Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 91 - Chapter 100

528 Chapters

BAB 91 - THE TRUTH

Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulih wajah Marsha. Perlahan Marsha mulai membuka matanya. Dia mengerjap, lalu melirik jam dinding kini sudah pukul sembilan pagi. Beruntung, hari ini Marsha tidak memiliki jadwal kuliah. Marsha beranjak dari ranjang dan menuju kamarnya. Dia, yakin William pasti sudah berangkat ke kantor. Benar saja, saat Marsha masuk ke dalam kamarnya, William sudah berangkat. Jika mengingat kejadian tadi malam, rasanya Marsha ingin sekali pergi jauh. Tapi bagaimanapun ini terjadi karena Marsha tidak jujur pada William. Marsha berjalan menuju kamar mandi. Dia memilih untuk berendam air hangat. Aroma madu dengan milk membuat kulitnya semakin halus. Tidak hanya itu, berendam bisa merilekskan tubuh Marsha, dan membantu dirinya dalam melupakan sesaat hal yang membebani pikirannya. Tidak lama kemudian, setelahh Marsha sudah selesai berendam dan sudah mengganti pakaiannya. Hari ini, dia memilih untuk tetap di rumah. Marsha duduk di sofa kamar sambil membaca
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 92 - MENCOBA MENJELASKAN

William duduk di kursi kebesarannya. Pagi ini dia datang lebih pagi. Dia sengaja menghindar dari Marsha, karena dirinya masih belum bisa mengendalikan amarahnya. Mengingat Marsha telah berbohong padanya rasanya dia sulit untuk mendengar penjelasan dari Marsha. Sebenarnya William merasa menyesal karena kemarin telah melukai Marsha. William bahkan tidak memperdulikan tangis dan teriakan Marsha yang memohon padanya untuk berhenti. William terlalu dipenuhi dengan amarah. Terlebih William mendengar jika Marsha bertemu dengan Raymond dibelakangnya. Dipikiran William selalu berpikir Marsha masih mencintai Raymond. William sudah mendengar Marsha begitu setia menunggu Raymond kembali ke Kanada. Itu yang membuat William geram dan tidak bisa mengendalikan amarahnya. William menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya dan memejamkan mata lelah. Masalah adiknya belum terselesaikan, sekarang harus bertambah dengan istrinya yang tidak berkata jujur padanya. Dia tidak akan pernah membiarkan Laura m
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 93 - PENJELASAN MARSHA

"Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan tadi? Lebih baik kau pulang, Aku tidak ingin mendengar penjelasan darimu!" balas William tegas. Sorot matanya begitu tajam ke arah Marsha."Kalau kau ingin aku pulang, maka aku akan pulang. Tapi sebelum aku pulang aku harus menjelaskan semuanya padamu. Kau boleh tidak menganggapku ada di ruangan ini. Aku hanya memintamu mendengarkan perkataanku karena aku hanya menjelaskan satu kali. Aku tidak akan menjelaskan untuk kedua kalianya," ucap Marsha dengan suara tenang. Dia berusaha untuk mengendalikan emosinya.Marsha menatap dalam mata William, dia tidak perduli William ingin mendengarkan atau tidak. Tapi dia akan tetap menjelaskanya. Sedangkan William, terlihat begitu menahan amarahnya."Dulu, aku dan Raymond saling mencintai. Ya, kau benar aku memang menunggunya kembali ke Kanada. Terakhir sebelum dia meninggalkan Kanada, dia berpesan padaku untuk menunggunya. Aku dengan setia menunggunya. Meski banyak pemberitaan dia berkencan dengan wanit
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 94 - PANIK

