Home / Romansa / Skandal Satu Malam Sang Presdir / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Skandal Satu Malam Sang Presdir: Chapter 61 - Chapter 70

107 Chapters

Pasti akan Mempertimbangkan Semuanya

Laura tertawa kecil mendengar ucapan Diana, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menghela napas kasar.Di meja kecil di antara mereka, terdapat kantong belanja yang penuh dengan camilan, hadiah kecil dari Diana untuk menghibur sahabatnya.“Tidak mungkin, Diana. Smith terlihat kacau karena dimarahi oleh ayahnya, bukan karena ditinggal olehku,” ucap Laura dengan nada datar, meski di sudut hatinya, ia merasakan sedikit keraguan.Diana menatap Laura, mencoba membaca ekspresi wajah sahabatnya itu, namun Laura tetap menjaga sikap tenangnya.“Aku pernah melihat Tuan Vincent memarahi Smith saat aku diculik oleh Andy. Dan wajahnya memerah karena menahan amarah. Begitu pula dengan saat ini,” lanjut Laura sambil mengingat kejadian di rumah sakit, saat Vincent nyaris kehilangan kesabarannya terhadap Smith.Diana menghela napas panjang. Ia tahu Laura sedang berusaha keras menyangkal sesuatu yang mungkin ia sendiri belum yakin benar atau tidak. “Baiklah. Kau memang keras kepala dan tidak
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Baby Twins

"Usia kandunganmu sudah memasuki dua belas minggu, atau tiga bulan. Bayinya sangat sehat, dan bukan hanya satu—kau mengandung bayi kembar, Nyonya Laura."Laura mengerjap-ngerjapkan matanya, seolah kata-kata itu berbisik pelan namun berdentam di pikirannya."Ke—kembar?" bisiknya, suaranya terhenti di tenggorokan seperti sehelai daun yang terperangkap angin.Pikiran Laura melayang pada Smith dan Louis, saudara kembar yang pernah membuatnya merasa begitu kecil di tengah dunia yang terasa begitu luas.Ia tidak menyangka, kini rahimnya menjadi rumah bagi dua jiwa kecil yang bercahaya. Gen Smith terlalu kuat—pikirnya sambil menelan ludah dengan perasaan campur aduk antara kagum dan khawatir."Begitu rupanya," gumamnya akhirnya, mencoba menenangkan gemuruh di dadanya. "Aku akan memiliki dua anak sekaligus." Ucapannya nyaris seperti mantra yang ia coba yakinkan pada dirinya sendiri, meski hatinya meringis halus seperti petir yang berdesir di kejauhan."Ya. Ini adalah anugerah yang sangat inda
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Pertemuan tak Terduga

"Louis?" Mata Laura melebar seperti malam yang tiba-tiba diterangi kilat. Tubuhnya terdorong oleh kejutan, hingga ia beranjak dari duduknya, menatap Louis yang kini berdiri di hadapannya."Ya, aku Louis." Suara Louis terdengar serak, namun ada nada lega yang bergemuruh di dalamnya."Laura, kami mencarimu ke mana-mana. Jauh sekali kaburnya," lanjutnya, matanya mengerjap, seolah ia masih ragu dengan kenyataan yang sedang ia lihat.Laura tersenyum canggung, tangannya tanpa sadar terangkat untuk menggaruk kepalanya, gerakan kecil yang mengkhianati rasa gelisah di dadanya."Ya. Kabur dari kalian tentu saja harus jauh dan tidak dapat ditemukan," katanya pelan, suaranya seperti angin sepoi yang membawa kepedihan tersembunyi. "Sayangnya, malah ditemukan."Mata Louis membesar lagi, kali ini bukan karena kejutan sederhana. Pandangannya turun ke perut Laura yang sedikit membuncit, dan jemarinya terangkat, menunjuk tanpa kata, seolah berusaha memastikan apa yang dilihatnya benar adanya."Laura, k
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Akan Menyelesaikan Masalah ini

Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Langit Moza Hotel’s berkilauan dengan semburat lampu-lampu kota, seperti berlian yang tercecer di atas beludru malam.Laura baru saja selesai bekerja, tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya terus berputar, menyusun langkah demi langkah untuk menghadapi pertemuan ini.Dengan gerakan anggun yang terlatih, ia merapikan rambutnya, cermin di depannya memantulkan sosok yang tegar meski menyimpan badai di dalam dada.Di restoran hotel, Louis menunggunya dengan kesabaran yang terlihat rapuh, seperti benang yang hampir putus.Laura akhirnya duduk di depan Louis. Wajahnya tenang, namun matanya menyiratkan emosi yang berlapis, seperti lukisan yang penuh misteri.“Aku pikir kau sudah pulang,” ucapnya, suaranya lembut, tetapi ada serpihan ketegangan yang tak bisa disembunyikan.“Bagaimana mungkin aku pulang, sementara aku masih penasaran tiba-tiba kau pergi dan membuat semua orang bingung,” jawab Louis, suaranya rendah tetapi tegas, seperti angin malam yang
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Melakukannya Demi Kebaikan Smith

Di sudut muram sebuah bar yang remang-remang, milik Kevin, sahabat lamanya, Smith terkapar seperti kapal karam di lautan sunyi.Kepalanya bersandar berat di atas meja kayu yang penuh dengan goresan waktu, sementara botol-botol kosong berdiri seperti nisan keputusasaan di hadapannya.Aroma alkohol bercampur asap rokok melingkupi ruangan, membungkus segala luka tak terlihat."Di mana kau, Laura?" desah Smith, suaranya pecah seperti gelas yang dilempar ke lantai. "Sudah dua bulan kau pergi meninggalkanku." Ucapannya mengalun, tenggelam dalam nada-nada mabuk yang menyayat telinga.Kevin menghela napas panjang, nadanya lebih letih daripada marah. "Jika sudah dua bulan berlalu, itu artinya istrimu tak ingin kembali padamu, Smith." Ucapannya terdengar seperti kapak yang menghantam pohon rapuh, santai tapi penuh kepastian.Smith mendongak perlahan, matanya kabur seperti kaca berembun. "Shut up, Kevin. Dia hanya sedang ingin mempermainkanku," gumamnya, tatapan sayu menusuk wajah Kevin.Kevin t
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Tolong Beritahu Aku

Smith membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat seperti pintu tua yang engselnya berkarat.Cahaya redup dari jendela menyelinap masuk, menciptakan bayangan-bayangan samar di kamar yang sunyi.Ia menyandarkan punggungnya pada dashboard tempat tidur, membiarkan kesadarannya bangkit perlahan dari kabut tidur. Pandangannya jatuh pada layar ponsel yang dingin, sebuah pemberitahuan mencuri perhatiannya.Pesan dari Stella. Kalimat sederhana yang mengajaknya bertemu, dibumbui dengan kata-kata rindu yang terasa kosong dan hampa.Smith memijat batang hidungnya dengan jari-jari yang gemetar, seolah ingin menghapus bayangan Stella dari pikirannya. Ia menghela napas panjang, seperti mengusir beban yang menekan dadanya.“Kevin benar,” gumamnya, suaranya nyaris tak lebih dari bisikan yang tenggelam di udara. “Aku tidak perlu memikirkan Stella lagi. Karena milikku yang sebenarnya adalah Laura.”Ia mengabaikan pesan itu, membiarkan layar ponselnya kembali padam seperti lilin yang kehabisa
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Jangan Menganggapku Keluarga lagi

Smith duduk di atas sofa, tubuhnya terkulai lemas seperti boneka yang kehilangan tali pengendali.Jari-jarinya yang lelah memijat batang hidungnya berulang kali, seolah mencoba meredam dentuman ketegangan yang terus menggema di kepalanya.Punggungnya menyandar pada sofa, sementara napas panjangnya meluncur keluar seperti desah angin malam yang lesu.“Sangat tidak mungkin jika Laura sudah menikah lagi di luar sana,” gumamnya, suaranya pelan namun sarat dengan rasa tidak percaya.Kedua tangannya mengepal, jemarinya mengeras seperti ingin menggenggam kenyataan pahit yang terus menghantuinya. “Bahkan menikah denganku pun karena terpaksa. Dia tidak mudah jatuh cinta, aku tahu itu,” lanjutnya, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan ruangan.Ia kembali menghela napas panjang, seperti seseorang yang mencoba menarik beban dari dadanya, tetapi hanya menemukan lebih banyak kesedihan yang tersisa.Tangannya terulur meraih ponselnya yang dingin, perangkat kecil itu kini menjadi satu-satunya je
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Keinginan Laura

