Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 121 - Chapter 130

528 Chapters

BAB 121 - ALICE MENGHILANG

Melvin turun dari mobil, setelah memarkirkan mobilnya. Dia langsung berjalan memasuki lobby apartemen yang ditempati oleh Alice. Melvin sudah lama mengurung Alice, dia sudah tidak lagi mengizinkan Alice memakai aprtemen pemberian dari William. Tujuan Melvin mengurung Alice, agar Alice tidak melarikan diri dari Kanada. Melvin tidak perduli bagaimana dengan nasib Alice, bagi Melvin anaknya yang ada di dalam kandungan Alice itu yang sangat penting. Meski harus lahir dari wanita seperti Alice, tapi setidaknya saat anak itu lahir nanti, dia akan memberikan uang besar pada Alice agar Alice meninggalkan Kanada dan tidak pernah kembali menginjakan kakinya ke negara ini. Kini Melvin sudah tiba di unit apartemen yang ditempati oleh Alice. Namun, kening Melvin berkerut, kala melihat pintu, sudah terbuka setengah. Tidak biasanya, Alice melupakan untuk mengunci pintu. Tanpa menunggu lama, dia langsung masuk ke dalam apartemen Alice itu. "Tolong! Ada orang di luar!" Suara bariton berteriak semb
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 122 - MENGAWASINYA

Pagi hari, Marsha sudah berada di kampus. Hari ini Marsha pergi ke kampus jauh lebih pagi. Tidak hanya Marsha, tapi William juga berangkat ke kantor sangat pagi. William ada meeting dengan rekan bisnisnya. Sebenarnya, tadi saat Marsha ingin berangkat ke kampus, William sudah meminta Annetha untuk ikut dengan Marsha. Tentu saja, Marsha menolaknya dengan tegas. Marsha tidak suka, jika dirinya menjadi pusat perhatian di kampus karena membawa assisstant. Mau tidak mau, William menuruti keinginan Marsha. Karena jika tidak, Marsha lebih memilih untuk tidak berangkat ke kampus. Marsha melirik arlojinya kini sudah pukul sepuluh pagi. Marsha memang tadi memiliki kelas pagi di jam tujuh. Itu kenapa sekarang dia bersantai. Sedangkan Karin, seperti biasa dia ada kelas mengulang. Ada mata kuliah yang harus di ulang oleh Karin. Marsha sudah sering mengatakanpada Karin untuk fokus pada kuliah, tapi Karin memang sering menghabiskan waktunya untuk bermain games. Benar-benar membuat Marsha geram padan
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 123 - PERSYARATAN KEDUA WILLIAM

William melangkah keluar dari ruang meeting, ia melirik arloji kini sudah pukul tiga sore. Hari ini William memiliki banyak jadwal meeting, karena sebelumnya dia selalu menunda meeting dengan rekan bisnisnya. William berjalan menuju ruang kerjanya, namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok pria baru saja keluar dari lift. William menatap pria itu yang kini berjalan menghampirinya. Hari ini memang William meminta Raymond untuk datang. Alasannya, William tidak ingin membahas tentang masalah Laura di rumah. Bagi William, membicarakannya di kantor adalah tempat yang paling tepat. "Maaf, jika aku terlambat." kata Raymond yang kini sudah berdiri di hadapan William. "Kita ke ruangkan ku." tukas William, dingin. Ia langsung melanjutkan langkahnya masuk ke dalam ruang kerjanya. Raymond mengikuti William melangkah masuk ke ruang kerja William. William masuk ke ruang kerjanya, ia berjalan menuju lemari minumannya. William mengambil satu botol red wine dan dua gelas sloki. Lalu ia duduk
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 124 - TUNGGU HINGGA PULIH

