Semua Bab Jerat Pesona Pengacara Tampan: Bab 41 - Bab 50

140 Bab

Bab 41. Fight 

“Mama … hari ini kita ke mana?” Suara Oliver bertanya seraya melangkah menghampiri Selena yang tengah berias di kamar. Tampak Oliver sudah tampan dengan celana pendek berwarna cokelat tua dan kaus berwarna hijau dengan logo ‘G’ di mana salah satu brand ternama di dunia.“Mama ingin mengajak Oliver jalan-jalan St. James’s Park sambil makan gelato. Habis dari sana, Mama akan mengajak Oliver ke restoran Indonesia yang waktu itu kita datangi bersama dengan Grandaa Marsha. Oliver mau kan?”Selena menatap hangat dan lembut putranya. Lantas wanita itu menundukan tubuhnya, memberikan kecupan di pipi bulat Oliver. “Aku mau, Ma. Aku ingin jalan-jalan bersama Mama,” seru Oliver riang. Senyuman di wajah Selena terlukis begitu indah. “Let’s go kita pergi sekarang.” “Let’s go, Mama,” pekik Oliver seraya menggenggam tangan Selena. Kini Selena melangkah keluar kamar bersama dengan Oliver. Terlihat wajah Oliver sangat senang. Hari ini Selena memang khusus meluangkan waktunya berdua dengan Oliver
Baca selengkapnya

Bab 42. Fight II 

“Yagil Upton sudah ditahan. Media juga tidak memberitakan tentang kasus yang menyangkut Selena ini. Tapi kau harus cepat menengani. Karena kalau kau lambat maka besar kemungkinan Keluara Geovan tahu tentang ini.” Rava berucap seraya menyesap wine di tangannya. Kini Rava berada di ruang kerja Samuel. Pria itu mendatangi Samuel membahas tentang Yagi Upton. Kasus ini memang sengaja Samuel minta agar media tak memberitakan pada publik. Selain tak ingin melibatkan keluarga Geovan, Samuel juga tidak ingin Selena merasa malu dan meninggalkan trauma. Itu alasan kenapa Samuel memilih para media tak mengetahui apa pun tentang hal yang menimpa Selena tempo hari. Semua Samuel lakukan demi menjaga privasi Selena. “Aku akan mengurusnya,” jawab Samuel dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Rava mengangguk singkat. “Anyway, kapan kau kembali ke New York? Aku dengar perusahaanmu yang dibangun Nicholas Design Interior hampir rampung. Artinya kau akan kembali ke New York kan?” tanyanya. “Aku belum
Baca selengkapnya

Bab 43. Chaos

“Mama … Bibi galak itu kenapa memukul Mama? Kenapa dia jahat, Ma?” Suara Oliver berucap dengan nada pelan kala Selena membersihkan luka di lutut Oliver. Bibir Oliver tertekuk begitu sedih. Mata dan hidung Oliver memerah karena habis menangis. Beruntung saat Selena membersikan luka di lutut Oliver tak membuat bocah laki-laki itu menangis. “Tidak boleh memanggil Bibi itu dengan sebutan Bibi galak, Sayang. Namanya Iris. Panggil dia Bibi Iris, Nak.” Selena memasukan obat-obatan yang tadi dia gunakan untuk membersihkan luka putranya ke tempat semula. Meski Selena membenci sifat Iris sekalipun tapi Selena tidak ingin mengajarkan Oliver memanggil Iris dengan sebutan ‘Bibi Galak’ Oliver menggelengkan kepalanya. “Aku tidak mau memaggilnya Bibi Iris. Dia Bibi galak dan Bibi jahat. Dia seperti nenek sihir, Ma.” Senyuman di wajah Selena terlukis mendengar Oliver menyebut Iris dengan sebutan nenek sihir. Sungguh, tak pernah Selena sangka Oliver akan mengatakan hal itu. Benak Selena seketika i
Baca selengkapnya

Bab 44. Have You Treated Your Wound?

