Home / Romansa / Jerat Pesona Pengacara Tampan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Jerat Pesona Pengacara Tampan: Chapter 51 - Chapter 60

140 Chapters

Bab 51. Hidden Trap

“Bisa kau jelaskan padaku kenapa kau tidak menuntut tunangan Samuel Maxton? Aku rasa otakmu itu berfungsi dengan sangat baik. Tapi kenapa sampai sekarang belum ada satu pun tuntutan yang kau layangkan, Selena?” Suara William berseru menatap Selena dengan tatapan yang begitu tajam dan menuntut. Nadanya tegas tersirat penuh geraman kemarahan. Kini Selena tengah berada di rumah kediaman Keluarga Geovan. Tentu kedatangan Selena karena sang ayah yang memintanya untuk datang. Selena tahu dirinya akan mendapatkan kemarahan sang ayah. Seperti saat ini. “Dad, aku memiliki alasan tertentu kenapa tidak langsung mengajukan tuntutan pada Iris.” Selena menjawab dengan suara pelan seraya menundukan kepalanya tak berani menatap mata sang ayah yang tengah menatapnya tajam. Sebenarnya Selena belum berani untuk menemui ayahnya sekarang. Selena berpikir akan menemui ayahnya beberapa hari lagi saja. Akan tetapi pesan sang ayah mengancam dirinya membuat nyali Selena menciut. *Kalau kau masih menganggap
Read more

Bab 52. Hidden Trap II 

Samuel melonggarkan dasi yang mengikat lehernya. Dia menyandarkan punggunya di kursi kebesarannya seraya memejamkan mata lelah. Tadi siang Samuel baru saja menghadiri persidangan salah satu client-nya. Dan kini Samuel masih tetap berada di kantor memeriksa dokumen tentang kasus Selena tempo hari yang menjadi urusannya. Kasus di mana Selena hampir menjadi korban pelecehan. Jika mengingat itu membuat emosi Samuel kembali tersulut. Andai waktu itu Rava tak menahan dirinya; maka sudah pasti Samuel meleyapkan pria yang berani ingin menyentuh Selena. Minggu ini adalah yang telah dinantikan Samuel. Dia akan bertemu dengan Yagil Upton di persidanga. Pria yang telah kurang ajar itu akan segera mendapatkan balasan yang setimpal. Masalah pun satu-satu mulai selesai. Kemarin Samuel sudah melihat di berita tentang Iris yang telah melakukan konferensi pers dan mengakui kesalahnnya. Walau tak dipungkiri ada sesuatu hal yang mengganjal hati Samuel tapi Samuel memilih untuk mengabaikan. Pasalnya bela
Read more

BAB 53. The Truth

“Dean, kenapa tubuhku panas sekali.” Selena menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Dean. Tubuhnya seakan terbakar. Membuat Selena ingin sekali disentuh. Seperti saat ini wanita itu menggesek-gesekan tubuhnya di lengan kekar Dean. “Dean, tolong aku. Ini panas sekali.” Bukan hanya Selena tapi Dean pun merasakan hal yang sama. Dean mengumpat dalam hati kala merasakan tubuhnya seakan terbakar. Pria itu menatap Selena seperti mangsa yang siap dia santap. Apalagi seperti sekarang Selena yang merapatkan tubuh padanya. “Shit.” Dean membenturkan tubuh Selena ke mobilnya. Pria itu menatap wajah Selena yang memerah. Tanpa permisi Dean menciumi leher Selena. Harum. Aroma parfume lembut Selena menyeruak ke indra penciumannya membuat naluri Dean ingin sekali menyentuh Selena. “Ah—” Desahan lolos di bibir Selena kala merasakan embusan napas Dean menerpa lehernya. Pria itu mulai menjamah tubuh Selena. Lekuk tubuh yang indah membuat Dean tak mampu mengendalikan diri. “Biarkan aku menyentuhmu, Se
Read more

Bab 54. Are You Afraid of Getting Pregnant Again?

