Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 101 - Chapter 110

528 Chapters

BAB 101 - RENCANA WILLIAM

Kini William sudah berada di dalam mobil Frans. Kali ini William dengan terpaksa harus ikut dengan Frans, walau sebenarnya dia tidak ingin ikut dengan Frans. Dia ingin segera menyelesaikan masalahnya dengan Marsha. Tapi hingga detik ini Marsha, masih belum mau bicara dengannya. William sudah berkali-kali berusaha untuk mengajak Marsha berbicara, tapi Marsha selalu menolak dirinya. "William, kau ingin aku antar langsung ke rumah?" tanya Frans tanpa mengalihkan pandangannya. Dia masih tetap fokus menyetir mobil. "Ya," jawab William singkat."Aku tahu kau bertengkar dengan istrimu, kan? Apa karena wanita yang mengantarmu itu?" kekeh Frans sembari melirik Wiliam sekilas. "Beraninya kau mentertawakanku!" William menghunuskan tatapan tajamnya ke arah Frans. "Aku sudah memberitahumu, jangan membawa wanita itu. Kau dengan berani membawa wanita itu. Sekarang kau rasakan sendiri akibat dari yang kau lakukan," jawab Frans dengan santai. Kali ini, dia tidak mau di salahkan karena sebelumnya d
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

BAB 102 - MENGAJAK KE PESTA

Keesokan pagi, Marsha sudah berada di kampus. Sebenarnya Marsha terus memikirkan keadaan William, dia selalu khawatir pada kesehatan William. Terakhir Marsha mengirim pesan pada Laura menanyakan apakan dokter pribadi William sudah memeriksa Wiliam atau belum. Untungnya, William mendengar perkataan Marsha, kemarin dokter datang memeriksa keadaan William. Setidaknya kini Marsha bisa jauh lebih tenang. Marsha melangkah masuk ke dalam kampus, namun langkahnya terhenti ketika dia mendengar suara yang berteriak memanggil namanya. Marsha membuang napas kasar, dia sudah tahu siapa lagi kalau bukan Karin. Sahabatnya itu memang suka sekali berteriak, seperti di hutan saja. "Marsha.." Karin kembali berteriak semabari erlari menghampiri Marsha. "Karin, aku mendengarmu. Tidak perlu sampai berteriak, aku tidak tuli!" seru Marsha kesal. Karin tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. "Aku hanya memastikan, kau mendengarku." Marsah mendengus, dia menatap kesal Karin. "Sudah jangan marah, le
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

BAB 103 - SALAH PAHAM

Di dalam ruang meeting, William duduk di kursi kebesarannya. Kini dirinya tengah membahas kerja samanya dengan Kim, rekan bisnya dari Hong Kong. Sudah dua hari William menunda meeting ini. Tentu semua kerena seluruh pusat perhatiannya hanya pada Marsha. Tapi meski dirinya tidak sedang berada bersama dengan Marsha, William sudah meminta beberapa anak buahnya mengawasi istrinya itu dari kejauhan. Setidaknya itulah yang membuat William jauh lebih tenang. "Tuan William, jadi apa kita akan melakukan pembangunan apartemen di Jepang?" Kim bertanyaa saar dirinya baru saja selesai membaca proposal yang diberikan asistantny itu. Wiliam mengangguk. "Ya, Jepang memiliki banyak tourist. Harga properti disana juga sangat mahal. Aku rasa akan sangat bagus kita membangun apartemen di Jepang. Tapi aku tidak hanya ingin di Asakusa." "Baik Tuan William, assistant saya akan mengurus semuanya." jawab Kim."Alright, kalau begitu meeting sampai hari ini. Kontrak kerja sama bisa anda kirim langsung ke ass
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

