Samuel mengembuskan napas kasar seraya memejamkan mata singkat. Pria itu berusaha meredakan emosi yang terbendung dalam dirinya. Perdebatannya dengan Selena membuat amarahnya tersulut. Benak Samuel hanya terpenuhi Selena dekat dengan Dean. Shit! Sampai kapan pun Samuel tak akan pernah membiarkan Selena mencari ayah baru untuk Oliver. Oliver adalah anaknya dan miliknya. Seberengsek-berengsek dirinya, dia tetap ayah Oliver. Samuel merogoh saku celananya. Pria itu mengambil kunci mobil. Lalu melangkahkan kakinya keluar dari lobby apartemen di mana penthouse milik Selena berada. Namun … tiba-tiba langkah Samuel terhenti kala melihat sosok pria berpostur tinggi kekar sama sepertinya. Hanya saja wajah pria itu masih terlihat muda. “Kau?” Langkah Dominic terhenti kala berpapasan dengan Samuel. Sepasang iris mata Dominic menatap lekat Samuel. Kedua pria itu saling melemparkan tatapan dingin. Aura ketegasan begitu terlihat jelas pada kedua pria itu. Ya, yang ada di hadapan Samuel adalah Dom
“Maida Taya … manager dari Nona Iris, tunangan Anda yang telah menjebak Nona Selena.” Suara Vian berucap dengan nada pelan namun tersirat tegas. Seketika raut wajah Samuel berubah. Sepasang iris mata cokelat Samuel menyorot begitu tajam kala mendengar apa yang diucapkan oleh Vian. Otot rahang pria itu mengetat menunjukan jelas geraman kemarahan. “Jelaskan semua informasi yang kau dapatkan!” seru Samuel dengan nada menahan luapan emosinya. Vian terdiam beberapa saat. Lantas dia mulai memberanikan diri menatap Samuel dengan tatapan yang begitu hati-hati. “Tuan Samuel, pelayan yang mengantarkan minuman pada Nona Selena dan Tuan Dean Osebert adalah orang suruhan Maida, manager dari tunangan Anda. Untuk tujuan drai penjebakan ini saya belum menemukannya, Tuan. Tapi besar dugaan saya Maida Taya diminta oleh Nona Iris untuk menjebak Nona Selena. Seperti yang Anda tahu kalau beberapa hari lalu Nona Iris menyerang Nona Selena. Pasti ada dendam yang timbul di hati Nona Iris pada Nona Selena,
“Kau terlihat dekat dengan Samuel Maxton. Apa kau memiliki hubungan khusus dengannya?” Suara Dominic bertanya seraya memasuki ruang makan seraya menatap Selena yang tengah menyiapkan sarapan pagi. Dia sengaja bangun lebih awal dari Oliver karena ingin mengajak kakaknya itu bicara. Jika ada Oliver di tengah-tengah mereka pasti Dominic kesulitan untuk bertanya. “Dominic? Kau sudah bangun?” Selena berusaha tenang kala melihat sang adik datang. Tentu dia mendengar pertanyaan Dominic. Hanya saja dia menunjukan seolah tak terjadi apa pun. Dan memasang wajah polos yang tak mengerti jelas maksud pertanyaan sang adik. “Aku bangun lebih awal karena ingin bertanya padamu. Sekarang jawab pertanyaanku tadi,” ucap Dominic dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Selena menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. “Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan Samuel. Hanya sebatas pekerjaan saja. Berhenti berpikir yang tidak-tidak.” Lalu Selena mulai menata makanan yang dia buat ke atas meja. W
