Home / Romansa / Jerat Pesona Pengacara Tampan / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Jerat Pesona Pengacara Tampan: Chapter 81 - Chapter 90

147 Chapters

Bab 81. Iris's Anger

“Don’t touch my son,” desis Samuel tajam dan penuh peringatan pada Iris. Kilat mata Samuel menunjukan jelas kemarahan terselimuti dalam dirinya. Rahang Samuel mengetat. Sorot matanya menusuk seperti ingin membunuh. Tubuh Iris membeku kala Samuel mengatakan ‘Don’t touch my son’ kalimat itu sukses membuat aliran darah dalam tubuhnya seakan berhenti. Dunia Iris seperti telah hancur lebur mendengar ucapan Samuel itu. Wanita itu bungkam. Beberapa kali Iris menggelengkan kepalanya meyakinkan bahwa apa yang telah dia dengar tadi salah. Tapi tidak. Semua begitu jelas. Kalimat singkat yang terselimuti penuh ancaman itu telah membuat Iris sadar bahwa apa yang diucapkan Samuel bukan hanya sekedar sebuah ancaman namun memiliki makna di mana telah sukses menghancurkan hati Iris berkeping-keping hingga tak lagi tersisa. “A-apa tadi kau b-bilang? P-Putramu? K-Kau salah bicara kan?” Iris nyaris kehilangan kata. Wanita itu menunjukan jelas keterkejutannya. Otaknya blank. Dadanya panas. Kecemburuan,
Read more

Bab 82. Kissing is a Painkiller

Darah tak henti-henti bercucuran dari lengan Samuel. Tubuh Iris menegang hebat. Wajah memucat. Ketakutan melanda dirinya. Mata Iris memancarkan rasa bersalahnya. Luka di lengan Samuel cukup dalam. Tentu Iris tak mungkin memiliki niat melukai Samuel. Shit! Iris mengumpat dalam hati karena Samuel menyelamatkan Selena. Harusnya Selena yang terluka. Bukan Samuel. Jantung Iris berdetak tak karuan. Rasa takut itu terselimuti kecemasan. “S-Samuel, aku—”“Penjaga! Bawa dia!” teriak Samuel keras memanggil penjaga untuk segera datang. Dan tak lama memudian, dua penjaga dengan tubuh besar berhamburan datang. Mereka langsung menarik tangan Iris. Membawa Iris keluar dari rumah itu. Refleks, Iris berontak kala dua penjaga membawanya. Namun tenaga Iris tak sebanding. Beberapa kali Iris berontak tapi tetap tak mampu mengalahkan dua penjaga dengan tubuh tinggi besar itu. “Samuel! Ini bukan salahku! Aku tidak sengaja! Kau kenapa harus melindungi wanita sialan itu, hah?!” seru Iris kencang. Sayangnya
Read more

Bab 83. Sleeping Together

“Samuel, kau belum minum obat hanya satu? Kau memiliki tiga jenis obat, Samuel. Kau ini minum obat saja seperti anak kecil. Susah sekali.” Suara Selena mengomel sebal pada Samuel. Jelas saja Selena sabal. Pasalnya Samuel hanya minum satu jenis obat. Padahal dokter memberikan tiga jenis obat. Dalam hal ini Selena sangat jeli. Wanita itu menghitung jumlah obat Samuel. Jadi kalau Samuel belum meminum obat pasti Selena akan tahu. “Aku tidak akan mati meski hanya minum satu obat, Selena.” Samuel berucap dengan nada datar. Pria itu tengah duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Meski lengan kanan terluka, tetap saja pria itu masih bisa memeriksa pekerjaannya di ponsel menggunakan tangan kiri. Lagi pula ini hanyalah luka kecil tak mungkin ada rasanya bagi Samuel. Ah, Samuel lupa kalau dia sempat berakting sakit di depan Salena hanya demi mendapatkan simpatik wanita itu. Selena memgembuskan napas kasar seraya mendecakan lidahnya. Lantas Selena mendekat pada Samu
Read more

Bab 84. You're Such a Bastard!