Melvin duduk di kursi kerjanya, sudah beberapa hari sejak Alice menghilang membuat Melvin tidak bisa fokus menyelesaikan pekerjaanya. Melvin menyerahkan semua pekerjaanya pada direktur pemasaran dan direktur operasional. Saat ini Melvin tidak henti memikirkan Alice. Melvin tidak perduli dengan apa yang menimpa Alice. Tapi ini berbeda, saat ini Alice sedang mengandung anaknya. Terlebih surat yang Alice tinggalkan untuknya, Melvin bersumpah akan membunuh wanita itu jika benar dia mengugurkan anaknya. Dulu Melvin mengambil Alice, hanya untuk main-main. Melvin ingin membuktikan pada William, jika dirinya mampu mengambil wanita yang Wiliam cintai. Tapi kenyataannya kini William menikah dengan wanita lain. Rencananya sia-sia, karena William mendapatkan wanita yang berkali lipat lebih baik dari Alice. Setiap kali Melvin berusaha mendekati Marsha, membuat Melvin sadar Marsha bukan seperti wanita yang lain. Marsha selalu menolak Melvin, itu yang membuat Melvin tertarik dengan Marsha.Terdenga
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 125 - BECAUSE OF YOU

Mobil William baru saja tiba di mansion, Ia turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah. Ia melirik arlojinya kini sudah pukul sebelas malam. Pasti istrinya kini sudah tertidur. William melangkah masuk ke dalam kamar, saat Wiliam masuk ke dalam kamar ia melihat Marsha sudah tertidur lelap. William melepas dasi dan kemejanya, sebenarnya William ingin langsung mencium Marsha. Tapi William memutuskan untuk membersihkan diri dulu sebelum mencium istrinya. William melangkah masuk ke dalam kamar mandi.Lima belas menit kemudian, William sudah selesai membersihkan diri. Ia melangkah menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya di samping Marsha. William menatap Marsha yang tertidur pulas. William sangat tahu, Marsha memang jika sudah tertidur dan ada orang masuk dia tidak akan mungki bangun. William merapihkan rambut Marsha, mengelus dengan lembut pipi Marsha. Meski tubuh Marsha kurus, tapi pipi Marsha sedikit berisi. William mencium mata, hidung dan bibir Marsha. Marsha menggeliat s
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 126 - PERDEBATAN WILLIAM DAN LAURA

Pagi hari Marsha dan William sudah bersiap. Marsha kini tengah membantu William memasang dasi. Seperti biasa, Marsha selalu menyiapkan pakaian yang akan di pakai William untuk ke kantor. Tubuh Willim sudah terbalut jas berwarna navy yang Marsha pilihkan untuknya. Arloji Rolex penyempurna penampilan William. Marsha memang cerdas dalam memilih pakaian untuk suaminya itu. Sedangkan Marsha hari ini memilih mini leather skrit dengan atasan berwarna putih dan di padukan leather jacket. Marsha memoles make up tipis di wajahnya, ia juga membiarkan rambut pirangnya tergerai indah. "William, ayo kita breakfast. Aku sudah lapar." ucap Marsha. "Ya, kita ke bawah sekarang." jawab William sambil memeluk pinggang istrinya. Kemudian mereka berjalan meninggalkan kamar, menuju ruang makan. Semenjak Laura tinggal di mansion mereka, William sudah tidak lagi meminta untuk breakfast di kamar. William dan Marsha pasti selalu breakfast di ruang makan bersama dengan Laura. "Morning." sapa Laura, saat mel
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 127 - KEDATANGAN MELVIN

Marsha berjalan keluar dari kelas. Ia baru saja menyelesaikan mata kuliahnya. Marsha melirik arloji, kini sudah pukul dua belas siang. Marsha mengambil ponselnya, ia melihat tidak ada pesan masuk dari William. Sejak perdebatan tadi pagi antara William dan Laura, William tidak mengirimkan pesan pada Marsha. Marsha memang tidak mengerti dengan apa yang di rencanakan William. Tapi setidaknya, Marsha lebih memilih percaya pada William. Ia yakin William melakukan ini demi kebaikan Laura. Meski Marsha juga merasa kasihan pada Raymond. Marsha berharap Raymond bisa melewati ini semua dengan baik. Marsha berdiri di dapan kelas, ia menunggu Karin yang saat ini sedang berbicara dengan dosen. Tidak mungkin Marsha meninggalkan Karin, bisa-bisa sahabatnya itu marah-marah dengannya. "Marsha!" teriak Karin saat ia keluar kelas, ia langsung berlari ke arah Marsha. "Karin aku mendengarnya! telinga ku masih berfungsi dengan baik!" ucap Marsha ketus. Karin tersenyum lebar. "Lebih baik kita makan sek
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 128 - CAKE BUATAN ANNETA