Suara ketukan palu dari sang hakim menandakan persidangan telah usai. Yagil Upton—pria yang telah melakukan hampir melakukan tindakan pelecehan dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara. Hukuman yang cukup ringan karena Samuel sebelumnya memberikan banyak bukti yang bisa membuat Yagil Upton lebih lama lagi berada di dalam penjara. Namun, dalam kejadian ini Yagil Upton mengakui kesalahannya yang mabuk sampai terjadi tindakan tercela. Sang hakim pun akhirnya bijak dalam menjatuhkan hukuman untuk Yagil Upton. Tampak Selena sejak tadi menatap Samuel yang begitu membelanya. Tak tanggung-tanggung, Samuel sampai menggebrak meja kala berdebat dengan pengacara Yagil Upton. Membisu. Selena diam dan tak mampu mengeluarkan kata. Tak menampik Samuel sangat hebat di persidangan. Bahkan lawannya pun sering dibuat bungkam ketika Samuel sudah memberikan fakta yang ada. Sedangkan Selena? Bohong rasanya jika Selena tidak mengagumi Samuel. Selama persidangan bukan inti permasalahan yang Selena perhatikan. T
“Aku baru saja mendapatkan kabar kalau ada salah satu perusahaan asal Jepang yang memakai jasa Nicholas Design Interior. Kemungkinan pembangunan akan dimulai bulan depan. Tapi aku minta pada kalian memperhatikan dengan detail apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Penataan ruangannya, pemilihan wallpaper, nuansanya. Semua aku ingin kalian perhatikan detail. Jangan sampai ada kesalahan apalagi sampai membuat pelanggan kecewa.” Suara Selena berucap dengan nada yang begitu tegas memimpin meeting. Tatapannya menatap seluruh para karyawannya dengan begitu serius. Pagi ini, Selena sudah disibukan dengan meeting penting membahas project baru yang dia terima. “Baik, Nona. Kami akan pastikan semuanya berjalan dengan baik. Kami pun akan menuruti keinginan client. Anda jangan khawatir, Nona.” Seorang manager marketing menjawab ucapan Selena dengan sopan dan tegas. Dia menjawab mewikili para karyawan lainnya. “Good, meeting cukup sampai di sini saja. Meeting selanjutnya akan diadakan minggu d
New York, USA. Selena melangkah buru-buru keluar dari bandara. Wanita itu memakai kaca mata hitam serta menundukan kepalanya menghindari paparazzi yang mengincarnya. Meski bukan berasal dari kalangan selebirity tapi Selena kerap diincar oleh paparazzi. Semua karena nama besar keluarganya membuat Selena merasa resah setiap kali pergi ke mana-mana.Saat Selena tiba di lobby, wanita itu buru-buru masuk ke dalam taksi. Tak lama kemudian, taksi yang membawa Selena mulai meninggalkan lobby bandara. Ya, Selena sengaja meminta pada Jenia jangan sampai ada yang tahu dirinya berada di New York. Terpaksa Selena menutupi keberangkatannya ke New York. Alasannya karena Selena tidak mau keluarganya mencurigai sesuatu. Lebih baik Selena mencari aman. Sampai kapan pun Selena tak akan membiarkan keluarga besarnya tahu tentang Samuel. Suara dering ponsel menandakan pesan masuk terdengar. Selena segera mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Lantas dia membuka pesan masuk yang baru saja dikirimkan o
Samuel meremas kuat-kuat rambutnya. Rasa takut menelusup dalam dirinya kala membayangkan tadi Selena memotong urat nadi di hadapannya. Samuel mengumpat dalam hati. Dia tak menyangka Selena sampai berani untuk melakukan hal seperti itu. Dan untuk pertama kalinya Samuel merasakan jantungnya seperti ingin berhenti bedetak melihat darah bercucuran keluar dari tangan Selena. Tak dipungkiri rasa takut, cemas, dan khawatir telah melebur menjadi satu dalam diri Samuel.Ceklek. Pintu terbuka. Dokter keluar dari kamar Samuel. Refleks, Samuel berjalan cepat menghampiri sang dokter yang berdiri di ambang pintu. “Bagaimana keadaan Selena?” tanya Samuel cepat dan pancaran mata yang menunjukan kepanikannya.“Nona Selena baik-baik saja. Beruntung goresan pisau tidak sampai melukai urat nadinya. Sekarang Nona Selena masih belum sadarkan diri. Tapi Anda tidak perlu khawatir. Tidak lama lagi Nona Selena pasti akan sadar, Tuan,” jawab sang dokter memberitahukan pada Samuel tentang keadaan Selena. Napa
