“Maida Taya … manager dari Nona Iris, tunangan Anda yang telah menjebak Nona Selena.” Suara Vian berucap dengan nada pelan namun tersirat tegas. Seketika raut wajah Samuel berubah. Sepasang iris mata cokelat Samuel menyorot begitu tajam kala mendengar apa yang diucapkan oleh Vian. Otot rahang pria itu mengetat menunjukan jelas geraman kemarahan. “Jelaskan semua informasi yang kau dapatkan!” seru Samuel dengan nada menahan luapan emosinya. Vian terdiam beberapa saat. Lantas dia mulai memberanikan diri menatap Samuel dengan tatapan yang begitu hati-hati. “Tuan Samuel, pelayan yang mengantarkan minuman pada Nona Selena dan Tuan Dean Osebert adalah orang suruhan Maida, manager dari tunangan Anda. Untuk tujuan drai penjebakan ini saya belum menemukannya, Tuan. Tapi besar dugaan saya Maida Taya diminta oleh Nona Iris untuk menjebak Nona Selena. Seperti yang Anda tahu kalau beberapa hari lalu Nona Iris menyerang Nona Selena. Pasti ada dendam yang timbul di hati Nona Iris pada Nona Selena,
“Kau terlihat dekat dengan Samuel Maxton. Apa kau memiliki hubungan khusus dengannya?” Suara Dominic bertanya seraya memasuki ruang makan seraya menatap Selena yang tengah menyiapkan sarapan pagi. Dia sengaja bangun lebih awal dari Oliver karena ingin mengajak kakaknya itu bicara. Jika ada Oliver di tengah-tengah mereka pasti Dominic kesulitan untuk bertanya. “Dominic? Kau sudah bangun?” Selena berusaha tenang kala melihat sang adik datang. Tentu dia mendengar pertanyaan Dominic. Hanya saja dia menunjukan seolah tak terjadi apa pun. Dan memasang wajah polos yang tak mengerti jelas maksud pertanyaan sang adik. “Aku bangun lebih awal karena ingin bertanya padamu. Sekarang jawab pertanyaanku tadi,” ucap Dominic dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Selena menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. “Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan Samuel. Hanya sebatas pekerjaan saja. Berhenti berpikir yang tidak-tidak.” Lalu Selena mulai menata makanan yang dia buat ke atas meja. W
Suara ketukan palu dari sang hakim menandakan persidangan telah usai. Yagil Upton—pria yang telah melakukan hampir melakukan tindakan pelecehan dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara. Hukuman yang cukup ringan karena Samuel sebelumnya memberikan banyak bukti yang bisa membuat Yagil Upton lebih lama lagi berada di dalam penjara. Namun, dalam kejadian ini Yagil Upton mengakui kesalahannya yang mabuk sampai terjadi tindakan tercela. Sang hakim pun akhirnya bijak dalam menjatuhkan hukuman untuk Yagil Upton. Tampak Selena sejak tadi menatap Samuel yang begitu membelanya. Tak tanggung-tanggung, Samuel sampai menggebrak meja kala berdebat dengan pengacara Yagil Upton. Membisu. Selena diam dan tak mampu mengeluarkan kata. Tak menampik Samuel sangat hebat di persidangan. Bahkan lawannya pun sering dibuat bungkam ketika Samuel sudah memberikan fakta yang ada. Sedangkan Selena? Bohong rasanya jika Selena tidak mengagumi Samuel. Selama persidangan bukan inti permasalahan yang Selena perhatikan. T
