Home / Romansa / Skandal Satu Malam Sang Presdir / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Skandal Satu Malam Sang Presdir: Chapter 51 - Chapter 60

107 Chapters

Gugatan Cerai dari Laura

“Tuan, ada surat untuk Tuan,” ujar pelayan itu dengan nada hormat sambil menyerahkan amplop tersebut.Smith baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, wajahnya tampak lelah dan penuh emosi yang belum reda.Namun, langkahnya terhenti ketika salah seorang pelayan menghampirinya dengan cepat, membawa sebuah amplop cokelat di tangan.Smith mengambil amplop itu tanpa banyak bicara, tetapi matanya menyipit penuh curiga. “Di mana Laura? Apa dia sudah kembali?” tanyanya sembari menatap pelayan itu dengan tajam.Pelayan tersebut menundukkan kepalanya sedikit, terlihat ragu sebelum menjawab. “Tidak ada, Tuan. Sejak pagi tadi, Nona Laura tidak kembali.”Smith memijat batang hidungnya, menghela napas berat. Ada perasaan gelisah yang mulai menjalar dalam hatinya.“Bagaimana dengan barang-barang miliknya? Apakah dia membawa semuanya?” tanyanya lagi, suaranya lebih pelan namun tetap terdengar tegas.Pelayan itu menggeleng. “Masih ada, Tuan. Sepertinya Nona Laura tidak membawa barang-barang
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bukan Pernikahan yang Diinginkan

Smith menghentikan mobilnya dengan kasar di area parkir basement apartemen yang diberikan Miranda.Ia keluar dengan cepat, langkahnya penuh kemarahan dan kegelisahan. Napasnya berat, tapi matanya penuh determinasi. Ia tak akan berhenti sampai menemukan Laura.Setelah memasuki lift, Smith berdiri dengan tangan mengepal. Matanya menatap angka-angka di panel lift yang perlahan naik. Ia bergumam pelan, suaranya rendah namun penuh emosi."Aku yakin kau belum jauh, Laura. Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja dariku. Kau belum mendengar penjelasanku, tapi sudah pergi begitu saja. Hanya karena kau gagal mengandung anakku!"Kata-kata itu terasa seperti sebuah pelampiasan. Jiwanya terasa terguncang sejak Laura pergi.Baru sehari tanpa istrinya, pikirannya sudah kacau balau. Hatinya seperti tertahan di jurang yang gelap.Sesampainya di lantai apartemen, Smith melangkah cepat menuju pintu dengan alamat yang diberikan Miranda.Ia mengeluarkan kertas kecil dari sakunya dan mengetikkan kata
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Karma itu Nyata, Smith

Smith membuka pintu ruang kerja Louis dengan keras hingga suara deritnya memecah keheningan.Buku-buku di rak bergetar tipis, dan Louis yang tengah sibuk di balik meja kerjanya hanya melirik sekilas, seakan kedatangan Smith sudah ia duga."Sebenarnya kau tahu di mana Laura berada, kan?" suara Smith penuh emosi, nyaris seperti tuduhan yang sulit terbantahkan. Wajahnya tampak lelah, garis-garis ketegangan jelas terukir di dahi dan di sekitar matanya.Louis mendongak perlahan. Ia tak langsung menjawab, melainkan menarik napas panjang dan menyungginkan senyum tipis di bibirnya. Ekspresinya datar, nyaris santai, namun ada sesuatu di matanya yang sulit ditebak."Untuk apa aku menyembunyikan Laura, huh?" ujar Louis sambil menyandarkan punggungnya di sofa empuk di ruangan itu."Toh, kau akan mengetahuinya jika aku benar-benar menyembunyikan dia darimu," lanjutnya, suaranya terdengar ringan tetapi sarkastik.Smith mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Ia masih berdiri di tengah ruangan se
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Mendapat Pekerjaan Baru