William turun dari mobil, dia membanting kasar pintu mobilnya dan langsung masuk ke dalam mansion. Dia tidak berhasil mengejar Marsha, saat dia mengejar Marsha, mobil yang dibawa istrinya itu sudah lebih dulu menghilang dari pandangannya. Wajah Marsha menangis terus berada dipikiran William, dia tidak henti menyalahkan dirinya. Dia sungguh menyesal membuat istrinya menangis. Kecemburuannya membuat istrinya terluka. Bahkan dia benar-benar tidak menyangka dirinya begitu melukai istrinya. William memang tidak pernah bisa mengendalikan emosi dan amarahnya. Terlebih ketika mendengar pria masa lalu dari istrinya kembali. Dia hanya takut jika istrinya kembali pada pria di masa lalunya itu. Rasa takutnya membuatnya telah melukai istrinya."Marsha." panggil William saat memasuki kamar, namun dia tidak berhasil menemukan keberadaan istrinya itu."Marsha, sayang.." teriak William. Dia mencari Marsha di setiap sisi ruangan, tapi tetap saja tidak menemukan Marsha.Laura yang tadi menatap William
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 95 - I NEED SPACE

"Aku ingin kita membicarakan ini, Marsha. Maafkan aku, sayang," ucap William dengan penuh penyesalan."Lebih baik kau pulang sekarang, Wiliam. Aku sudah mengatakan tadi di kantormu aku hanya membahasnya denganmu satu kali. Tidak untuk ke dua kali. Aku mohon kau pulang," ucap Marsha dengan suara tenang. Bukan ingin mengusir William, tapi saat ini dirinya membutuhkan waktu untuk sendiri.William menatap dalam mata Marsha. "Aku ingin kita membahas ini, Marsha. Aku tidak ingin kita bertengkar. Maafkan aku, Marsha," Suara William terdengar begitu parau. Marsha mundur dan menjauh dari William. Matanya sudah berkaca-kaca, dia berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. "William, aku tidak ingin membahas apapun. Pulanglah ke rumah, kita harus menenangkan diri kita masing-masing.""Tidak, Marsha, aku tidak bisa! Aku tidak mau meninggalkanmu di sini. Kalau aku pulang, kau juga harus pulang. Kita harus pulang bersama!" tukas William tegas. Tatapannya terus menatap lekat Marsha, yang kini terus
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 96 - FORGIVE ME PLEASE

"Semua yang aku lakukan hanya karena aku takut kehilangaanmu dan itu semua karena aku mencintaimu, Marsha. Aku tidak sanggup jika kau memilih pria di masa lalumu. Aku tidak sanggup kau memilih dia. Aku tidak bisa hidup jika tidak ada dirimu, Marsha," ucap William dengan suara lemah. Dia masih menundukan kepalanya.Sedangkan Marsha, terdiam mendengarkan ucapan William. Hatinya masih begitu sakit dan sesak. Air matanya, tidak mampu lagi tertahan. Terlebih melihat William mengucapan itu. Marsha melihat penyesalan dari dalam diri William. Namun, jujur saat ini Marsha tidak mungkin mudah begitu saja melupakan hal yang telah menyakitinya. Jika mengingat itu, Marsha benar-benar sulit untuk menerimanya.Marsha terus menatap Wiliam yang masih bersimpuh di lantai. Ini pertama kalinya, dia melihat suaminya seperti ini. Hati Marsha begitu sedih melihat William harus seperti ini. Tapi tidak, hati Marsha masih belum bisa menerima semuanya, William terlalu melukai hatinya. Setip perkataan William me
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 97 - KEDATANGAN RAYMOND

Keesokan pagi, William sudah berada di ruang kerjanya. Pagi ini memang dia berangkat kerja lebih pagi. Dia sengaja berangkat lebih pagi, sungguh dia merasa kehilangan sosok istrinya. Biasanya Marsha selalu menyiapkan dasi dan jas untuknya tapi saat William bangun disampingnya tidak ada istrinya. Meski baru hanya satu hari, tapi rasanya dia tidak sanggup. William tidak bisa bertahan lebih lama lagi. DIa tidak bisa menahan diri, ingin sekali dia menjemput Marsha untuk pulang. Tapi dia yakin pasti Marsha akan menolaknya. William menyandarkan punggungnya di kursi, kemudian dia menekan tombol interkom, untuk menghubungiAlbert. Dia meminta assiatntnya itu untuk segera menemuinya. Tidak lama kemudian, Albert masuk ke dalam ruang kerja William. "Tuan," sapa Albert menundukan kepalanya saat melangkah masuk ke dalam. "Kosongkan jadwalku hari ini, aku sedang tidak ingin diganggu," tukas Wiliam dingin.Albert mengangguk patuh. "Baik, Tuan." "Albert, aku ingin bertanya padamu?" Kini William me
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 98 - USAHA WILLIAM