BAB 104 - SECONDH CHANCE

William tidak memperdulikan saat paparazzi mengambil gambarnya dengan istrinya. Tidak perduli dengan pemberitaan di media saat dirinya mengejar dan membopong istrinya. Bagi William yang terpenting saat ini adalah menjelaskan semuanya pada istrinya. Dia tidak ingin semuanya berlarut. Sudah cukup dia berjauhan dari istrinya, dia tidak bisa lagi menahan diri. Kini William membawa Marsha masuk ke dalam kamar hotel yang baru saja dia pesan. Kali ini dia akan memaksa istrinya itu untuk berbicara dengannya. Tidak perduli Marsha menolaknya, dia akan terus memaksa istrinya untuk berbicara denganya. "Lepaskan aku William, aku ingin pulang!" Marsha mendorong tubuh William, dia hendak meninggalkan kamar hotel itu namun William langsung memeluk pinggangnya. Hingga membuat Marsha tidak berkutik. "Kita harus bicara, Marsha," tukas Wiliam menekankan. "Lepas! Aku tidak ingin bicara padamu!" Marsha berontak, dia terus mendorong tubuh suaminya itu. "Kita bicara, jika kau tidak mau bicara denganku.
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

BAB 105 - HUKUMAN?

Tanpa menjawab, William langsung menyambar bibir Masha, mencium dan melumatnya. Mendapatkan ciuman dari William, Marsha langsung membalas ciuman William, mengikuti setiap lumatan yang di berikan oleh suaminya itu. Dengan cepat William membopong tubuh Marsha menuju ranjang.William meletakan Marsha di atas ranjang. Dia langsung melemparkan jasnya sembarangan. Lalu naik ke atas tubuh Marsha dan kembali memagut bibir ranum istrinya itu. "Kau tahu, aku sangat merindukanmu," bisiknya tepat di depan bibir Marsha. Marsha tersenyum, dia mengelus rahang suaminya itu. "I know, aku juga sangat merindukanmu." "I wanna give you the punishment, Marsha," bisik William di telinga Marsha seraya mengecupi leher jenjang Marsha.Marsha kembali tersenyum. "Tell me what kind of the punishment?""You will know." William kembali menyambar bibi Marsha, melumatnya dan mencecapinya. Marsha mengitkan tangannya di leher William. Kemudian Marsha membuka mulutnya dan membalas ciuman William. Lidah William mulai m
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

BAB 106 - HOME

Mobil Wiliam mulai memasuki parkiran mansion mereka. Kemudian, William dan Marsha turun dari mobil. Ya, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah, hari ini untungnya Marsha tidak memiliki jadwal kuliah. Jika Marsha memiliki jadwal kuliah sudah pasti Marsha memaksa untuk masuk kampus. Sedangkan William, dia memilih bekerja di rumah. Wiliam akan memeriksa semua pekerjaanya dari rumah. Dia mempercayakan Albert untuk menangani semua pekerjaanya di perusahaan. William juga sudah meminta Anneta mengurus barang-barang Marsha. Dia tidak mungkin membiarkan istrinya harus kelelahan mengambil barang-barangnya. Semua barang-barang Marsha yang ada di hotel sudah di urus oleh Annetha. Kini, William menggenggam tangan Marsha masuk ke dalam rumah. Para pelayan yang melihat William dan Marsha masuk ke dalam rumah, mereka langsung menundukan kepalanya dan menyapa dengan sopan tuan dan nyonya mereka. Marsha membalas mereka dengan senyuman ramah. Rasanya, Marsha sudah lama sekali tidak pulang ke rumah.
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

BAB 107 - BIRTHDAY?

Di dalam kamar, Laura duduk di sofa. Dia menatap pemandangan di luar dari balik jendela kamar. Kandungannya kini sudah memasuki minggu ke delapan. Sudah beberapa kali Raymond datang menemuinya. Tapi, para pengawal William dengan cepat langsung mengusir Raymond. Laura juga sudah mendengar Lukas, ayahnya sudah keluar dari rumah sakit. Hanya saja dia masih belum bisa menemui kedua orang tuanya. Laura takut, jika dia menemui kedua orang tuanya akan membuat orang tuanya kembali jatuh sakit. Rasanya Laura juga belum sanggup bertemu dengan kedua orang tuanya. Ia tahu, dirinya telah begitu melukai kedua orang tuanya. Mengecewakan kedua orang tuanya. Hal ini yang membuat Laura lebih baik, untuk sementara waktu tidak menemui kedua orang tuanya.Saat ini Laura memang tinggal di mansion milik William, tapi itu yang membuat Laura tidak bebas. Sejak Laura berada di mansion William ini, dirinya selalu terkurung. Kakaknya itu tidak pernah membiarkan Laura keluar rumah. William mengizinkan Laura jik
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