Satu minggu kemudian…Di sebuah kota kecil dekat pantai, Laura duduk di kursi tua di dalam kamar kost-annya yang sederhana.Kost-an itu hanya cukup untuk dirinya sendiri, dengan sebuah kasur kecil di sudut ruangan dan lemari pakaian mungil.Hari-harinya di tempat ini terasa sunyi, tetapi juga memberikan ketenangan yang tidak ia dapatkan selama tinggal bersama Smith.Dering ponsel mengagetkan Laura dari lamunannya. Ia dengan cepat meraih ponsel itu yang tergeletak di atas meja kecil.Ia melihat nomor tak dikenal tertera di layar. Dengan hati-hati, ia menggeser layar untuk menjawab.“Selamat pagi, dengan Nona Laura?” terdengar suara seorang wanita dari seberang sana, suaranya ramah namun formal.“Ya, benar. Saya Laura,” jawab Laura sambil mengerutkan kening, merasa sedikit penasaran.“Baik. Selamat, Nona Laura. Anda diterima sebagai salah satu resepsionis di hotel kami. Apakah Anda bersedia untuk datang hari ini?”Mata Laura langsung berbinar mendengar kabar itu. Ia hampir tidak percaya
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Ajakan Makan Malam

Waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Laura duduk seorang diri di bangku rooftop Moza Hotel’s, menikmati udara segar sembari menyantap makan siangnya yang sederhana. Pandangannya melayang ke arah cakrawala, berharap ketenangan yang ia cari bisa sedikit ia dapatkan di sela kesibukannya.Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nama Miranda—ibunya—terpampang di layar. Laura menghela napas panjang sebelum menjawab panggilan itu.“Ada apa, Ibu?” tanyanya, suaranya datar namun sopan.“Kau di mana, Laura?” suara Miranda terdengar tegas di seberang sana, penuh dengan kekhawatiran yang tertahan.Laura menggigit bibir bawahnya sejenak. “Aku sedang bekerja, Ibu. Tapi, bukan di Allera Hotel’s lagi. Aku sudah mengundurkan diri di sana,” jawabnya tanpa banyak penjelasan.Ada keheningan singkat di seberang sebelum suara Miranda meninggi. “Apa? Kenapa, Laura? Apa yang membuatmu mengundurkan diri di sana?”Laura kembali menghela napas, kali ini lebih dalam. “Ini pilihanku, Ibu. Yang menjalankan hidup ini j
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Dinner with Him

Waktu sudah menunjuk pukul tujuh malam, suasana restoran tampak ramai namun tetap hangat dengan pencahayaan remang yang menambah kesan intim.Laura berdiri di depan pintu masuk, sesaat merapikan gaunnya yang sederhana namun tetap anggun. Ia menghela napas panjang, mencoba mengendalikan perasaan cemas yang menyelimutinya.Makan malam dengan bos barunya, Rafael, adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, terutama setelah baru beberapa minggu bekerja di hotel mewah milik pria itu.Begitu memasuki restoran, Laura segera menemukan Rafael yang telah duduk di meja pojok dekat jendela.Pria itu tampak santai, mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung hingga siku, serta senyuman ramah yang langsung menyambut kedatangan Laura.“Tuan Rafael. Maaf, karena terlambat datang,” ucap Laura dengan sopan sambil menarik kursi dan duduk di hadapannya.Rafael tersenyum lebar. “Tidak masalah. Aku pun baru sampai,” katanya, mencoba membuat Laura merasa nyaman.Laura tersenyum kecil, meskipun ia mas
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Teman Satu Kampus

Sudah satu minggu berlalu sejak Laura mulai bekerja di Moza Hotel’s, sebuah hotel butik yang terkenal dengan layanan premium dan atmosfer elegannya.Dalam kurun waktu itu, ia mencoba melupakan segalanya, termasuk Smith, pria yang dulu menjadi bagian besar hidupnya, meskipun penuh luka. Namun, bayangan Smith tetap menghantui pikirannya.Kini, Laura berdiri di balik meja resepsionis, tatapannya kosong mengarah ke luar lobi yang dipenuhi hiruk pikuk tamu."Mungkin dia sudah menikah dengan kekasihnya itu," gumam Laura, hampir tak terdengar.Ia menghela napas panjang dan menundukkan kepalanya sejenak. "Untuk apa juga aku memikirkan pria itu. Tidak mungkin juga dia sedang memikirkanku sekarang." Suaranya lirih, seolah berbicara pada dirinya sendiri.Langkah kaki ringan mendekat dan memecah lamunannya. Suara lembut namun tegas menyusul. "Laura?"Laura tersentak kecil dan segera menoleh. "Ya, Nyonya Jasmine? Ada yang bisa dibantu?" tanyanya cepat, berusaha menghilangkan nada galau dalam suara
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Masih Mengenakan Cincin Pernikahannya