“Tuan Sean Geovan datang ingin bertemu dengan Anda, Tuan.” Samuel terdiam beberapa saat mendengar ucapan Vian. Tampak pria itu mengembuskan napas panjang. Berita penyerangan Iris pada Selena memang sudah tersebar luas. Hanya dalam hitungan detik berita itu pasti sudah naik dan menjadi trending topic. Popularitas Iris sebagai artis dan model ternama belakangan ini memang sedang naik daun. Ditambah Selena adalah bagian dari Keluarga Geovan yang membuat media akan semakin menaikan berita ini. Dan, ya, ini yang membuat kepala Samuel nyaris pecah. Samuel harus berhadapan dengan masalah baru. Sejenak, Samuel memejamkan mata singkat. Meredakan emosi yang terbendung dalam dirinya. Kasus-kasus yang baru-baru ini masuk ke perusahaannya saja belum semuanya dia periksa. Sekarang harus tambah kasus baru penyerangan Iris pada Selena. Masalah ini akan semakin rumit karena Iris adalah tunanganya. Namanya akan terlibat. Media akan memberitakan hal-hal negative.Kemungkinan masalah ini pun akan rumit
Baca selengkapnya

Bab 45. A Promise

“Apa kau sudah mengobati lukamu?” Samuel menatap lekat dan tersirat mencemaskan luka di wajah Selena. Wajah putih mulus tanpa noda yang biasa dia lihat ini penuh dengan luka lebam. Darah mengering di sudut bibir Selena membuat Samuel tampak kesal. Dalam hati Samuel mengumpati Iris yang menyerang Selena. Terlihat jelas kalau Iris memukul Selena dengan keras. “Pulanglah. Jangan menggangguku, Samuel. Aku tidak butuh kepedulianmu.” Selena segera menepis tangan Samuel yang menyentuh pipinya. Wanita itu menghindar dan menjauh dari Samuel. Namun gerak Selena harus terhenti kala Samuel malah menarik tangannya. Pria itu malah dengan sengaja membawa Selena masuk ke dalam rumah seolah tak peduli dengan penolakan Selena. “Samuel! Lepaskan tanganku! Kenapa kau masuk ke rumahku tanpa permisi?” seru Selena kala Samuel menarik-narik tangannya. Dan sayangnya, sekuat apa pun Selena berontak; Samuel tetap menarik tangan wanita itu hingga membuatnya tak bisa bergerak sedikit pun. Saat tiba di ruang
Baca selengkapnya

Bab 46. Have You Ever Slept with Selena?

Selena tersenyum hangat melihat Oliver tertidur begitu pulas. Wajah polos Oliver membuat Selena begitu tersenyum tulus dan menatap putranya itu dengan tatapan penuh kasih sayang. Sekitar sepuluh menit lalu, Samuel baru saja pulang. Dan selama Samuel berada di sini, pria itu mengajak Oliver bermain. Mulai dari bermain robot-robotan. Mobil-mobilan. Ya, Samuel menghabiskan harinya bermain dengan Oliver sampai Oliver tertidur pulas. Sedangkan Selena tak bisa menolak kehadiran Samuel. Terlihat Oliver sangat menyukai keberadaan Samuel. Itu kenapa Selena akhirnya memilih mengalah. Selena membiarkan Samuel bermain dengan Oliver. Bahkan beberapa kali Oliver tertawa lepas kala bermain dengan Samuel. Lagi. Setiap kali melihat Samuel akrab dengan Oliver membuat Selena merasa bersalah. Tapi tidak. Kebencian dalam hati Selena jauh lebih besar dari rasa bersalah. Samuel memang tak pantas untuk tahu tentang Oliver. Jika Selena merasa hatinya melemah, wanita itu selalu mengingat perjuangan dirinya su
Baca selengkapnya

Bab 47. Anxiety and Guilt

Samuel mengisap rokoknya kuat-kuat dan mengembuskan asap ke udara. Sesekali Samuel menegak wine di hadapannya hingga tandas. Tampak raut wajah Samuel begitu serius. Benak pria itu tengah berkecamuk dengan banyaknya pikiran yang muncul. Perkataan Rava membuat Samuel tak henti berpikir. Setiap kali Samuel ingin menepis pikiran yang muncul pasti akan ada fakta-fakta yang menyulutkan dirinya agar dia yakin. Oliver Nicholas … Samuel mencetuskan nama itu dalam hatinya. Ada keraguan besar dalam hati Samuel tetetapi hingga detik ini entah apa yang membuatnya masih belum bisa melangkah. Samuel seperti dihantui dengan rasa cemas dan bersalah. Serta adanya rasa takut jika ternyata dugaannya salah. Samuel mengembuskan napas kasar. Pria itu menekan putung rokoknya ke asbak. Lantas pria itu kembali mengambil wine dan menyesapnya perlahan. Sorot mata Samuel lurus ke depan. Dengan jutaan hal yang ada di pikirannya. “Tuan Samuel.” Vian—asisten Samuel melangkah masuk mendekat pada Saamuel. “Ada a
Baca selengkapnya