“Aku baru saja mendapatkan kabar kalau ada salah satu perusahaan asal Jepang yang memakai jasa Nicholas Design Interior. Kemungkinan pembangunan akan dimulai bulan depan. Tapi aku minta pada kalian memperhatikan dengan detail apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Penataan ruangannya, pemilihan wallpaper, nuansanya. Semua aku ingin kalian perhatikan detail. Jangan sampai ada kesalahan apalagi sampai membuat pelanggan kecewa.” Suara Selena berucap dengan nada yang begitu tegas memimpin meeting. Tatapannya menatap seluruh para karyawannya dengan begitu serius. Pagi ini, Selena sudah disibukan dengan meeting penting membahas project baru yang dia terima. “Baik, Nona. Kami akan pastikan semuanya berjalan dengan baik. Kami pun akan menuruti keinginan client. Anda jangan khawatir, Nona.” Seorang manager marketing menjawab ucapan Selena dengan sopan dan tegas. Dia menjawab mewikili para karyawan lainnya. “Good, meeting cukup sampai di sini saja. Meeting selanjutnya akan diadakan minggu d
New York, USA. Selena melangkah buru-buru keluar dari bandara. Wanita itu memakai kaca mata hitam serta menundukan kepalanya menghindari paparazzi yang mengincarnya. Meski bukan berasal dari kalangan selebirity tapi Selena kerap diincar oleh paparazzi. Semua karena nama besar keluarganya membuat Selena merasa resah setiap kali pergi ke mana-mana.Saat Selena tiba di lobby, wanita itu buru-buru masuk ke dalam taksi. Tak lama kemudian, taksi yang membawa Selena mulai meninggalkan lobby bandara. Ya, Selena sengaja meminta pada Jenia jangan sampai ada yang tahu dirinya berada di New York. Terpaksa Selena menutupi keberangkatannya ke New York. Alasannya karena Selena tidak mau keluarganya mencurigai sesuatu. Lebih baik Selena mencari aman. Sampai kapan pun Selena tak akan membiarkan keluarga besarnya tahu tentang Samuel. Suara dering ponsel menandakan pesan masuk terdengar. Selena segera mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Lantas dia membuka pesan masuk yang baru saja dikirimkan o
Samuel meremas kuat-kuat rambutnya. Rasa takut menelusup dalam dirinya kala membayangkan tadi Selena memotong urat nadi di hadapannya. Samuel mengumpat dalam hati. Dia tak menyangka Selena sampai berani untuk melakukan hal seperti itu. Dan untuk pertama kalinya Samuel merasakan jantungnya seperti ingin berhenti bedetak melihat darah bercucuran keluar dari tangan Selena. Tak dipungkiri rasa takut, cemas, dan khawatir telah melebur menjadi satu dalam diri Samuel.Ceklek. Pintu terbuka. Dokter keluar dari kamar Samuel. Refleks, Samuel berjalan cepat menghampiri sang dokter yang berdiri di ambang pintu. “Bagaimana keadaan Selena?” tanya Samuel cepat dan pancaran mata yang menunjukan kepanikannya.“Nona Selena baik-baik saja. Beruntung goresan pisau tidak sampai melukai urat nadinya. Sekarang Nona Selena masih belum sadarkan diri. Tapi Anda tidak perlu khawatir. Tidak lama lagi Nona Selena pasti akan sadar, Tuan,” jawab sang dokter memberitahukan pada Samuel tentang keadaan Selena. Napa
Pelupuk mata Selena bergerak bercampur dengan ringisan sakit di area pergelangan tangannya. Perlahan Selena mulai membuka matanya. Wanita itu mengerjapkan mata beberapa kali. Hingga ketika Selena sudah membuka mata, tiba-tiba dia melihat dirinya berada di sebuah kamar megah yang bukan kamarnya. Tampak raut wajah Selena berubah. Sepasang iris mata birunya menunjukan jelas keterkejutan. “Kau sudah sadar?” Suara berat dari arah sisi kiri membuat Selena segera mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Seketika tatapan Selena berubah menjadi tajam melihat sosok pria yang tengah duduk di sofa seraya menyesap kopi di tangannya. “Kau—” “Jangan lukai lagi dirimu. Bagaimana kalau urat nadimu putus? Kau sendiri yang mengatakan tidak mau Oliver memiliki ibu baru tapi kenapa kau malah mempermudah Oliver mendapatkan ibu baru?” Belum juga Selena menyelesaikan ucapannya, Samuel langsung memotong ucapan Selena. Nada bicara Samuel tegas dan penuh penekanan. Selena terdiam beberapa saat menden
