Semua Bab Jerat Pesona Pengacara Tampan: Bab 71 - Bab 80

140 Bab

Bab 71. Selena's Decision

“Jadi kau meninggalkan Iris karena perselingkuhanmu dengan Selena?” Suara Jillian—ibu Samuel bertanya dengan nada dingin. Tatapannya menatap tajam Samuel yang ada di hadapannya itu. Amarah begitu terlihat di wajahnya. “Jaga bicaramu, Mom. Selena bukan selingkuhanku. Aku berpisah dengan Iris karena aku tidak menyukai sifatnya. Bukan karena Selena yang menyebabkan kami berpisah.” Samuel menjawab dengan begitu tegas dan penuh peringatan. Tatapan Samuel menatap ibunya dingin seolah meminta ibunya untuk menjaga ucapannya. “Kalau bukan selingkuhanmu kenapa dia bisa ada di sini? Jangan membohongi Mommy, Samuel! Mommy bukan orang bodoh! Kenapa kau menyakiti hati Iris? Dia sudah lama menjalin hubungan denganmu, Samuel! Lebih dari lima tahun kalian bersama. Harusnya kau memikirkan perasaan Iris! Cantik dan hebatnya orang itu tidak ada habisnya. Kau jangan suka memperbandingkan Iris dengan wanita lain!” seru Jillian dengan nada tinggi dan keras pada putranya. Ini yang sejak dulu Jillian inga
Baca selengkapnya

Bab 72. Suspicion

Samuel menatap Selena dan Oliver yang tengah tertidur pulas. Ingin sekali Samuel memindahkan Selena tapi Samuel mengurungkan niatnya. Mengingat tadi pagi mereka ribut besar. Satu harian ini Samuel dan Selena tak bertegur sapa. Lebih tepatnya Selena mengabaikan dirinya. Selena hanya sibuk mengajak Oliver bermain. Bahkan saat makan malam tadi pun, Selena tetap tidak mau bicara padanya.Samuel melangkah mendekat ke ranjang. Dia menarik selimut—merapatkan tubuh Selena dan Oliver dengan selimut tebal itu. Tampak senyuman di wajah Samuel terlukis. Selena dan Oliver tertidur begitu pulas. Hati Samuel begitu menghangat. Dalam hati dan pikiran Samuel, dia hanya ingin melindungi Selena dan Oliver. Samuel tak akan pernah membiarkan jika sampai Selena dan Oliver terluka. Kini Samuel menundukan kepalanya, memberikan kecupan di kening Selena dan Oliver. Samuel menyadari kalau dirinya begitu banyak kesalahan pada Selena dan Oliver. Dan sekarang Samuel ingin menebus semua kesalahannya. Memperbaiki
Baca selengkapnya

Bab 73 – I Want You Because I Really Want You!

“Mama? Why are you sad?” Oliver melangkahkan kakinya mendekat pada Selena yang berada di taman belakang. Bocah laki-laki itu mengerjapkan mata beberapa kali. Menatap wajah Selena yang tampak muram dan sedih.“Sayang? Kau di sini? Mama tidak sedih, Sayang. Mama hanya memikirkan pekerjaan Mama.” Selena segera membuyarkan lamunannya kala menyadari suara Oliver. Lantas dia menatap hangat dan penuh kasih sayang putranya itu. Pun Selena merubah raut wajahnya. Wanita itu tak mau kalau Oliver tahu banyak beban yang dia pikirkan. “Mama tidak bohong kan? Aku melihat Mama seperti sedang sedih. Siapa yang membuat Mama sedih? Aku akan memukul orang itu, Mama.” Oliver mendekat. Bocah laki-laki itu memeluk erat Selena. Senyuman di wajah Selena terlukis mendengar ucapan Oliver. Wanita itu menangkup kedua pipi Oliver, memberikan kecupan bertubi-tubi di wajah putranya itu. “Mama tidak sedih, Nak. Mama hanya memikirkan pekerjaan di London. Apa Oliver tidak memikirkan sekolah? Memangnya kau tidak mer
Baca selengkapnya

