Home / Romansa / Milyader, Mari Bercerai / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Milyader, Mari Bercerai: Chapter 231 - Chapter 240

282 Chapters

Bab 231

Saat masih di dalam mobil, sebelum kami meninggalkan mansion Dylan, dia berkata, "Aku pasti akan digeledah begitu masuk ke mansion. Sembunyikan pistol ini dan lemparkan padaku kalau diperlukan, oke?"Aku mengangguk, lalu Dylan menyerahkan pistol yang ada di genggamannya. Aku menerimanya dan mengamati saat dia keluar dari mobil dan memberi instruksi kepada anak buahnya.Setelah Dylan selesai digeledah dan diizinkan masuk ke mansion, aku tersenyum pada petugas keamanan yang berjaga di sana dan berjalan melewati mereka. Aku menghela napas lega setelah berhasil berdiri di samping Dylan tanpa harus digeledah.Suasana di dalam mansion masih terasa berat, menyisakan ketegangan yang sulit dijelaskan. Semua orang masih tampak muram, sama seperti saat aku meninggalkan mereka sebelumnya.Makan malam sudah mulai disajikan, jadi kami langsung menuju ruang makan. Diam-diam, aku mengambil pistol dari bingkisan wiski dan memasukkannya ke dalam saku celana, lalu meletakkannya di sebelah Dylan sebelum d
Read more

Bab 232

Sudut pandang Sydney:Dylan menarik pelatuk, tetapi tidak terjadi apa-apa. Wajahnya memerah, genggamannya pada pistol itu makin erat saat dia terus menarik pelatuknya seperti orang bodoh.Adegan itu terus berputar di benakku untuk kesekian kalinya malam ini. Saat Dylan keluar dari mobil untuk memberi instruksi kepada anak buahnya, hanya aku sendiri yang ada di dalam mobil.Aku melihat sekeliling dengan panik dan buru-buru mengeluarkan peluru dari pistol itu dengan tangan gemetar. Aku tidak punya rencana lain, tetapi aku tahu satu hal. Jika Dylan bisa menembak, dia juga pasti akan ditembak.Itulah yang sedang terjadi sekarang.Begitu menyadari apa yang terjadi, para pengawal Tavon langsung mengeluarkan senjata mereka dan menembaki Dylan tanpa ampun. Rentetan peluru menembus pakaian dan tubuhnya. 'Dylan juga membunuh Axel dengan cara seperti ini,' pikirku.Tubuh Dylan akhirnya tidak mampu lagi menahan serangan itu. Saat dia tersungkur ke lantai, tatapannya bertemu denganku yang sedang be
Read more

Bab 233

"Terima kasih," bisikku sambil menghela napas lega.Anak buah Tavon mulai merapikan kekacauan di ruangan itu. Namun, pertama-tama, mereka menyingkirkan jenazah Dylan. Aku melihat dengan tatapan kosong saat tubuh tak bernyawa itu diseret melintasi lantai, meninggalkan jejak darah di belakangnya.Sebagian kecil dari diriku merasa kasihan karena dia menjemput ajalnya dengan cara yang begitu brutal. Namun, aku segera menepis perasaan itu. Ini semua adalah akibat dari perbuatan Dylan sendiri.Lalu, mataku tertuju pada Scarlet dan air mata mulai menggenang. Aku sudah mewujudkan keinginanku, tetapi ada banyak nyawa tidak bersalah yang ikut terenggut. Orang-orang ini tidak seharusnya kehilangan nyawa mereka.Bayangan tubuh Axel yang pucat dan hancur melintas di pikiranku hingga membuat perutku terasa mual. Aku memejamkan mata dan mendoakan Scarlet dan Axel. Kuharap jiwa mereka bisa menemukan kedamaian.Aku membuka mata ketika merasa ada tatapan yang tertuju padaku. Tavon sedang mengawasi para
Read more

