Semua Bab Jerat Pesona Pengacara Tampan: Bab 31 - Bab 40

40 Bab

Bab 31. Are You Crazy?

“Apa kau sudah tidak waras, Maxton?!” Suara Selena berseru dengan nada tinggi seraya menatap Samuel Maxton yang ada di hadapannya. Emosi Selena tak lagi bisa tertahan menghadapi sifat Samuel yang tak masuk akal sehatnya. Pria di hadapannya ini begitu berani menculiknya. Dan hal tergila yang dilakukan oleh Samuel adalah membawa dirinya sekarang ke sebuah hotel terdekat dari Restoran Jepang di mana tadi dirinya bersama dengan putranya tengah makan siang. “Kenapa kau masih dekat-dekat dengan Dean? Bukannya aku sudah bilang kalau dia pria yang tidak pantas untukmu, Selena?” Samuel berucap dengan nada tinggi dan tersirat penuh ketegasan di sana. Sepasang iris mata cokelatnya menatap dingin dan tajam Selena. Pria itu tak mengindahkan ucapan Selena yang mengatakan diriya tak waras. Tujuan Samuel membawa Selena karena dia tak suka Selena bersama dengan Dean. “Demi Tuhan, Maxton! Kau memang benar-benar gila! Kau menculikku hanya karena mengatakan Dean tidak pantas untukku? Apa urusannya d
Baca selengkapnya

Bab 32. You Have The Same Eye Color as Uncle Samuel

“Paman … tadi Paman ke mana? Kenapa meninggalkanku lama sekali?” Suara Joice bertanya saat Samuel menggendongnya memasuki kamar. Selama di London memang Samuel sering meluangkan waktu untuk keponakannya. Karena memang selama ini Samuel jarang bertemu dengan keponakannya. Jika bertemu pasti biasanya hari libur sekolah. “Maaf, tadi Paman sedang menerima telepon penting dari rekan bisnis Paman.” Samuel mendudukan tubuh Joice di tepi ranjang. Terpaksa Samuel harus membohongi keponakannya. Tidak mungkin dia mengatakan yang sejujurnya. Joice mengangguk-anggukan kepalanya. “Oh, ya, Paman. Mendekatlah padaku. Aku ingin melihat mata Paman.” Samuel menuruti permintaan keponakannya. Pria itu mendekatkan wajahnya pada keponakannya itu. Pun Joice menatap lekat-lekat mata Samuel dengan tatapan polosnya. “Mata Paman mirip Oliver. Berwarna cokelat dan memiliki bulu mata panjang.” Alis Samuel terangkat, menatap Joice. “Bukankah orang yang memiliki mata warna cokelat itu banyak?” “Berbeda, Pama
Baca selengkapnya

Bab 33. The Biggest Mistake

“Tuan Samuel, apa setelah project pembangunan perusahaan selesai; Anda akan segera kembali ke New York, Tuan?” Suara Vian bertanya pada Samuel yang tengah memeriksa dokumen kasus yang belakangan ini Samuel tangani. Tampak raut wajah Samuel begitu serius memeriksa dokumen tersebut. “Aku belum tahu. Aku akan memutuskan jika pembangunan perusahaan kita sudah seratus persen selesai.” Samuel menutup berkas yang dia tadi baca lalu melanjutkan, “Setelah ini, kau memeriksa dokumen yang menyangkut pajak, dan segera berikan kasus itu pada pengacara sudah berpengalaman cukup lama di bidang ini.” Vian menganggukan kepalanya. “Baik, Tuan.” “Keluarlah. Selesaikan pekerjaamu yang lain,” ucap Samuel dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Vian langsung menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Samuel. Kini Samuel menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya seraya memejamkan mata lelah. Tak lama lagi project pembangunan perusahaannya yang ditangani oleh Nicholas Design Interior aka
Baca selengkapnya