Dorrrr Sebuah peluru melesat, menembus tepat di papan sasaran. Tampak Oliver memekik kegirangan kala Samuel berhasil mendaratkan peluru dengan sempurna. Oliver bertepuk tangan sambil melompat-lompat senang. Bocah laki-laki itu menatap Samuel dengan tatapan binar penuh kekaguman. Sedangkan Selena hanya bisa menghela napas dalam. Raut wajah Selena tampak kesal. Jelas saja Selena kesal karena Samuel membawa Oliver ke taman belakang mansionnya hanya karena ingin mengajak Oliver berlatih menembak. Apa yang dilakukan Samuel ini persis sama seperti apa yang dilakukan Miracle. Setiap kali Selena membawa Oliver ke Milan; maka Miracle akan mengajari Oliver begaimana memegang pistol. “Papa, aku ingin menembak juga, Papa. Bibi Miracle dan Paman Mateo sering mengajariku menembak,” seru Oliver antusisas. “Paman dan Bibimu mengajarimu menembak?” Sebelah alis Samuel terangkat, menatap Oliver lekat-lekat. Oliver mengangguk antusias. “Iya, Papa. Mereka mengajariku.” Senyuman samar di wajah Samuel
Hujan turun begitu deras membasahi bumi. Langit yang seharusnya cerah itu telah tertutupi oleh awan gelap. Kilat petir membelah langit. Gelegarnya tak seberapa besar. Hanya saja kilat petir itu cukup membuat Selena yang tadi duduk di balkon langsung masuk ke dalam kamar. Cuaca di luar sangat dingin. Kondisi Selena masih belum sepenuhnya pulih. Itu yang membuat Selena tak bisa keluar rumah. Bahkan hingga detik ini pun Selena belum bisa mengunjungi Oliver—putranya. Alasannya karena Samuel ingin Selena menemui Oliver kala hatinya sudah benar-benar tenang. Sungguh, Selena sangat merindukan putra kecilnya. “Nona Selena?” Sang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar seraya membawakan mushroom soup yang sebelumnya telah Selena pesan. “Ini soup Anda, Nona.” Pelayan itu menyajikan soup yang dia bawa ke atas meja. “Terima kasih,” jawab Selena hangat. “Hm, apa Samuel masih menelepon?” tanyanya. Sekitar lima belas menit lalu, Samuel mendapatkan telepon dari karyawannya. Namun, sampai sekarang Sa
“Bagaimana keadaan Miracle? Tidak terjadi sesuatu yang serius padanya, Kan?” Samuel bertanya pada Vian yang berdiri di hadapannya. Pagi ini, Samuel masih berada di apartemen pribadinya dengan Selena. Hanya saja kini Samuel berada di ruang kerjanya karena Vian datang menemuinya. “Tuan, Anda tidak perlu cemas. Baru saja saya mendapatkan kabar kalau Nyonya Miracle baik-baik saja. Nyonya Miracle sudah berhasil melewati masa kritisnya, Tuan,” jawab Vian melaporkan. Sebelum datang menghadap Samuel, Vian sudah lebih dulu mencari tahu tentang keadaan Miracle. Karena dia yakin pasti Tuannya akan menanyakan kabar tentang kondisi Miracle. Samuel mengambil whisky yang ada di hadapannya. Pria itu menyesap whisky itu perlahan sambil berkata, “Good, setidaknya Selena tak lagi mencemaskan keadaan Miracle. Lalu bagaimana Iris dan Maida? Hari ini aku belum melihat berita di media. Apa berita pagi ini sudah keluar tentang kedua wanita itu?” “Sudah, Tuan. Baru saja tadi pagi berita tentang Nona Iris