Kini Frans berada di depan mansion Karin, setelah makan siang. Frans langsung mengantarkan Karin pulang. Awalnya Karin menolak, karena Karin selalu membawa mobil. Tapi seperti biasa, Frans langsung meminta sopirnya mengantarkan mobil Karin. "Frans, lebih baik kau pulang. Jangan masuk ke rumah ku. Ayah ku sangat galak." tukas Karin, ia sengaja menakuti Frans. Frans terkekeh pelan. "Orang tua mu tinggal di Indonesia. Kau disini bersama dengan pelayan. Lalu siapa yang kau maksud memarahi ku Karin?" "CK! bagaimana kau tahu aku tidak tinggal dengan orang tua ku? apa Marsha yang memberitahunya?" seru Karin kesal. "Aku sudah katakan pada mu Karin, aku tahu semua tentang mu. Jadi kau tidak perlu lagi menutupi sesuatu atau bersusah payah membohongi ku. Karena itu semua percuma. Aku sudah menyelidiki tentang diri mu." ujar Frans dengan penuh kemenangan. Ia memang sudah mencari tahu semua tentang Karin, jadi percuma jika Karin berbohong padanya. Ia pasti dengan cepat mengetahuinya. "Kau ini
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 129 - BELIEVE IN YOU

Marsha baru saja selesai membersihkan diri, ia sudah mengganti pakaiannya dengan gaun tidur berwarna maroon motif brookat. Ia melirik ke jam dinding kini sudah pukul sembilan malam tapi William masih belum juga pulang. Marsha berjalan menuju ranjang, ia duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Marsha mengambil ponselnya di atas nakas, tidak ada pesan masuk satu pun. Biasanya William selalu mengirim pesan jika pulang terlambat, tapi ini tidak. CeklekSuara pintu kamar terbuka, Marsha menoleh ke arah pintu kamar. Senyum diwajah Marsha, ketika melihat William sudah berdiri di depan pintu. Marsha beranjak, dan langsung berjalan ke arah William. "Kenapa kau pulang malam tidak kirim pesan pada ku?" seru Marsha kesal, namun meski ia kesal Marsha tetap membantu William melepaskan dasi dan juga jasnya. William menundukan kepalanya lalu mengecup bibir Marsha. "Maaf, aku terlalu sibuk dan banyak yang harus aku kerjakan." jawab William. Marsha mendengus tak suka. "J
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 130 - MEETING PERTAMA MARSHA

Pagi hari, Marsha dan William sudah bersiap. Hari ini Marsha memang tidak datang ke kampus. Marsha harus ikut dengan William ke perusahaan. Sebenarnya jika boleh memilih Marsha lebih baik tidak ikut. Marsha tidak suka datang ke perusahaan dan membahas bisnis. Bagi Marsha sangat membosankan, tapi Marsha tidak mempunyai pilihan lain. Mau tidak mau, dia harus menuruti suami dan keinginan ayahnya. Marsha menatap cermin, memoles wajahnya dengan make up tipis. Dengan balutan dress formal dan blazer membuat Marsha terlihat anggun dan jauh lebih dewasa. William juga sudah selesai bersiap. Seperti biasa, mereka breakfast di ruang makan. Meski Marsha tahu, kemarin William berdebat dengan Laura. Tapi bukan berarti William menjauh dari Laura. "Morning." sapa Laura saat melihat William dan Marsha melangkah masuk ke ruang makan. "Morning Laura." balas Marsha, ia duduk di samping William. Pelayan menyiapkan beef cheese omelette untuk Marsha dan Laura. Sedangkan William, lebih memilih kopi espres
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
53
DMCA.com Protection Status