Bab 74. Oliver's Request

Selena berdiri di balkon kamar seraya menatap langit malam. Cahaya bulan dan bintang tampak begitu indah membuat Selena melukiskan senyuman samar di wajahnya. Sesaat Selena menutup mata sebentar kala embusan angin menyentuh kulitnya. Berdiri di balkon kamar menikmati suasana hening malam adalah salah satu self healing bagi Selena. Emosi yang terbendung dalam dirinya membuat Selena memilih untuk berdiam diri. Tak ada yang bisa Selena lakukan saat ini selain dirinya berusaha menghilangkan emosinya.Sejak perdebatannya tadi dengan Samuel, Selena memilih untuk sendiri. Bahkan tadi disaat jam makan malam pun, Selena meminta pengasuh untuk menjaga Oliver. Yang Selena butuhkan saat ini adalah ketenangan diri. Walau sebenarnya menenangkan diri seratus persen tidak akan mungkin. Pikiran dan hatinya sangat kacau. Selena mengatur napasnya. Lantas dia menatap hamparan kota Manhattan yang sangat indah. Letak kamar Selena di mansion Samuel berada di lantai empat. Itu kenapa Selena bisa melihat den
Baca selengkapnya

Bab 75. It's None of Your Business!

Keesokan hari, Selena tengah sibuk di dapur membuatkan bubur untuk Oliver. Tadi pagi-pagi sekali, dokter sudah memeriksakan keadaan Oliver. Beruntung putranya itu baik-baik saja. Tak ada yang harus dikhawatirkan. Hanya saja dokter meminta Oliver untuk banyak beristirahat. “Nona, apa Anda butuh bantuan?” Suara pelayan bertanya dengan sopan pada Selena yang tengah sibuk berada di dapur. “Tidak usah, aku bisa sendiri,” jawab Selena hangat. “Baik, Nona. Kalau Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa memanggil saya,” balas sang pelayan dengan sopan. “Terima kasih.” Selena mengulas senyuman di wajahnya. Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Selena. Tak lama kemudian, bubur yang Selena buat telah selesai. Lantas Selena segera menuangkan bubur itu ke mangkuk. Lalu dia memberikan toping irisan salmon panggang di atas bubur yang telah dia siapkan untuk putranya. Kini Selena melangkahkan kakinya meninggalkan dapur seraya membawa bubur yang telah dia buat. Wanit
Baca selengkapnya

Bab 76. Stubborn Woman

“Oliver, kenapa pagi-pagi seperti ini kau sudah berenang? Kau baru sembuh, Nak.” Suara Selena berseru kala melihat Oliver berenang. Tentu putranya itu tidak berenang sendiri. Oliver berenang bersama dengan Samuel. Selena yakin pasti Oliver memaksa Samuel untuk berenang. Pasalnya sejak kemarin memang Oliver merengek ingin berenang. Bukan tidak boleh tapi kondisi Oliver kemarin masih belum sepenuhnya membaik. Itu kenapa Selena melarang putranya berenang. “Mama, aku sudah sehat.” Oliver menjawab ucapan Selena kala bocah laki-laki itu muncul di permukaan bersama dengan Samuel. Tampak wajah Oliver begitu sumiringah bahagia. Sedangkan Selena hanya bisa menghela napas panjang. Saat ini, kondisi Oliver memang sudah membaik. Tapi Selena tak menyangka baru saja Oliver membaik; Samuel sudah menuruti keinginan Oliver. Jika seperti ini Selena bisa apa? “Mama, ayo berenang bersamaku dan Papa,” ajak Oliver dengan nada paksa bercampur dengan rengekan. “Tidak, Sayang. Mama sudah mandi. Kau saja b
Baca selengkapnya

Bab 77. A Secret?

“Mama? Hari ini Mama ingin pergi? Pergi ke mana, Ma?”Oliver bertanya seraya menatap Selena yang sudah rapi dan cantik dengan gaun berwarna berwarna navy dengan model one off shoulder. Bocah laki-laki itu sedikit memiringkan kepalanya, menatap sang ibu dengan tatapan begitu polos. “Mama ingin bertemu dengan teman Mama.”Selena mengalihkan pandangannya pada Oliver. Lantas wanita itu membelai pipi bulat Oliver dengan lembut seraya memberikan kecupan di pipi putrnya itu. Oliver mengerjapkan matanya beberapa kali. “Mama ingin bertemu dengan teman Mama? Siapa, Ma?” Selena terdiam beberapa saat mendengar pertanyaan Oliver. Ingin sekali Selena mengatakan pada Oliver kalau dirinya pergi bertemu dengan Dean. Tapi Selena takut kalau Oliver mengadukan pada Samuel dirinya akan pergi bersama dengan Dean. Tunggu … kenapa dia takut? Samuel tak memiliki hubungan apa pun dengannya. Dia berhak pergi dengan siapa pun! Namun, yang menjadi masalah adalah Samuel sering kehilangan kewarasannya. Pria it
Baca selengkapnya