Pelupuk mata Selena bergerak bercampur dengan ringisan sakit di area pergelangan tangannya. Perlahan Selena mulai membuka matanya. Wanita itu mengerjapkan mata beberapa kali. Hingga ketika Selena sudah membuka mata, tiba-tiba dia melihat dirinya berada di sebuah kamar megah yang bukan kamarnya. Tampak raut wajah Selena berubah. Sepasang iris mata birunya menunjukan jelas keterkejutan. “Kau sudah sadar?” Suara berat dari arah sisi kiri membuat Selena segera mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Seketika tatapan Selena berubah menjadi tajam melihat sosok pria yang tengah duduk di sofa seraya menyesap kopi di tangannya. “Kau—” “Jangan lukai lagi dirimu. Bagaimana kalau urat nadimu putus? Kau sendiri yang mengatakan tidak mau Oliver memiliki ibu baru tapi kenapa kau malah mempermudah Oliver mendapatkan ibu baru?” Belum juga Selena menyelesaikan ucapannya, Samuel langsung memotong ucapan Selena. Nada bicara Samuel tegas dan penuh penekanan. Selena terdiam beberapa saat menden
Samuel menatap Selena yang tertidur begitu pulas. Sekitar sepuluh menit lalu, Samuel meminta dokter untuk menyuntikan obat penenang pada Selena agar wanita itu tidur nyaman. Beruntung, Selena pun sejak tadi menuruti semua perkataannya. Lebih tepatnya tubuh Selena begitu lemah sampai membuat wanita itu tak banyak bicara.Saat ini Samuel membawa Selena ke apartemen pribadinya. Dia tak mungkin membawa Selena ke mansion keluarga Geovan. Pasalnya Samuel tak ingin membuat kedua orang tua Selena cemas. Pun di sana ada Oliver. Itu kenapa Samuel lebih memilih membawa Selena ke apartemen pribadinya. Sejenak, Samuel mengembuskan napas panjang. Dalam benaknya terus saja memikirkan bagaimana kalau dirinya sampai datang terlambat. Shit! Samuel mengumpat dalam hati, ingatannya tergali saat Almero hendak menyentuh Selena. Jika mengingat itu semua membuat emosi Samuel terasa begitu terbakar. Harusnya dia membunuh Almero dengan cara yang lebih kejam! Sungguh, membayangkan itu semua membuat Samuel bena
Brakkkk Suara dobrakan pintu yang begitu keras suskes membuat pintu itu terpental. Refleks, Almero mengalihkan pandangannya kala pintu berhasil terdobrak. Seketika mata Almero terkejut melihat dia sosok pria yang datang menatapnya dengan tatapan penuh amarah. “Berengsek!” Samuel menerjang Almero dengan emosi yang nyaris meledak. Tanpa belas kasihan, Samuel menarik kerah baju Almero, menghajarnya tanpa ampun. BUGH BUGH BUGH BUGH “Mati kau, Sialan!” Samuel menendang perut Almero hingga membuat Almero tersungkur di lantai. Namun, kala Samuel ingin kembali menyerang Almero tiba-tiba anak buah Almero berhamburan datang. Tampak Samuel dan Mateo melangkah mundur. Mateo sejak tadi ingin menolong Miracle tapi dia tak bisa melakukanya sekarang. Kondisinya dikepung seperti ini membuat Mateo harus melumpuhkan anak buah Almero lebih dulu. Napas Mateo memburu. Sorot matanya menajam dan memendung amarah. Darah Miracle memenuhi lantai membuat emosi Mateo tersulit. Fuck! Mateo mengumpat dalam