Sinar matahari pagi menelusup masuk ke sela-sela jendela kamar Samuel. Pagi sudah menyapa. Samuel pun lebih dulu terbangun. Selama ini Samuel terbiasa bangun pagi karena dia selalu mendapatkan panggilan telepon dipagi hari dari sang asisten yang melaporkan apa saja jadwal pekerjannya. Namun, kali ini Samuel meminta asistennya untuk mengurus pekerjaannya. Alasan Samuel tak mau mengurus pekerjaan bukan karena lengannya sakit. Tapi karena Samuel ingin meluangkan waktu bersama dengan Selena dan Oliver. Kini Samuel masih terbaring di ranjang empuk kamarnya seraya menatap Selena yang tertidur pulas dalam dekapannya. Tampak senyuman di wajah Samuel terlukis melihat Selena yang tertidur pulas dalam dekapannya. Sepasang iris mata cokelat Samuel menatap Selena dengan tatapan memuja. Wajah wanita itu memiliki paras cantik. Bahkan sangat catik. Wajah Selena putih bersih tanpa noda sedikit pun. Bibir ranum sedikit tebal sangat memesona. Hidung mancung menjulang memperindah kecantikan Selena. Sam
Read more

Bab 85. Would You Like to Have a Sister or Brother, Oliver?

“Maxton sialan!” Selena mengumpat kasar seraya menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Beberapa kali Selena tak henti-henti mengumpati Samuel. Sejak kejadian di kamar mandi, wajah Selena memerah. Marah, kesal, dan malu telah melebur menjadi satu. Demi Tuhan Selena tak menyangka kalau Samuel bisa melakukan hal seperti tadi. “Ah! Bodoh sekali! Kenapa aku bisa sebodoh itu?” Selena meremas kuat rambutnya dan mengusap kasar wajahnya. Kacau. Hati dan pikiran Selena begitu kacau. Emosinya memuncak mengingat kejadian di kamar mandi. Shit! Harusnya Selena membunuh Samuel yang telah berani menyentuhnya. Tapi kenapa malah tadi dirinya seperti menikmati? Demi Tuhan, Selena merasa dirinya telah menjadi wanita paling bodoh di dunia ini. Sejenak, Selena mengatur napasnya. Walau tak dipungkiri rasanya napas Selena benar-benar sesak mengingat kejadian tadi. Kini Selena memejamkan mata sebentar. Berusaha melupakan. Namun, sialnya bukannya dia melupakan malah semakin mengingat. Selena kembali membuka
Read more

Bab 86. He Has Admitted His Mistake

“Apa kau ingin memiliki adik, Oliver?” Selena menyemburkan teh yang baru saja dia minum kala mendengar pertanyaan gila dan tak masuk akal dari Samuel untuk Oliver. Tampak sepasang iris mata biru Selena menatap Samuel tajam dan dingin. Aura kemarahan bercampur rasa kesal terselimuti dalam dirinya. “Adik? Papa ingin memberikan adik untukku?” Oliver mengerjapkan matanya beberapa kali. Lantas bocah laki-laki itu menatap Samuel dengan tatapan polos dan tersirat bingung. Pasalnya tak pernah ayahnya itu menanyakan dirinya ingin memiliki adik atau tidak. Senyuman samar di wajah Samuel terlukis. Pria itu menyesap kopi yang baru saja diantar pelayan. Sejak tadi Selena melayangkan tatapan tajam padanya namun Samuel sama sekali tidak menggubris tatapan tajam Selena. “Kau ingin memiliki adik atau tidak, Boy?” tanya Samuel lagi pada Oliver. “Hm…” Oliver mengetuk-ngetuk jemarinya di dagunya. Bocah laki-laki itu tampak berpikir. “Adik perempuan atau adik laki-laki, Pa?” Oliver balik bertanya pa
Read more