Bab 48. I Want to Meet Your Beloved Fiancé

“Nona Selena, ini teh Anda.” Jenia memberikan secangkir teh hijau—yang sebelumnya dipesan oleh bosnya itu. Pagi ini Selena datang lebih awal ke kantor. Setelah kemarin Selena memilih untuk menenangkan diri di rumah. Dan tepatnya hari ini adalah hari kedua setelah Iris menyerang Selena. Seperti tak ada masalah, Selena tetap terlihat tenang. Bahkan Selena hanya membahas pekerjaan yang tertunda. “Terima kasih, Jenia.” Selena mengambil cangkir yang berisikan teh hijau pemberian Jenia dan disesapnya perlahan. “Jenia minggu ini terakhir project Maxton & Maxton Company, kan? Semuanya sudah selesai, kan?” tanyanya pada sang asisten. Jenia menganggukan kepalanya. “Benar, Nona. Minggu ini minggu terakhir penyelesaian pembangunan Maxton & Maxton Company. Semua sudah dipastikan selesai. Anda tidak perlu khawatir.” Selena terdiam beberapa saat. Wanita itu kembali menyesap teh hijaunya. Pandangannya menatap lurus ke depan dengan pikiran yang menerawang. Akhirnya yang dia nanti-nantikan selesai j
Baca selengkapnya

Bab 49. Who Do You Think You Are?

“Tujuanku ke sini karena ingin bertemu dengan tunanganmu. Temui aku dengan tunangan tercintamu itu.” Suara Selena berucap dengan nada dingin dan tegas. Sepasang iris mata birunya menatap tajam Samuel yang masih duduk di hadapannya. Aura wajah tak ramah terselimuti di paras cantik wanita itu. Ya, Selena sengaja datang ke kantor Samuel karena ada yang harus dia katakan. Alasan kuat hingga detik ini Selena belum mengajukan tuntutan karena dia telah menemukan cara lain untuk memberikan pelajaran pada Iris Halburt. “Kenapa kau ingin bertemu dengan Iris?” Samuel bangkit berdiri, melanglah menghampiri Selena yang berdiri tak jauh darinya. Tatapan Samuel tak lepas menatap Selena. Pancaran matanya tersirat memuja penampilan Selena hari ini. Dan sialnya, Samuel tak bisa menepis wajah cantik Selena dari pandangannya. Harusnya dia fokus pada masalah yang ada. Tapi kenyataannya jika Selena muncul maka fokus Samuel akan terpecah. Benak Samuel mengingat perkataan Rava—yang mengatakan wajah Oliver
Baca selengkapnya

Bab 50. A Plan

“Tuan Samuel.” Vian menundukan kepalanya, menyapa Samuel yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya.“Kau sudah mengikuti Selena?” tanya Samuel dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Vian menganggukan kepalanya. “Nona Selena tidak langsung pulang, Tuan. Beliau menuju ke kediaman Keluarga Geovan. Sepertinya beliau ingin menemui keluarganya.” Samuel terdiam beberapa saat. Sepulang Selena dari penthouse-nya, dia memang ingin sekali menawarkan Selena pulang. Namun Samuel melihat Selena menatapnya sinis dan penuh kemarahan. Samuel yakin, Selena tidak akan mau menerima tawarannya. Alternatif yang Samuel lakukan adalah meminta Vian mengikuti Selena. Rupanya ternyata Selena tak langsung pulang. Wanita itu menemui keluarganya. “Vian,” panggil Samuel dengan nada yang serius. “Iya, Tuan?” Vian menatap Samuel. Samuel kembali terdiam sejenak. Pria itu memejamkan mata singkat. Meyakinkan keputusan yang akan dia ambil adalah benar. “Aku ingin kau lakukan test DNA antara aku dan Oliver. Laku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status