Sudut pandang Anastasia:Lima tahun kemudian."Kenapa aku harus ke sana setiap hari? Aku mau ikut denganmu!" ucapnya sambil membuang muka dariku.Aku menghela napas, meletakkan ransel, kotak makan siangnya, serta tasku di kursi, lalu berjongkok agar sejajar dengannya."Sayang," panggilku lembut, tetapi dia malah memalingkan wajah lagi."Amie, ayolah." Aku meraih tangannya, tetapi dia langsung menepisnya."Jangan bicara padaku.""Amie, lihat aku," kataku dengan suara tegas. Seketika dia menoleh dengan bibir manyun dan mata berair. Aku benci harus menaikkan nada suaraku padanya, tetapi terkadang itu satu-satunya cara agar dia mau mendengar.Aku menggenggam tangannya dengan lembut dan syukurlah, kali ini dia tidak menolak. "Sayang, kamu nggak bisa ikut Mama ke tempat kerja. Itu nggak diperbolehkan.""Kenapa?" rengeknya. "Aku bisa bekerja.""Aku tahu, Amie," ujarku dengan senyum kecil. "Kamu anak yang sangat rajin. Tapi sekarang, sekolah jauh lebih penting untukmu, oke? Saat waktunya tiba,
Read more