“Tubuhmu. Kesepakatanku dengan Iris adalah aku bisa mencicipi tubuh indahmu, Nona Geovan.” Raut wajah Selena berubah menjadi pucat mendengar apa yang diucapkan oleh Almero. Sepasang iris mata biru Selena melebar tersirat rasa takut yang telah menelusup ke dalam dirinya. Wanita itu menegang dengan rasa cemas yang melanda hebat dirinya. Seketika itu juga jantung Selena berpacu begitu keras akibat ketakutannya. Peluh mulai muncul di pelipisnya. Dalam hati, Selena berharap Samuel atau keluarganya bisa datang tepat waktu menyelamatkan dirinya dan Miracle. “Berengsek! Jaga bicaramu!” maki Miracle emosi. Wanita itu tak bisa lagi menahan amarah kala mendengar ucapan kurang ajar yang diucapkan oleh pria yang bernama Almero Abner. Ini sudah waktunya untuk bertindak. Meski Miracle tahu dirinya akan sulit melawan dalam posisi tangan di borgol tapi tetap saja Miracle akan berjuang sekuat tenaga. Dia tak akan membiarkan terjadi sesuatu hal yang buruk pada saudara kembarnya itu. Almero melirik Mi
“Kau—” Mata Selena menatap dua wanita di hadapannya dengan tatapan yang begitu tajam dan tersirat memendung amarahnya. Rahang Selena mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat. Mati-matian Selena berusaha menahan amarah dalam dirinya. Sudah sejak tadi Selena menduga dalang dibalik ini semua. Tapi Selena tak menyangka ternyata apa yang ada di dalam benaknya adalah sungguhan. “Hi, Selena. Long time no see. Senang sekali aku bertemu denganmu di tempat ini.” Wanita di hadapan Selena itu menyapa sekaligus melukiskan senyuman anggun seraya mengibaskan rambutnya. “Fuck! Jalang sialan! Beraninya kau menjebak saudara kembarku! Apa kau bosan hidup!” Miracle hendak menyerang sosok wanita di hadapannya. Meski tangannya terborgol bisa saja Miracle melompat agar tetap bisa bangun. Bodohnya orang-orang yang menculiknya itu tak mengikat kakinya. Itu yang mempermudah Miracle. “No, Miracle. Please.” Selena langsung mencegah Miracle. Meminta saudara kembarnya itu untuk tenang dan tak terpancing oleh em
Pelupuk mata Selena bergerak-gerak. Perlahan Selena mulai membuka matanya. Wanita itu sedikit meringis merasakan tubuhnya terasa sakit. Sayup-sayup, Selena mengendarkan pandangannya di sekitar—melihat dirinya berada di sebuah gudang gelap dan berukuran besar. Selena memijat pelipisnya kala rasa sakit di kepalanya muncul menyerang. Tubuhnya pun nyeridan pegal.“Akh—” Selena meringis merasakan sakit di tengkuk lehernya. Beberapa detik, Selena tampak terdiam berusaha mengingat kenapa dirinya bisa berada di gudang beruangan gelap seperti ini. Lalu … tiba-tiba ketika ingatan di kepala Selena muncul, wanita itu terkejut sekaligus ketakutan mengingat semua yang terjadi. Napas Selena cemas. Namun mati-matian Selena menyingkirkan rasa takut yang telah menelusup ke dalam dirinya. Ya, setakut apa pun dirinya, Selena yakin Samuel ataupun keluarganya pasti akan datang mencarinya. Dalam keadaan seperti ini takut hanyalah sia-sia. Yang Selena bisa lakukan hanya tetap tenang dan mencoba untuk berpiki
Tubuh Selena bergetar ketakutan melihat Miracle jatuh pingsan. Raut wajahnya pucat pasi begitu terlihat jelas. Mata Selena menatap nanar Miracle yang tergeletak tak berdaya di lantai. Jantung wanita itu berdetak tak karuan. Sejenak, Selena berusaha berpikir siapa dalang dibalik semua itu. Pasalnya Selena tak pernah memiliki musuh. Hingga kemudian, tiba-tiba sesuatu muncul dalam benaknya. Sesuatu hal di mana dia mulai tahu siapa dalang dibalik semua ini. Hanya saja Selena masih memiliki keraguan. Beberapa detik, Selena masih diam melihat pria yang bernama ‘Almero Abner’ tertawa melihat Miracle berhasil dilumpuhkan. Napas Selena memburu. Ingin sekali dia melawan tapi Selena tahu kemampuannya. Selena tetap berusaha tenang dan anggun di tempatnya. Dia yakin keluarganya ataupun Samuel pasti akan menemukannya. “Oh, astaga … ini benar-benar lucu. Ternyata istri Mateo De Luca tidak sekuat yang aku bayangkan.” Almero tertawa mengudara. Tawanya begitu puas meledek Miracle yang berhasil dilum
