknya. BrukkkMelvin melempar Alice hingga bersimpuh di lantai. Alice meringis dan menjerit kesakitan. Tapi Melvin tidak akan pernah memperdulikan setiap rintihan kesakitan Alice. Itu semua tidak sebanding karena Alice dengan kejam telah membunuh anaknya."Sialan kau Melvin! lepaskan aku!" sentak Alice, ia mengelus lengannya menahan sakit. "Harus aku apakan wanita yang begitu kejam membunuh anaknya sendiri!" tukas Melvin dengan penuh emosi."Aku sudah mengatakan pada mu! jika kau menginginkan anak, kau bisa mencari wanita yang mau mengandung anak mu!" seru Alice. Melvin menarik kasar rambut Alice. "Kau wanita rendah yang pernah aku temui! kau menc
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

BAB 138 - KRISIS JEFFERSON COMPANY

Raymond menatap setumpuk dokumen di atas mejanya. Keadaan ruangan kerja Raymond kini berantakan, ia tidak bisa lagi berpikir. Proyek yang dia kerjakan dengan dana yang sangat besar tidak berjalan dengan baik. Waktu yang diberikan oleh William hanya tinggal beberapa hari lagi, itu sangat tidak mungkin Raymond akan berhasil. Jika seperti ini bukan hanya dia gagal, tapi perusahaanya berada di ambang kehancuran. Dering ponsel milik Raymond tidak berhenti berdering sejak kemarin. Raymond tahu, itu pasti keluarganya yang berada di Jepang. Anak buah dari ayahnya selalu mengawasi pekerjaan Raymond. Mengingat dulunya Jefferson Company pernah hampir bangkrut. Ribuan karyawan menggantungkan nasibnya di prusahaan ini, Raymond tidak mungkin membiarkan perusahaan keluarganya hancur karena ulah yang dia perbuat. "Tuan Raymond." sapa Dion assistant Raymond. Ia menundukan kepalanya saat masuk ke ruang kerja Raymond. "Ada apa? bukannya aku sudah mengatakan pada mu untuk jangan menganggu ku?" suara R
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

BAB 139 - EVERYONE HAS LIMITS

Karin berjalan keluar dari kelas, ia melirik arloji kini sudah pukul sebelas siang. Hari ini Karin dan Marsha memiliki jadwal mata kuliah yang berbeda. Karin melirik ke arah taman, tapi Marsha tidak ada di taman. Akhirnya Karin melangkah menuju kelas Marsha, ia berpikir mungkin Marsha masih di dalam kelas. Karin duduk di depan kelas Marsha, sembari menunggu Marsha menyelesaikan mata kuliahnya hari ini. Sebenarnya perut Karin sudah lapar, tapi tidak mungkin Karin meninggalkan Marsha. Biasanya Marsha selalu menunggu dirinya, jadi dia juga harus menunggu Marsha. Saat Karin tengah duduk menunggu Marsha, terdengar dering ponsel miliknya. Karin mengambil ponselnya di dalam tas dan melihat ke layar. Karin mengerutkan keningnya ketika nomor tidak di kenal mengirimkan pesan padanya. +1613879XXX : Hari ini seperti biasa aku akan menjemput mu, sopir ku akan membawa mobil mu. Aku tidak menerima penolakan Karin. Karena kita harus saling mengenal satu sama lain. - Frans Geovan. Karin berdecak k
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

BAB 140 - PERDEBATAN

Marsha memarkirkan mobilnya ke dalam mansion. Hari ini ia pulang lebih cepat, karena tadi Karin sudah di jemput oleh Frans. Ia tidak mungkin mengganggu Karin dan Frans. Marsha ingin memberikan ruang bagi Karin mengenal lebih dekat Frans. Marsha melangkah masuk ke dalan rumah, ia langsung menuju studio lukis Laura. Tadi sebelumnya Laura sudah mengirim pesan padanya jika ia sudah berada di rumah. "Laura." panggil Marsha, ia melangkah masuk ke dalam studio lukis. Laura menoleh dan tersenyum. "Kau sudah pulang dari kampus Marsha?" "Ya aku sudah pulang. Kau sedang melukis apa?" Marsha mendekat dan duduk disamping Laura. "Coba tebak aku melukis apa." ucap Laura. Marsha menatap lukisan Laura. "Ah kau melukis kota Venice." jawab Marsha. "Kau benar, aku sudah lama sekali tidak mendatangi kota yang indah itu." ujar Laura. "Hem, bagaimana saat kau berbulan madu dengan Raymond kau mendatangi Venice?" tawar Marsha. Laura mendesah pelan. "Apa Raymond berhasil di persyaratan kedua? waktunya
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
53
DMCA.com Protection Status