Semua Bab Takdir Perjanjian Pernikahan: Bab 141 - Bab 150

528 Bab

BAB 141 - MENGHINDAR

Sinar matahari pagi begitu cerah, kini Marsha tengah bersiap menunuju kampus. Ia menatap cermin dan memoles make up tipis di wajahnya. Hari ini Marsha lebih memilih berpenampilan casual namun tetap terlihat sangat cantik. Ia memilih mini skrit denim dan kaos berwarna hitam dan di padukan sneakers berwana pink. Marsha melirik jam dinding sekarang masih pukul delapan pagi. William memang sudah berangkat lebih awal, sejak perbedatan kemarin dengan dirinya William memilih untuk diam. Marsha mengambil tasnya diatas meja, lalu ia melangkah keluar kamar menuju ruang makan. Perasaannya kini tidak enak karena sejak kemarin malam William mendiamkannya. Marsha hanya ingin membantu Laura, ia tidak ingin Laura kecewa. Selain itu Raymond adalah teman masa kecilnya. Marsha tahu, ini semua terjadi karena persyaratan dari William. Itu kenapa Marsha meminta William membantu Raymond. Jujur, Marsha tidak tega jika melihat perusahaan Raymond hancur. "Morning Laura." sapa Marsha saat memasuki ruang makan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 142 - MENCARI KEBENARAN

Raymond menatap dokumen yang baru saja diberikan oleh Dion assistantnya. Kini pikirannya tidaka bisa lagi berpikir jernih, setelah Dion mengatakan ada investor yang akan menyuntikan dana sebesar dua miliar dollar ke perusahaanya. Tapi saat Raymond membaca dokumen tersebut, tertera nama Laura Geovan sebagai investor di perusahaannya. Rasanya tidak mungkin Raymond bisa menerima ini. Sungguh dia sangat malu jika wanitanya yang harus mengerluarkan uang demi menyelamatkan perusahaan miliknya. Disisi lain, Raymond juga tidak memiliki waktu terlebih dia kesulitan mendapatkan investor dalam waktu dekat ini. Raymond tidak bisa lagi berpikir, waktu yang diberikan William hanya tinggal beberapa hari. Jika dia tidak menerima dana yang di berikan Laura maka perusahaannya akan merugi dan pasti berada di ambang kehancuran. Raymond sudah berusaha mencari investor lain, tapi itu tidak mudah karena kondisi perusahaannya yang sedang tidak baik. Terlebih media selalu memberitakan tentang perusahaan mil
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 143 - BERKUNJUNG KE KANTOR WILLIAM

Marsha mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia baru saja mengunjungi rumah mertuanya. Beruntung kini keadaan mertuanya sudah membaik. Lukas sudah mulai pulih, hanya saja Marsha tahu ayah mertuanya masih enggan membahas tentang Laura. Marsha mengerti, Lukas sangat kecewa pada Laura. Tapi setidaknya tadi ibu mertuanya masih berpesan padanya untuk menjaga Laura. Veronica memang sosok wanita yang sangat baik dan lembut. Marsha yakin, suatu saat nanti ayah mertuanya akan memaafkan dan menerima Laura kembali. Ketika Marsha ingin membelokan mobilnya menuju mansionnya, ia memutar balik mobilnya. Rasanya mengunjungi suaminya di sore hari bukan hal yang buruk. Terlebih kemarin ia berdebat dengan William. Kali ini Marsha akan mencoba lagi menbujuk suaminya. Marsha memutar arah, ia menuju perusahaahn milik William. Saat Marsha tengah menyetir, terdengar dering ponsel miliknya. Ia mengambil ponselnya dan menatap ke layar, tertera nama Karin. Marsha berdecak kesal, kenapa temannya itu se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 144 - SHE IS MY PAST

William turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam mansion. Hari ini dia pulang sedikit terlambat karena ada pertemuan dengan rekan bisnisnya. William yakin, Marsha sudah pasti tertidur pulas. Tadi sore, William memang meminta Marsha untuk pulang lebih dulu. Ya, karena ada meeting penting dan tidak bisa dia tinggal akhirnya William meminta Marsha untuk pulang lebih dulu dan ditemani oleh sopir. Meski Marsha awalnya menolak diantar oleh sopir, tapi karena paksaan William mau tidak mau Marsha menuruti perintah William. Sebenarnya William lebih menyukai Marsha dengan sopir dari pada harus mengendari mobil sendiri. Alasanya tentu demi keselamatan istrinya. Namun percuma, karena Marsha tidak pernah suka jika harus berpergian dengan sopir. William harus berdebat dan memaksa jika meminta Mrsha pergi bersama dengan sopir. Marsha memang tidak terlalu suka jika William memperilakukannya terlalu berlebihan. Bahkan hingga detik ini Marsha melarang William mencari assistant pribadi pengganti An
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 145 - HARUS MEMINTA MAAF

Marsha menatap cermin, ia memoles wajahnya dengan make up tipis. Ia melirik jam dinding kini sudah pukul delapan pagi. Seperti biasa William berangkat lebih awal. Bahkan saat Marsha bangun, William hanya memberikan note jika dia ada meeting di pagi hari. Marsha membuang napas kasar, William memang sangat menyebalkan. Berangkat di pagi hari dan pulang saat dirinya sudah tertidur. Dalam beberapa hari ini memang William disibukan dengan pekerjaannya. Marsha mengambil tasnya, lalu ia melangkah keluar kamar menuju ruang makan. Marsha tersenyum mengingat dirinya sebentar lagi akan lulus kuliah. Ia memang ingin segera menyelesaikan kuliahnya. Rasanya, ia mulai merasa bosan jika harus selalu belajar dan ujian. "Morning Marsha." sapa Laura saat melihat Marsha melangkah masuk ke dalam ruang makan. "Morning Laura." balas Marsha. "Kau kenapa tersenyum? apa ada hal yang membuat mu bahagia?" tanya Laura sejak tadi ia menatap Marsha yang tersenyum. Marsha duduk tepat di hadapan Laura. "Tidak se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 146 - SHOULD I SAY THANK YOU?

William membaca berkas yang diberikan oleh Albert. William ingin mencari assistant pribadi untuk Marsha, meski istrinya menolak tapi dia akan tetap mencarinya. Kali ini William tidak memberikan sepenuhnya pada Albert. William meminta Albert untuk mencari beberapa orang yang berkualifikasi tinggi menjadi assitant pribadi istrinya. William akan menyaring asssiatnt untuk istrinya dengan baik. Ia tidak akan pernah membiarkan kesalahan terjadi untuk kedua kalinya. Bahkan ini pertama kalinya, William tidak menyerahkan sepenuhnya pada Albert. Kejadian Anneta membuat William jauh lebih waspada. Saat William tengah membaca berkas yang diberikan Albert, terdengar interkom masuk dari sekretarisnya. William menekan tombol dan berkata dengan suara dingin. "Ada apa Aluna?" "Tuan William, maaf menganggu. Tapi ada Tuan Raymond Jefferson datang menemui anda." ucap Aluna. William membuang napas kasar, ia sudah tahu pasti Raymond akan datang menemuinya. "Persilahkan dia masuk." jawab William dingin.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 147 -APOLOGIZE

Marsha melangkah masuk ke dalam perusahaan William, ia langsung menuju lift pribadi yang sering di pakai oleh William. Marsha berharap William tidak memiliki jadwal meeting hari ini. Marsha sudah tidak sabar untuk bertemu William, ia ingin segera meminta maaf. Sebenarnya Marsha sangat senang William ternyata mau membantu Raymond. Kini Marsha bisa bernapas lega, karena Laura adik iparnya tidak perlu lagi merasa khawatir tentang Raymond. TingPintu lift terbuka, Marsha melangkah keluar dari lift. Ia langsung berjalan menuju ruang kerja William. Aluna sekretaris William langsung berdiri dan menundukan kepalanya saat melihat Marsha datang. Aluna tidak mungkin menghalangi Marsha, karena sekarang Aluna sudah mengetahui Marsha adalah istri dari atasannya. "William." suara Marsha memanggil William dengan lembut, saat masuk ke dalam ruang kerja William.William yang tengah membaca berkas yang diberikan Albert, ia menoleh dan melihat ke arah pintu. Senyum di bibirnya saat melihat ternyata ist
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 148 - QUALITY TIME