“Kau tinggal di sini, Laura?” tanya Louis, suaranya rendah namun mengandung nada kekhawatiran saat ia menatap bangunan kecil di depannya.Laura mengangguk pelan, senyum tipisnya menyembunyikan rasa lelah yang terselip di balik matanya. “Ya. Aku tinggal di sini setelah pergi dari rumah Smith. Meskipun kecil, tapi tempat ini sangat nyaman. Jangan khawatir.”Louis menahan napas, tatapannya menyapu setiap sudut kost sederhana itu. Dindingnya memudar, lantainya sedikit retak, namun ada kehangatan tersendiri yang terpancar dari tempat tersebut, seolah Laura telah mencurahkan seluruh hatinya ke dalam setiap sudut.Meski begitu, baginya, ruangan ini terasa seperti kotak sempit yang menyesakkan, jauh dari kemewahan dan ruang luas yang biasa ia tinggali.“Baiklah,” akhirnya Louis berkata, menekan perasaan yang bergelut di dadanya. “Aku akan kembali, Laura.”Namun, suara lembut Laura menghentikannya. “Louis?” Ia memanggil, suaranya terdengar seperti bisikan angin malam yang membawa keraguan. “Ja
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Laura tidak Mencintai Smith

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Vincent, suaranya sarat dengan ketegangan, sementara matanya menatap Louis dengan sorot tajam yang seperti menyelidik hingga ke dasar jiwanya.Louis menghela napas panjang, sorot matanya datar namun mengandung gelombang emosi yang ia sembunyikan.“Hanya insting saja. Bukankah dia memang selalu mencari cara untuk mengakhiri pernikahannya dengan Smith? Jangan memaksanya untuk kembali, Dad,” ucapnya dengan nada yang berusaha terdengar tenang, meskipun ada kerikil kecil yang menggoreskan luka di setiap katanya.Vincent membuang muka, matanya beralih ke sudut ruangan yang hening, seolah enggan menerima kenyataan yang Louis coba ungkapkan.“Kau tidak tahu apa-apa, Louis,” balasnya dingin, seperti mencoba menutupi gemuruh hatinya sendiri.“Aku tahu, Dad,” tukas Louis, suaranya semakin dalam, penuh dengan tekad yang tak bisa dibendung. “Aku tahu kau ingin memisahkan Smith dengan Stella. Tapi jangan mengorbankan Laura. Dia tidak mencintai Smith, Dad!”"
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

In Your Dream!

Jam di dinding berdetak dengan irama yang menekan, menunjuk tepat pukul sembilan pagi.Ruang kerja Smith, yang biasanya tenang, mendadak terusik oleh suara pintu yang terbuka tanpa aba-aba. Louis melangkah masuk dengan langkah tegas, namun menyimpan keraguan di sudut hatinya.Smith, yang tengah merapikan dokumen dengan gerakan metodis, mengangkat kepalanya perlahan, pandangannya bersinggungan dengan wajah identik adiknya.Sorot matanya datar, seolah Louis hanyalah gangguan kecil dalam rutinitasnya yang monoton. “Ada apa?” tanyanya, nadanya dingin seperti embun pagi yang menusuk kulit.Louis terdiam, hanya berdiri mematung di tempatnya. Dalam hatinya, suara janji pada Laura menggema bagai mantra yang mengikat. ‘Aku sudah berjanji pada Laura untuk tidak memberitahu keberadaannya,’ ucapnya dalam batinnya yang bergetar.Smith kembali menunduk, jemarinya sibuk merapikan tumpukan kertas. “Jika tidak ada kepentingan, sebaiknya keluar dari ruanganku,” ujarnya tajam tanpa menoleh sedikit pun.
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status