Samuel menatap dingin hasil test DNA yang baru saja diantarkan oleh Vian. Ya, Samuel memang meminta Vian datang untuk mengantarkan obat dan juga pakaian ganti untuk Selena. Namun, tak disangka Vian juga memberikan hasil test DNA dirinya dan Oliver. Tampak sepasang iris mata cokelat Samuel memancarkan jelas amarah, rasa bersalah, dan bahagia yang telah melebur menjadi satu. Sebuah hasil test DNA di mana menunjukan jelas dirinya dan Oliver memiliki tingkat kecocokan >99.99 persen. Darah yang mengalir di tubuh Samuel seakan berhenti melihat hasil test DNA itu. Emosi pun mulai terselimuti dalam dirinya. Samuel marah karena Selena menyembunyikan Oliver. Seberengsek apa pun dirinya harusnya Selena tak pernah menyembunyikan Oliver. ‘Shit!’ Samuel mengumpat dalam hati. Lima tahun dia tak pernah tahu bahwa dirinya telah memiliki seorang putra. Bak lenyap hilang ditelan bumi, Selena bahkan menjauh darinya membesarkan seorang diri Oliver di London. Membayangkan itu semua emosi Samuel semakin
Read more

Bab 55. Selena’s Anger

“Kau tidak mau aku sentuh karena takut hamil lagi?” Langkah kaki Selena terhenti kala mendengar apa yang diucapkan oleh Samuel. Tampak wajah Selena mulai memucat. Perkataan Samuel sukses membuat debar jantung Selena semakin berpacu keras. Seperti bumi berhenti pada porosnya tubuh Selena nyaris ambruk. Lagi. Selena berusaha bersikap normal. Bahkah seolah mencemooh ucapan Samuel. Selena membalikan badannya. Menatap Samuel dengan tatapan tajam dan penuh peringatan. Raut wajah wanita itu menunjukan jelas keangkuhannya. Pun Selena mampu menunjukan wajah di mana dia sama sekali tak peduli dengan ucapan Samuel. “Apa kau sudah gila? Kenapa kau menanyakan hal yang tak masuk akal? Aku jelas tidak mau disentuh olehmu karena aku tidak sudi!” seru Selena dengan nada jauh lebih tinggi satu oktaf. Samuel mengangguk-anggukan kepalanya seakan memercayai apa yang dikatakan oleh Selena. Pria itu masih bergeming di tempatnya. Jaraknya dengan Selena tak terlalu jauh. Hanya saja sejak tadi sepasang iri
Read more

Bab 56. Sly Way

“Siapa yang menyembunyikan Oliver, hah? Aku pernah ingin memberitahumu tapi kau mengatakan pada tunanganmu; aku adalah orang asing yang tak kau kenal! Jika kau saja sudah tidak menganggapku ada, lalu untuk apa lagi aku menganggapmu! Aku masih baik mengatakan pada Oliver kalau kau sudah mati! Karena seharusnya yang aku katakan pada Oliver adalah dia memiliki ayah berengsek yang tidak pantas dipanggil ayah!”Tubuh Samuel membeku. Perkataan Selena terus terngiang di benaknya. Ingatan Samuel kembali mengingat kejadian lima tahun lalu. Kejadian di mana dia mengatakan tak mengenal Selena. Napas Samuel memberat. Otaknya seakan blank dan tak mampu merangkai kata-kata. “Selena—” “Apa yang ingin kau katakan Samuel? Penjelasan macam apa yang ingin kau katakan padaku, hah?! Apa kau masih ingin juga menyalahkanku?” seru Selena dengan nada tinggi. Derai air mata wanita itu tak kunjung berhenti. Matanya menatap Samuel dengan tatapan penuh kekecewaan tersirat kebencian yang mendalam. “Maaf. Aku ta
Read more

Bab 57. Real Information

Selena melangkahkan kakinya gontai memasuki penthouse-nya. Wajah tampak muram begitu terlihat jelas. Mata merah sembab akibat menangis. Benak wanita itu terus memikirkan tentang ancaman Samuel. Tak dipungkiri ketakutan menjalar dalam diri Selena. Bagaimanapun, dia memang tak memiliki bukti. Sehebat apa pun keluarganya, akan tetap kalah jika tidak ada bukti yang memperkuat di pengadilan.Selena menjatuhkan tubuhnya di sofa kamarnya. Raut wajah frustasi memikirkan semua masalah yang datang. Sungguh, Selena tak pernah menyangka kalau Samuel akan tahu tentang Oliver. Ini yang Selena takutkan. Sejak dulu Selena takut kalau Samuel merampas Oliver darinya. Selena takut Samuel menginginkan Oliver. Lepas dari semua masalah yang ada, darah Maxton mengalir di tubuh Oliver. Bulir air mata Selena jatuh membasahi pipinya. Dirinya dilanda dilema. Hingga detik ini keluarga besarnya belum tahu Samuel adalah ayah Oliver. Semua terlalu rumit. Akan banyak jutaan cercaan pertayaan yang dilayangkan keluar
Read more