BAB 108 - PERSIAPAN ULANG TAHUN MARSHA

Keesokan pagi, Marsha sudah bersiap. Seperti biasa, Marsha sudah kembali ke aktivitas kesehariannya menyiapkan pakaian yang di pakai oleh suaminya hari ini. Rasanya sudah lama sekali Marsha tidak menyiapkan ini untuk William. Marsha melangkah mendekat ke arah William yang kini tengah mengancingkan kemejanya. Marsha langsung mengambil alih, dia membantu suaminya. mengancingkan kemeja William. Memasangkan dasi hingga membantu William memakai jas. Terakhir, Marsha memilihkan arloji untuk suaminya. Pilihannya jatuh pada Rolex berwarna silver. "Wiliam kita sarapan di ruang makan saja, tidak enak dengan Laura makan sendiri di ruang makan," kata Marsha. Dia tidak enak jika sarapan di kamar, sedangkan adik iparnya makan di ruang makan. "Ya, kita akan makan di ruang makan," jawab William sembari mengecup kening istrinya. Kemudian William dan Marsha berjalan meninggalkan kamar, biasanya William sering meminta Marsha untuk sarapan di kamar. Untuk sekarang, itu tidak mungkin. Karena Laura sed
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

BAB 109 - LUKISAN WILLIAM DAN MARSHA

Marsha melangkah keluar dari kelas. Dia baru saja menyelesaikan mata kuliahnya hari ini. Marsha melirik arlojinya, kini sudah pukul tiga sore. Marsha mengingat kalau mertuanya kini sudah pulang dari rumah sakit. Marsha mengambil ponselnya di dalam tasnya, lalu dia mulai mencari kontak Veronica, ibu mertuanya dan mulai menghubunginya. "Mama?" sapa Marsha dengan suara lembut saat panggilannya terhubung"Marsha? Apa kabar, sayang?" tanya Veronica dari seberang line. "Aku baik, Ma. Mama dan Aapa apa kabar? Aapa sudah keluar dari rumah sakit, kan Ma?" "Mama baik sayang, Papa juga sudah keluar dari rumah sakit. Saat ini kesehatannya mulai membaik sayang." "Aku senang mendengarnya, Ma.""Ma, saat ini Laura tinggal bersama denganku dan William." "Biarkan Marsha, bukannya Mama tidak mau menemuinya. Hanya saja Papamu belum bisa bertemu dengannya. Dia masih belum mau menemui Laura. Biarkan William menjaga Laura. Mama percaya William akan melakukan yang terbaik." Marsha mendesah pelan. "Aku
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

BAB 110 - PILLOW TALK

Marsha dan William kini berada di dalam kamar mereka. Marsha memutuskan untuk membersihkan diri lebih dulu, Jika tidak, William akan meminta mandi bersama. Marsha tahu, jika mereka mandi bersama itu tidak akan pernah sebentar. Setelah, Marsha baru saja selesai membersihkan diri, dia juga sudah mengganti pakaiannya dengan gaun tidur tipis motif brokat berwarna putih. Kemudian, dia duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. William yang masih fokus dengan ipadnya, dia tidak menyadari Marsha sudah selesai mandi. William menoleh saat merasa ada yang duduk di sampingya. Saat William melihat Marsha sudah berada di sampingnya, dia langsung meletakan ipadnya di atas nakas Lalu mengecup kening Marsha. "Kau sudah selesai?" tanyanya. Marsha mengangguk. "Sudah, aku sudah selesai mandi. Kau mandilah, William. Aku akan menyiapkan pakaian untukmu." William mendekatkan bibirnya ke bibir Marsha lalu mengecup dengan singkat bibir Marsha. "Ya, aku akan mandi," jawabnya, lalu
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
PREV
1
...
910111213
...
53
DMCA.com Protection Status