Bab 78. Commotion

“Bagaimana keadaan Oliver? Dia sudah membaik kan?” Suara Dean lebih dulu mengajak Selena memulai percakapan. Kini Dean dan Selena tengah menikmati makan bersama di salah satu restoran di Brooklyn. Harusnya Dean bertemu dengan Selena malam hari nanti. Tetapi Dean mempercepat pertemuannya dengan Selena di sore hari. Pria itu tak ingin menunda-nunda bertemu dengan Selena. Dan beruntung Selena bisa datang meski pertemuan lebih cepat dari yang mereka telah jadwalkan. “Baik, Dean. Oliver sekarang sudah sehat. Putraku itu kuat.” Selena menjawab ucapan Dean seraya mengambil orange juice yang ada di hadapannya dan meminumnya perlahan. Tampak Dean tersenyum samar mendengar apa yang diucapkan oleh Selena. “Oliver anak yang kuat dan cerdas,” jawab Dean hangat. “Ngomong-ngomong, Selena. Kapan kau akan pulang ke London? Apa kau masih lama di sini?” tanyanya ingin tahu. Selena terdiam beberapa saat. Dia sendiri tidak tahu bagaimana harus menjawab. Pasalnya Samuel mana mungkin membiarkannya pula
Baca selengkapnya

Bab 79. I Know You Still Love Me

Samuel membanting pintu mobilnya dengan keras. Lantas pria itu menarik kasar tangan Selena, menyeret wanita itu masuk ke dalam rumah. Tampak Selena meringis kala Samuel menarik-narik tangannya. Beberapa kali Selena berusaha berontak tapi malah Samuel semakin mencengkram kuat tangan wanita itu. “Samuel! Lepaskan tanganku! Lepaskan tanganku, Sialan,” seru Selena dengan nada satu oktaf lebih tinggi. Sayangnya, ucapan Selena tak digubris oleh Samuel. Pria itu sama sekali tidak peduli. Emosi dalam diri Samuel menyulut. Amarahnya nyaris meledak kala tadi melihat Selena bersama dengan Dean. Dan yang paling membuat Samuel emosi adalah Selena menyembunyikan pertemuannya dengan Dean. Bahkan mengajari Oliver untuk merahasiakan sesuatu darinya. Kini Samuel semakin menarik kasar tangan Selena. Membawa wanita itu masuk ke dalam kamarnya. Aura kemarahan di wajah Samuel terlihat begitu jelas.Brakkk“Akh—” Selena meringis kesakitan kala Samuel mendorong tubuhnya di ranjang. Tampak kilat mata Samue
Baca selengkapnya

Bab 80. Don’t Touch My Son!

Selena duduk di balkon kamar dengan tatapan lurus ke depan dan pikiran yang menerawang. Benak Selena saat ini masih memikirkan tentang perkataan Samuel. Sungguh, perkataan Samuel telah berhasil menyentuh hati Selena sampai relung hati terdalamnya. Tak menampik kalau hati Selena hampir luluh. Namun, dikala hati Selena mulai luluh; dia segera mengingat kejadian lima tahun lalu. Dulu Samuel membuangnya layaknya sampah. Tapi kenapa sekarang Samuel menginginkannya? Selena nyaris tertawa tiap kali mengingat Samuel menginginkannya. Omong kosong yang dilontarkan Samuel Maxton membuatnya muak. Selena menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Selena ingin segera kembali ke London bersama dengan Oliver. Meninggalkan semua kepalsuan di sini. Selena tidak mau jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Karena dia tidak ingin mengalami penderitaan seperti yang dulu dia alami. Berjuang di tengah badai bukanlah hal yang mudah. Banyak air mata yang dia cucurkan. Sekarang ketika dirinya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status