“Begitu rupanya.” Laura tersenyum kecil, berusaha terlihat santai meski hatinya canggung. Ia tahu bahwa Rafael adalah orang yang cermat. Sedikit saja ia menunjukkan kegugupan, pria itu bisa saja mencurigainya.Rafael tersenyum tipis, mengangguk pelan sebelum melanjutkan. “Ya. Dia adalah teman baikku saat kuliah. Dia memang terlihat dingin dan misterius. Namun, sebenarnya dia baik. Hanya saja, dia salah memilih pasangan.”Mendengar itu, Laura spontan menoleh. Rasa ingin tahunya menyeruak. “Maksud Tuan?” tanyanya, nada suaranya dibuat sehalus mungkin agar terdengar wajar.Rafael menghela napas panjang, pandangannya menerawang sejenak sebelum kembali menatap Laura. “Sebenarnya aku, Louis, dan juga Kevin tidak setuju dia menjalin hubungan dengan Stella. Namun, entah apa yang membuatnya tetap bertahan dengan wanita itu.”Laura menggenggam kedua tangannya di pangkuan, mencoba menyembunyikan gejolak yang mendadak menyerang dadanya. Tatapan Rafael yang lekat seolah menembus dinding pertahanan
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Padahal paling Menantikan Perceraian

Laura baru saja tiba di kamar kost-annya yang sederhana. Hembusan angin malam yang masuk dari celah jendela membuat suasana terasa sepi dan hening.Ia melepaskan tas selempangnya dan duduk di tepi tempat tidur. Tangannya dengan gerakan pelan membuka laci kecil pada nakas di samping ranjang. Di dalamnya tersimpan sebuah kotak perhiasan kecil berwarna merah tua.Perlahan, Laura membuka kotak itu dan mengeluarkan sebuah cincin pernikahan yang selama ini ia simpan. Ia menatap cincin emas itu dengan tatapan kosong, memutar-mutar benda kecil itu di antara jari-jarinya.“Kenapa dia masih memakai cincin pernikahan ini?” gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam kesunyian kamar.Ia menarik napas panjang, mencoba meredakan gejolak di dadanya, namun pikirannya tetap terikat pada bayangan Smith. “Apa yang membuatmu tidak melepas cincin itu? Seharusnya kau bahagia karena aku pergi, kan?” ucapnya dengan nada lirih, hampir seperti berbicara kepada cincin itu.Laura mendesah pelan, lalu dengan
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bagaimana jika Ternyata Mengharapkanmu?

“Oh, ya?” Laura akhirnya membuka suara, menghela napas kasar. “Berarti benar, apa yang dikatakan oleh Rafael.”Diana mengerutkan dahi, penasaran. “Dia mengatakan hal yang sama?” tanyanya hati-hati.Laura mengangguk pelan, tatapannya masih kosong menatap ke luar jendela. “Ya. Dia mengatakan hal yang sama. Jika sudah dua orang yang mengatakan hal itu, berarti memang benar.”Diana menatap Laura dengan sedikit rasa bersalah, tetapi ia tahu hal ini perlu dibicarakan. “Ya. Memang benar. Kondisi Smith memang sedang tidak karuan setelah kau pergi,” ucapnya, berusaha menegaskan tanpa menambah beban di hati sahabatnya itu.Laura menoleh perlahan ke arah Diana, matanya yang biasanya memancarkan ketegasan kini tampak lelah. “Bukankah seharusnya dia bebas menjalin hubungan dengan Stella? Aku sudah menyerah, maka dia bisa menikah dengan wanita itu.”Diana menyunggingkan senyum tipis, nyaris tak terlihat. “Itu menurutmu. Buktinya, hingga kini dia tidak mengumumkan pernikahannya meskipun semua orang
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status