Bab 34. Hidden Jealousy

Pesta yang diadakan oleh Rava Chayton memang tak begitu banyak tamu undangan. Hanya beberapa rekan bisnis terdekat dengan Rava Chayton saja. Namun, meski tidak banyak tetap saja Selena cukup lelah merespon para tamu undangan yang menyapa dirinya. Dan beberapa di antaranya mengajaknya berkenalan. Memang ada sebagian yang mengenal dirinya berasal dari Keluarga Geovan. Akan tetapi ada juga yang lupa. Pasalnya Selena sudah lama tak muncul. Pun Selena sudah lama tidak menggunakan nama ‘Geovan’ setiap orang yang mengajaknya berkenalan, Selena selalu menggunakan nama ‘Nicholas’ meski dirinya sudah berbicara dengan sang ayah tetapi Selena tetap merasa tidak pantas menyandang nama ‘Geovan’ di belakang namanya. “Nona Selena, Anda sangat cantik malam ini. Apa Anda hanya datang ke pesta ini hanya sendiri?” ujar seorang pria berperawakan tampan dan berusia matang menyapa Selena. “Terima kasih, Tuan. Dan, ya … saya sendiri di sini,” jawab Selena ramah. Kalau boleh jujur sudah tak lagi terhitung p
Baca selengkapnya

Bab 35. She’s in Danger

“Ke mana Selena? Kenapa tadi aku lihat dia seperti marah? Kau apakan dia, Samuel?” Suara Rava bertanya seraya melangkah menghampiri Samuel yang tengah meminum champagne. Tampak tatapan Rava menatap lekat Samuel penuh selidik. Pasalnya tadi Rava melihat Selena meninggalkan Samuel dengan tatapan kesal. Sedangkan Samuel malah menatap Selena dengan senyuman misterius. Itu yang membuat Rava semakin curiga. Rava yakin pasti ada sesuatu sampai membuat Selena marah. “Aku tidak melakukan apa pun padanya. Hanya pembicaraan ringan saja,” jawab Samuel dengan santai seraya menyesap kembali champagne di tangannya. Rava menatap curiga Samuel. “Apa kau memiliki hubungan khusus pada Selena Geovan?” tanyanya penuh interogasi. Semakin ke sini Rava mencurigai Samuel memiliki hubungan khusus dengan Selena. Pasalnya Samuel selalu marah setiap kali dirinya mencoba mendekati Selena. Bukan hanya dirinya saja tapi juga pria lain. “No, aku tidak memiliki hubungan apa pun dengannya,” jawab Samuel datar denga
Baca selengkapnya

Bab 36. I Hate You, Samuel!

Suara dering ponsel terdengar, membuat Samuel yang tengah berbicara dengan Rava; langsung mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang tak henti berdering itu. Awalnya Samuel hendak menolak panggilan itu namun Samuel mengurungkan niatnya kala melihat di layar terpampang nomor Iris—tunangannya. Detik selanjutnya, Samuel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut. “Ada apa, Iris?” jawab Samuel datar kala panggilan terhubung. “Sayang, kau di mana?” ujar Iris dari seberang sana. “Aku sedang bersama Rava. Kenapa?” “Sayang, minggu ini aku belum bisa kembali ke London. Aku masih banyak pemotretan.”“Kau selesaikan saja pekerjaanmu.” “Kapan perusahaanmu yang sedang dibangun Nicholas Design Interior akan selesai? Kenapa lama sekali, Sayang? Aku tidak suka kau terlalu dekat dengan Selena. Aku cemburu, Samuel.” “CK! Singkirkan pikiran konyolmu itu, Iris.” “Tapi aku—” “Kau bisa menghubungiku lagi besok. Tidak sekarang. Aku ingin istirahat.” Samuel langsung menutup panggilan
Baca selengkapnya

Bab 37. He’s Such a Jerk!

“Proses pria sialan itu ke jalur hukum. Jebloskan dia ke penjara. Aku tidak mentoleransi sedikit pun. Aku juga tidak peduli meski dia pengusaha ternama sekalipun. Aku tidak akan membiarkan pria itu meminta maaf pada Selena. Maaf tidak akan mengubah keadaan. Selena pasti akan trauma karena kejadian kemarin.” Samuel berucap dengan dingin dan tegas pada Vian—asistennya yang ada di hadapannya. Pagi ini, Vian langsung datang menemui Samuel untuk membahas tentang kejadian tadi malam. Pria yang kemarin melecehkan Selena adalah Yagil Upton—salah satu pengusaha yang baru-baru ini memiliki popularitas tinggi. Wajar saja Yagil tak mengenali Selena karena tadi malam dia mabuk berat. Lepas dari itu beberapa tahun terakhir Selena pun sekarang jarang muncul di pertemuan bisnis. Itu kenapa banyak yang tak mengenali Selena. “Maaf, Tuan. Tapi pihak Yagil Upton berusaha ingin bertemu dengan Nona Selena. Beliau juga memaksa Tuan Rava agar bisa bertemu dengan Anda, Tuan,” jawab Vian melaporkan. “Aku ti
Baca selengkapnya