Koridor rumah sakit begitu sepi tak ada tamu luar. Hanya saja penjagaan begitu ketat. Masuk ke dalam lantai di mana Miracle dirawat; hanya boleh berkunjung adalah pihak keluarga. Di luar itu Mateo tak mengizinkan siapa pun datang. Tentu yang Mateo lakukan guna menjaga keselamatan Miracle. Pun William dan Sean sudah menyetujui apa yang telah Mateo putuskan. Ya, kini Mateo bersama dengan William, Sean, Dominic tengah berada di depan ruang rawat Miracle. Saat ini dokter telah melakukan tindakan. Pasalnya Miracle memiliki luka dalam di bagian kepala belakang. Hal itu yang membuat keempat pria itu cemas akan keadaan Miracle. “Kenapa dokter lama sekali? Apa dia tidak bisa mengurus satu pasien saja?” seru Sean yang sejak tadi sudah menunggu tapi dokter belum juga keluar dari ruang rawat. “Bukan hanya kau yang panik, Sean. Aku bahkan jauh lebih panik. Di dalam itu istriku!” jawab Mateo dengan geraman kesal. Sudah sejak Miracle masuk ke ruang rawat, pria itu mati-matian menahan rasa cemas d
Suara gelegar petir cukup keras membuat Selena yang tertidur lelap langsung membuka matanya. Tampak Selena mengerjapkan matanya beberapa kali sekaligus menyeka matanya menggunakan punggung tangannya. Hingga ketika mata Selena terbuka, tatapan Selena teralih ke samping—namun sayangnya Selena harus menelan kekecewaan melihat di sampingnya kosong tanpa adanya Samuel di sisinya. “Samuel di mana?” gumam Selena pelan. Detik selanjutnya, Selena mengendarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan kamar—akan tetapi Selena tak menemukan keberadaan Samuel. Bahkan suara gemericik kamar mandi pun tak terdengar. Semua menandakan Samuel tak ada di kamar. Padahal tadi Selena tertidur lelap dalam dekapan Samuel. Sejenak, Selena menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan. Lantas, Selena mengalihkan pandangannya menatap jam dinding—waktu menunjukan pukul tiga pagi. Rasanya tak mungkin jika Samuel pergi di pagi buta seperti ini. Ditambah di luar pun hujan besar. Selena menyibak selimut dan tu
Samuel memejamkan mata singkat seraya mengembuskan napas kasar. Emosi dalam dirinya begitu terbendung kala baru saja bertemu dengan Iris dan Maida. Tak pernah Samuel sangka dua wanita itu sampai berani menjebak Selena dengan cara yang sangat kejam. Samuel bersumpah akan membuat Iris dan Maida membusuk di penjara atas apa yang telah mereka lakukan. Hal yang membuat emosi Samuel memuncak adalah saat Iris dan Maida berdalih sebagai korban fitnah dan tak tahu apa pun yang terjadi. Padahal jelas semua bukti sudah di depan mata. Dalam masalah ini, Samuel mengakui peran keluarga Selena besar campur tangan membantu dirinya mempermudah penyelidikan dan pengumpulan barang bukti. Bahkan Samuel sendiri tak menyangka kalau bukti bisa didapatkan dengan waktu yang sangat cepat. “Shit!” Samuel mengumpat seraya memukul setir mobil. Emosinya tak bisa padam. Pasalnya apa yang dilakukan Iris dan Maida sudah keterlaluan. Detik selanjutnya, dengan raut wajah yang emosi, Samuel mengambil ponsel miliknya d
Samuel menginjak pedal gas guna melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Sorot mata Samuel menajam menatap hamparan jalan yang luas. Pria itu mencengkram kuat setir mobilnya seraya mengumpat kasar. Ya, emosi Samuel kali ini tak lagi bisa teratasi. Dalam pikiran Samuel hanya ingin segera bertemu dengan Iris dan Maida. Tak pernah dia sangka Iris sampai berniat sekejam itu pada Selena. Jika sebelumnya Samuel mengampuni Iris, kali ini dia bersumpah tak akan pernah mengampuni Iris lagi. Tidak. Tidak akan pernah. Samuel akan pastikan membuat Iris dan Maida membusuk di penjara. Mobil yang dilajukan oleh Samuel mulai memasuki alamat kantor polisi di mana Iris dan Maida ditahan. Hingga ketika mobil Samuel sudah terparkir—pria itu segera turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam kantor polisi itu. Di ujung sana, sudah terlihat banyak wartawan yang berkerumun. Itu menandakan berita Iris ditahan sudah tersebar. Hari ini Samuel sibuk mengurus Selena. Pria itu tak memiliki waktu untuk m