Bab 87. Selfishness

“Mama dari mana? Apa Mama dan Papa sudah membuatkan adik untukku?” Pertanyaan Oliver sontak membuat Selena yang hendak melangkah masuk ke dalam kamar langsung menghentikan langkahnya. Tampak wajah Selena memucat mendengar pertanyaan Oliver. Dalam hati Selena tak henti-hentinya mengumpati Samuel. Sungguh, jika saja bisa dia pasti akan menembak kepala pria itu agar otak pria itu tak lagi berpikir sembarangan. Sejenak, Selena mengatur napasnya. Meredakan emosi yang terbendung dalam dirinya. Baru saja Selena tadi dirinya berdebat dengan Samuel tapi setelah dia ingin kembali masuk ke dalam kamar; dia malah bertemu dengan putranya yang menanyakan hal yang membuat emosinya kembali tersulut. Shit! Ini semua karena pertanyaan sialan Samuel. Andai saja Samuel tak menanyakan pada Oliver ingin memiliki adik atau tidak; maka tak mungkin Oliver menanyakan itu padanya.“Mama? Kenapa Mama diam saja? Aku bertanya pada Mama.” Oliver melipat tangan di depan dada. Bibir bocah laki-laki itu mengerut seb
Read more

Bab 88. I'm Crazy Because of You!

“Tuan Samuel.” Sang pelayan menyapa Samuel dengan sopan kala Samuel baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Pria itu hendak menuju ruang kerjanya. Namun langkahnya harus terhenti kala melihat sang pelayan di hadapannya. “Ada apa?” tanya Samuel dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Tatapannya menatap lekat pelayan yang berdiri di hadapannya. “Tuan Vian mencari Anda, Tuan,” ucap sang pelayan melaporkan. Sebelah alis Samuel terangkat. Lantas pria itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya—waktu menunjukan pukul sepuluh malam. “Vian datang?” ulangnya memastikan. “Benar, Tuan. Tuan Vian datang mencari Anda,” jawab sang pelayan lagi. Samuel mengangguk singkat. “Minta dia menunggu di ruang kerjaku.” “Baik, Tuan.” Sang pelayan menundukan kepalanya, pamit undur diri dari hadapan Samuel. Kini Samuel melangkah menuju ruang kerjanya. Namun tiba-tiba langkah Samuel terhenti sebentar kala berada di dekat Kamar Oliver. Lantas pria itu mengintip kamar putranya itu.
Read more

Bab 89. His Touch Becomes an Addiction 

“Kenapa kau mengajakku ke sini?” Suara Selena bertanya dengan nada dingin dan ketus kala mobil yang dilajukan oleh Samuel telah terparkir di salah satu restoran mewah yang ada di Brooklyn. Sejak tadi Selena memang tak bertanya ke mana Samuel mengajaknya. Lebih tepatnya setelah perdebatan memang Selena lebih memilih diam. Terlebih perkataan Samuel tadi telah sukses membuat Selena membisu. “Aku memiliki undangan makan siang bersama dengan rekan bisnisku.” Samuel memarkirkan mobilnya ke halaman parkir yang ada di restoran itu. Lantas dia mematikan mesin dan mencabut kunci mobilnya. Terdengar nada bicara datar kala menjawab pertanyaan Selena itu. “Kau mengajakku ke sini karena undangan makan siang bersama rekan bisnismu?” ulang Selena yang tampak begitu terkejut.Samuel mengangguk singkat merespon ucapan Selena. Selena mendecakan lidahnya. “Untuk apa kau membawaku, Samuel? Kau bisa datang sendiri. Atau kalau memang kau ingin mengajak wanita kau bisa mengajak yang lain. Jangan aku.”
Read more

Bab 90. Big Boy and Bad Boy 

“Samuel sialan! Berengsek! Kenapa dia tidak mati saja?!” Selena mengusap wajahnya dengan kasar seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa kamarnya. Sungguh, Selena membenci kejadian tadi. Kejadian di mana dirinya merespon bibir Samuel. Shit! Selena mengumpat dalam hati. Harusnya yang Selena lakukan adalah mendorongnya Samuel tapi malah kenyataan dia membalas pagutan pria itu. Selena yakin otaknya ini sudah tidak waras dan tak lagi berfungsi dengan baik. Sejenak, Selena menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan napasnya perlahan. Benak Selena memikirkan bagaimana cara dia segera kembali ke London. Tidak mungkin dia akan tetap terjebak di mansion Samuel ini. Cepat atau lambat pasti keluarganya akan mulai mencium tentang dirinya dan Samuel. Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Selena tak akan membiarkan sampai keluarganya mengetahui tentang dirinya dan Samuel. Suara dering ponsel terdengar, Selena segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Lantas Selena menatap ke layar ponselnya itu. N
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status