Bab 38. He Will Never Change

“Nona Selena?” Sang pelayan menyapa Selena yang baru saja keluar kamar. Kini tubuh Selena sudah terbalut oleh dress berwarna peach. Warna yang lembut itu sangat indah di tubuh Selena. Gaun itu memang bermodel simple tapi jika sudah dipakai Selena maka gaun itu tampak elegan dan anggun. “Di mana, Samuel?” tanya Selena seraya menatap sang pelayan yang berdiri di hadapannya. “Tuan Samuel berada di ruang kerjanya, Nona. Mari saya antar Anda ke ruang kerja beliau. Sebelumnya, Tuan Samuel berpesan ingin Anda menemuinya di ruang kerjanya,” jawab sang pelayan memberitahu. Selena terdiam beberapa saat. Sebenarnya Selena ingin langsung pulang ke rumah. Tapi bagaimana pun Samuel sudah menolongnya. Mau tak mau Selena paling tidak harus izin keluar apartemen pria itu. Dia tak bisa pergi begitu saja tanpa pamit. Detik selanjutnya, Selena menganggukan kepalanya merespon ucapan sang pelayan. Kini Selena melangkah mengikuti pelayan itu menuju ruang kerja Samuel. Tampak Selena sedikit mengendarkan
Baca selengkapnya

Bab 39. Like Father Like Son 

Keheningan membentang dari dalam mobil. Baik Samuel dan Selena tak mengeluarkan sepatah kata pun. Mereka saling diam. Samuel fokus melajukan mobilnya, dan Selena memilih untuk menatap ke luar jendela. Siang itu cuaca begitu mendung. Langit cerah telah tertutup awan gelap. Dan itu yang membuat perhatian Selena teralih pada hamparan langit yang mendung. Hingga kemudian, mobil yang dilajukan oleh Samuel mulai memasuki halaman parkir gedung apartemen di mana penthouse milik Selena berada. Tampak Selena lega karena dirinya sudah tiba di rumah. Paling tidak Selena tak lagi berada di dekat Samuel. Namun, dikala Selena ingin meminta Samuel membukakan kunci mobil; tatapan Selena teralih pada Oliver yang duduk di lobby sambil memeluk lututnya. Sontak Selena terkejut melihat Oliver yang tampak menekuk wajahnya. “Samuel buka pintunya. Aku ingin menemui putraku,” seru Selena cepat. Samuel tak sengaja melihat ke arah lobby—menatap Oliver yang duduk di lobby sambil memeluk lutut. Refleks, Samuel
Baca selengkapnya

Bab 40. A Gift?

Selena menatap Samuel menggendong Oliver yang tertidur pulas. Tampak Oliver tidur begitu nyenyak dalam pelukan Samuel. Ya, aatu harian ini Samuel mengajak Oliver bermain. Mulai dari robot-robotan. Lalu bermain saling bersembunyi, dan menemukan. Tak pernah Selena sangka Samuel mau bermain bersama dengan Oliver. Bahkan Samuel mampu menidurkan Oliver dalam dekapannya. Sejenak, ada rasa khawatir dalam diri Selena. Jika bedekatan seperti ini; wajah Oliver dan Samuel sangat mirip. Hal yang membuat Selena khawatir kalau Samuel curiga. Pun Selena khawatir kalau keluarga besarnya tahu tentang ini. Buru-buru Selena menepis pikirannya. Samuel tak akan mungkin tahu. Begitu pun dengan keluarga besarnya juga tak akan pernah tahu tentang ayah dari Oliver. “Selena,” panggil Samuel pelan sambil menatap Selena yang berdiri tak jauh darinya. “Iya?” Selena segera melangkah menghampiri Samuel. “Di mana kamar Oliver? Dia sudah pulas. Aku ingin membaringkannya di ranjang supaya dia lebih nyaman,” ujar S
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status