“A-apa yang dikatakan Tuan Dominic Geovan benar, Tuan. Dalang di balik penjebakan Nona Selena adalah Nona Iris Halburt, mantan tunangan Anda.” Tubuh Samuel bergeming mendengar apa yang diucapkan oleh Vian. Tampak sepasang iris mata Samuel begitu tajam dan menusuk. Tatapan yang persis seperti laser pembunuh. Giginya menggelemeletuk, menunjukan kobaran amarah tertahan. Samuel mengetatkan rahangnya. Tangannya pun terkepal begitu kuat. Dalam hati segala umpatan kasar Samuel loloskan. Hal yang membuat emosi Samuel nyaris meledak adalah dalang di balik semua ini adalah Iris—mantan tunangannya yang sudah lama tak lagi dia dengar beritanya. Sejenak, Samuel memejamkan matanya mengatasi emosi yang melanda dan nyaris meledak. Ini bukan waktunya untuk Samuel murka. Paling tidak dia harus tahu dengan lengkap motif penjebakan Iris pada Selena. “Informasi apa yang kau ketahui, Vian?” tanya Samuel dingin dengan nada yang mendesak tak sabar agar Vian menjawabnya. “Tuan Samuel, Nona Iris dibantu ol
Samuel menatap Selena yang tertidur begitu pulas. Sekitar sepuluh menit lalu, Samuel meminta dokter untuk menyuntikan obat penenang pada Selena agar wanita itu tidur nyaman. Beruntung, Selena pun sejak tadi menuruti semua perkataannya. Lebih tepatnya tubuh Selena begitu lemah sampai membuat wanita itu tak banyak bicara.Saat ini Samuel membawa Selena ke apartemen pribadinya. Dia tak mungkin membawa Selena ke mansion keluarga Geovan. Pasalnya Samuel tak ingin membuat kedua orang tua Selena cemas. Pun di sana ada Oliver. Itu kenapa Samuel lebih memilih membawa Selena ke apartemen pribadinya. Sejenak, Samuel mengembuskan napas panjang. Dalam benaknya terus saja memikirkan bagaimana kalau dirinya sampai datang terlambat. Shit! Samuel mengumpat dalam hati, ingatannya tergali saat Almero hendak menyentuh Selena. Jika mengingat itu semua membuat emosi Samuel terasa begitu terbakar. Harusnya dia membunuh Almero dengan cara yang lebih kejam! Sungguh, membayangkan itu semua membuat Samuel bena
Brakkkk Suara dobrakan pintu yang begitu keras suskes membuat pintu itu terpental. Refleks, Almero mengalihkan pandangannya kala pintu berhasil terdobrak. Seketika mata Almero terkejut melihat dia sosok pria yang datang menatapnya dengan tatapan penuh amarah. “Berengsek!” Samuel menerjang Almero dengan emosi yang nyaris meledak. Tanpa belas kasihan, Samuel menarik kerah baju Almero, menghajarnya tanpa ampun. BUGH BUGH BUGH BUGH “Mati kau, Sialan!” Samuel menendang perut Almero hingga membuat Almero tersungkur di lantai. Namun, kala Samuel ingin kembali menyerang Almero tiba-tiba anak buah Almero berhamburan datang. Tampak Samuel dan Mateo melangkah mundur. Mateo sejak tadi ingin menolong Miracle tapi dia tak bisa melakukanya sekarang. Kondisinya dikepung seperti ini membuat Mateo harus melumpuhkan anak buah Almero lebih dulu. Napas Mateo memburu. Sorot matanya menajam dan memendung amarah. Darah Miracle memenuhi lantai membuat emosi Mateo tersulit. Fuck! Mateo mengumpat dalam