Bab 58. Rules for Approaching a Girl

“Oliver, ini ice cream untukmu.” Joice memberikan salah satu ice cream cokelatnya pada Oliver. Gadis kecil itu tersenyum manis. Rambut cokelat yang dikuncir kuda, membuat Joice sangat cantik dan menggemaskan. Hanya satu alasan Oliver selalu menolak Joice karena Joice gendut. Perut Joice buncit. Oliver tak suka memiliki kekasih dengan tubuh gendut. “Terima kasih.” Oliver menerima ice cream pemberian dari Joice. Lalu bocah laki-laki itu mulai memakan ice cream pemberian dari Joice dengan lahap. “Oliver, kenapa kau mendekati Myra? Aku lebih cantik dari Myra, Oliver. Paman Samuel dan Mommy bilang aku paling cantik,” ucap Joice dengan bibir tertekuk sambil melahap ice cream di tangannya. “Myra memiliki rambut pirang seperti ibuku. Dia juga tidak gendut, Joice,” jawab Oliver tanpa dosa. Bibir Joice tertekuk semakin dalam. “Aku gendut karena aku masih kecil saja. Nanti kalau aku sudah besar, aku tidak gendut lagi, Oliver.” “Masuklah ke kelasmu, Joice. Aku sedang ingin sendiri. Jangan
Read more

Bab 59. Where Have You Been?

Pranggggg Sebuah vas bunga dilempar oleh Iris hingga pecahannya memenuhi lantai marmer di sebuah ruangan di mana dirinya berada. Tampak sepasang manik mata Iris menajam menatap penuh kemarahan pada Maida yang ada di hadapannya itu. “Bagaimana bisa rencana itu gagal, Maida! Kau sendiri yang berjanji padaku kalau semuanya akan berjalan dengan baik!” bentak Iris dengan nada keras dan begitu menggelegar. Maida mengembuskan napas kasar. “Sorry, Iris. Bisakah kau tidak marah-marah seperti ini? Aku tidak mungkin menjelaskan padamu jika kau marah-marah!” Iris meremas kuat rambutnya. Wanita itu mondar mandir gelisah dan ketakutan yang telah menyelimutinya. Beberapa kali Iris mengumpat dalam hati. Tenang adalah hal yang tak mungkin. Pasalnya rencana yang telah disusun gagal. Dia tak berhasil menjebak Selena. Padahal Iris sudah tak sabar mempermalukan Selena di depan banyak orang. “Jelaskan padaku ada apa sebenarnya! Kenapa bisa rencana kita gagal!” seru Iris menahan emosi yang nyaris meled
Read more

Bab 60. The Most Selfish Man

“Kenapa kau baru pulang jam segini, Selena? Ke mana saja kau?” Suara lantang Samuel membentak Selena dengan keras. Tampak Selena masih bergeming di tempatnya. Sepasang iris mata biru Selena menatap dingin dan tajam Samuel yang berani membentak dirinya. “Apa urusannya kalau aku pulang malam? Kau itu memangnya siapa berani mengaturku? Dan kenapa kau bisa masuk ke dalam rumahku?” Selena menjawab dengan nada tegas dan lebih tinggi satu oktaf. Sorot matanya menatap tajam Samuel. Geraman kemarahan terlihat di wajah Selena. Sungguh, dia tak mengerti kenapa bisa Samuel bisa masuk ke dalam kamar ini. Bahkan tadi saat bertemu dengan pelayan pun tak memberitahukan tentang kedatangan Samuel. “Kalau kau bukan ibu dari anakku, maka aku tidak akan pernah peduli jam berapa kau pulang! Dan kau masih tanya kenapa aku bisa masuk ke dalam rumahmu? Aku rasa omongan orang yang mengatakan kau cerdas itu salah besar! Aku jelas ke sini karena ingin bertemu dengan Oliver! Aku menemani Oliver sampai dia tid
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status