Marsha berjalan keluar dari kelas, dia baru saja menyelesaikan kelas pagi. Dia melirik arloji kini sudah pukul dua belas siang. Sudah waktunya Masha untuk makan siang. Marsha menoleh mencari keberadaan Karin. Meski kini pikiran dan hatinya terus memikirkan William, tapi dia tidak bisa meninggalkan kuliahnya. Marsha tetap pada tujuan awal, dia ingin lulus sebelum satu tahun. "Marsha," Suara teriakan Karin begitu kencang dan berlari ke arah Marsha. Marsha membuang napas kasar, mendengar suara teriakan Karin. Dahabatnya itu benar-benar seperti di hutan. "Ya," jawab Marsha singkat. Karin mengerutkan keningnya. Ketika melihat wajah Marsha yang tampak muram. "Kau kenapa, Marsha? Kau marah karena menungguku? Maaf, aku tadi lupa mengerjakan tugasku," kata Karin dengan senyum lebarnya memperlihatkan gigi putihnya. "Bukan, ini bukan karenamu. Aku memang sedang dalam keadaan yang tidak baik. Lebih baik kita makan. Aku tidak terlalu lapar, tapi sepertinya makan cake dan ice cream di siang har
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 99 - TIDAK AKAN MENYERAH

Kini Mobil William sudah berada di hotel yang ditempati oleh Marsha. Tepat saat mobil Marsha memasuki parkiran, tidak lama kemudian hujan turun begitu deras dan kilatan petir terdengar begitu kencang. William dan Albert yang masih berada di dalam mobil. William masil terus memperhatikan Marsha saat Marsha berlari masuk ke dalam hotel dan saat kilatan petir terdengar begitu kencang, Marsha terlihat begitu takut. Wajah Marsha langsung memucat saat mendengar suara petir. Rasanya William ingin sekali membawa Marsha ke dalam pelukannya, menenangkan Marsha dari rasa takutnya. Menjaga istrinya agar tidak takut lagi. Biasanya ketika hujan dan petir seperti ini Marsha selalu memeluk William dengan erat. William benar-benar merindukan Marsha. Bahkan demi melihat Marsha, hari ini William membatalkan seluruh meeting dengan rekan bisnisnya. Dia juga tidak ingin di ganggu oleh siapapun. William tidak perduli dengan kerja sama dengan rekan bisnisnya. Saat ini yang ada di pikiran William adalah Ma
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 100 - DI JEMPUT FRANS

Sinar matahari pagi menembus jendela, perlahan Marsha mulai membuka matanya, menguap dan menggeliat. Dia melirik ke jam dinding kini sudah pukul delapan pagi. Marsha menoleh melihat ke arah Wiliam yang masih tertidur pulas. Marsha menempelkan tangannya ke dahi William, badan William masih hangat. Tadi malam badan William demam, Marsha harus mengompres badan William yang demam. Beruntung butik langganan Marsha tadi malam mau mengatarkan beberapa pakaian untuk William, jadi William tidak lagi memakai bathdrobe. Marsha mengambil kain dan air dingin. Dia harus mengompres badan William yang masih demam. "Cepatlah sembuh, William," kata Marsha. Dia menarik selimut William, menutupi tubuh suaminya itu. Marsha terdiam menatap William yang masih tertidur lelap, dia kembali mengingat semua perkataan William tadi malam. Hatinya memang tersentuh saat mendengar semua ucapan William. Tapi tetap hatinya masih sangat terluka dengan apa yang di lakukan William. Marsha bisa melihat William begitu m
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more
PREV
1
...
89101112
...
53
DMCA.com Protection Status