“Nyonya Miracle De Luca, apa yang Anda cari?” Suara berat Almero sontak membuat Miracle terkejut. Refleks, Miracle mengalihkan pandangannya pada Almero. Mengulas senyuman paksaan di wajahnya. Walau hati dan benak Miracle sedang mencurigai sesuatu tapi Miracle tetap menunjukan wajah elegan, anggun, dan berkelas seperti biasanya. “Ah, tidak. Aku hanya sedikit bingung ada restoran baru di sini. Jadi aku mengendarkan pandaganku melihat design restoran kecil ini. Apa kau mengenal pemilik restoran ini, Tuan Almero?” tanya Miracle dengan senyuman penuh arti di wajahnya. Sepasang manik mata biru Miracle tak lepas menatap Almero yang duduk di hadapannya. “Well, saya mengenal pemilik restoran ini. Bahkan sangat mengenal. Dan, ya … restoran ini baru di buka, Nyonya. Itu kenapa restoran ini masih sepi. Tapi khusus hari ini, saya sudah memesan restoran ini. Saya kurang suka keramaian. Terlebih kali ini pembahasan saya dengan Nona Selena sangat penting. Saya ingin fokus dengan project yang saya
Matahari begitu terik. Selena yang tengah ada di dalam mobil sesekali melihat pemandangan di luar. Cuaca cerah seperti ini harusnya Selena mengajak Oliver berjalan-jalan namun rasanya itu tak mungkin karena siang ini Selena memiliki pertemuan penting dengan rekan bisnisnya. Hanya saja, yang membuat Selena bingung adalah kenapa bisa rekan bisnisnya memilih jalanan yang kecil untuk pertemuan mereka. Selena mengembuskan napas panjang dan menepis hal-hal yang muncul dalam benaknya. Mungkin saja memang rekan bisnisnya sedang berada di wilayah tersebut, itu yang sekarang ada di dalam pikiran Selena. Lagi pula, Selena pun tak akan lama. Sepulang dari bertemu dengan rekan bisnisnya, Selena akan segera mengajak Oliver jalan-jalan sore. Tentu yang Selena fokuskan saat ini adalah Oliver. Pekerjaan akan tetap dia pikirkan tapi tidak sepenting dulu. Oliver adalah segalanya. Selena menyadari kalau selama ini waktunya untuk Oliver sangat kurang. Hal itu yang membuat Selena sekarang ingin fokus memb
“Selena, malam ini Samuel datang kan?” Suara Marsha bertanya seraya menatap putrinya yang tengah membersihkan sayur. Ya, setelah tadi pagi ke supermarket, sekarang Marsha dan Selena berada di dapur menyiapkan makan malam. Khusus kali ini Marsha dan Selena memang ingin masak bersama. Bahkan mereka tak ingin pelayan membantu mereka. “Iya, Mom. Samuel pasti datang. Kalau dia tidak datang nanti Oliver akan merajuk. Belakangan ini Oliver sering manja dengan ayahnya, Mom. Jadi aku juga sedikit kerepotan. Oliver tidak suka jika permintaannya ditolak. Samuel terlalu memanjakan Oliver.” Selena menjawab seraya meniriskan sayuran yang telah dibersihkan itu. Lantas Selena mulai mengolah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk masakannya. Senyuman di wajah Marsha terlukis mendengar apa yang dikatakan oleh Selena. “Wajar saja kalau Oliver manja. Selama ini dia begitu merindukan ayahnya, Selena. Kau harus mengerti. Hampir lima tahun Oliver tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Meski kau telah berjuang