Sinar matahari pagi menembus jendela, perlahan Marsha mulai membuka matanya ia menguap dan menggeliat. Tangan Marsha meraba kesamping, tapi saat ia merasakan ranjangnya sudah kosong. Marsha langsung menoleh kesamping, ternyata William sudah tidak ada di ranjang. Marsha mendengus kesal, ini bukan pertama kali tapi rasanya ia masih kesal jika William tidak ada disampingnya. Marsha beranjak, ia mengikat rambutnya dengan asal lalu berjalan menuju kamar mandi. Hari ini, Marsha tidak memiliki jadwal kuliah. Ia memilih untuk bersantai di rumah. Biasanya jika Marsha tidak memiliki jadwal kuliah, ia selalu menemani Laura di studio lukisnya. Tiga puluh menit kemudian, Marsha sudah selesai membersihkan diri. Ia mengganti pakaiannya dengan dress sederhana berwarna kuning. Marsha berjalan keluar dari walk in closet. Saat Marsha berjalan, ia terkesiap melihat William tengah duduk di sofa. "William, kau tidak ke kantor?" tanya Marsha. Ia sedikit terkejut karena suaminya masih di rumah. Padahal ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 149 - KEDATANGAN FRANS

Cuaca begitu cerah, Laura duduk di taman sambil menatap bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat indah. Bersantai di pagi hari menikmati cuaca yang begitu cerah sangat menyejukan hati. Hari ini Laura tahu, Marsha dan William sedang menikmati waktu bersama mereka. Laura tidak ingin mengganggu kakaknya.Kandungan Laura kini sudah memasuki dua belas minggu. Perutnya sudah mulai terlihat sedikit membesar, ia melewati masa masa kehamilannya dengan baik. Meski orang tuanya masih belum mau menerima dirinya tapi paling tidak Laura masih memiliki kakak yang begitu menyayangi dirinya. Tidak hanya itu, Marsha juga selalu menemani dirinya. Bahkan Laura sudah menganggap Marsha sebagai sahabatnya sendiri. Sebenarnya Laura sangat nyaman tinggal di mansion kakaknya ini. Mansion yang tidak hanya mewah tapi Laura merasakan kenyamanan di mansion ini. Marsha yang selalu bersikap baik padanya itu merupakan salah satu alasan Laura menyukai tinggal di mansion William. Tapi meski demikian, terkadang Laura mera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

BAB 150 - DIVORCE?

Marsha kini masih menonton film romance kesukaannya ditemani William. Satu harian ini Marsha ingin menghabiskan waktu bersama dengan William. Kapan lagi William akan meliburkan diri dari pekerjaan. Biasanya suaminya itu selalu saja sibuk. Jadi Marsha tidak mau menyia-nyiakan waktunya bersama dengan William."William, kita sejak tadi dikamar aku tidak enak dengan Laura." ujar Marsha, ia sungguh tidak enak pada Laura. Pasti Laura kini menyendiri di studio lukisnya. "Dia pasti mengerti." jawab William singkat. Marsha mendesah pelan. "Ya, tapi aku hanya kasihan dia sendiri." "Dia selalu menghabiskan waktunya distudio lukis." balas William. Terdengar suara ketukan pintu, Marsha menoleh ke arah pintu dan langsung memintanya untuk masuk. William menggeram, ia sudah mengatakan dirinya tidak ingin diganggu. "Tuan, nyonya maaf sayang menganggu." ucap sang pelayan menundukan kepalanya masuk ke dalam. "Aku sudah mengatakan pada mu bukan. Jangan ada yang menganggu ku dan istri ku." tukas Wil
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
53
DMCA.com Protection Status