Bab 234

Sudut pandang Mark:Aku mengalihkan pandanganku dari pembicara dalam rapat saat pintunya terbuka, dan asistenku bergegas masuk, lalu menghampiriku dalam sekejap. Asistenku tampak merasa bersalah, tetapi wajahnya juga terlihat senang.'Apa yang bikin dia senang, sih?' pikirku dengan kesal. Apa ada kesepakatan bisnis baru? Apakah ada yang ingin beraliansi atau menawarkan merger lagi?Dia meminta maaf padaku, lalu pada anggota rapat. Kemudian, dia menunduk untuk menyamakan tinggi badanku yang sedang duduk. Dia pun mengetuk layar ponselnya yang sedang dia angkat.Sejak Sydney pergi ke Idelia untuk mencari kekasihnya, hidupku hanya berkutat di pekerjaan dan mengurus Aiden. Aku hanya fokus pada urusan kantor, bukan hanya karena Sydney tidak berada di sini, tetapi juga karena dia pergi meninggalkanku demi pria lain.Aiden adalah satu-satunya hal lucu dan menggemaskan yang mengingatkanku pada Sydney. Aku pun berusaha semaksimal mungkin untuk meluangkan waktu untuk Aiden, apalagi Grace sekaran
Read more

Bab 235

Aku terus menyediakan dana kampanye untuk James, ayah Sandra, hingga dia terpilih menjadi anggota dewan nasional. Berkat aliansi dan bantuan dari James, pengaruhku di dunia politik makin besar, dan aku menjadi tangan kanannya.Berkat pengaruhku itu, aku bisa bertemu dengan beberapa tokoh penting di dunia politik. Dari koneksi mereka, aku bisa meminta bantuan staf kedutaan Idelia untuk mencari Sydney.....Aku buru-buru pulang ke apartemen dengan gembira. Pengasuh yang aku pekerjakan untuk merawat Aiden saat aku tidak berada di rumah langsung berdiri dan menyapa, "Bapak sudah pulang?"Saat melihat senyum di wajahku, Aiden memandangku dengan hati-hati. Ekspresinya tampak bingung. Dia tidak buru-buru mendatangiku seperti biasanya atau bertepuk tangan, tetapi dia cuma memandangku dengan saksama.Mata polosnya seakan-akan bertanya, 'Ada apa? Kenapa tiba-tiba Ayah senang banget?'Aku tertawa dengan gembira dan membuka tanganku lebar-lebar. Aku bahkan tidak sempat meletakkan tasku lebih dahul
Read more

Bab 236

Sudut pandang Narator:Satu tahun kemudian.Persiapan pernikahan sedang berjalan dengan sangat lancar. Sydney bergegas masuk ke ruang ganti. Matanya langsung tertuju ke tengah ruangan, di mana Grace berdiri memesona dalam gaun pengantinnya."Grace!" seru Sydney, ekspresi cemberutnya langsung mencair menjadi senyuman cerah saat dia menyaksikan pemandangan menakjubkan di depannya.Grace berbalik dari cermin, dikelilingi oleh sekelompok penjahit yang sibuk menyematkan dan menyesuaikan lipatan gaunnya. Lapisan-lapisan satin dan renda mengalir di sekelilingnya seperti gaun dari negeri dongeng.Grace sendiri yang merancang gaun itu karena dia menginginkan sesuatu yang terbaik dari yang terbaik. Perpaduan sempurna antara elegan dan berkelas. Gaun itu memang adalah sebuah mahakarya. Enam penjahit dengan hati-hati memastikan setiap detail pas di tubuhnya.Beberapa penata rambut juga sibuk di sekitar kepalanya, jari-jari mereka lincah memilin, mengeriting, dan menata setiap helai rambut yang bis
Read more

Bab 237

"Ugh, baiklah." Mark menggerutu, pura-pura kesal. "Tapi, kamu berutang besar padaku. Seperti, pasokan pengasuhan gratis seumur hidup Aiden."Sydney mendengus. "Seolah-olah anak itu mau mendengarkan siapa pun selain aku.""Benar juga." Mark mengakui. "Apa kamu mau datang ke sini supaya kita bisa ….""Nggak. Aku punya sejuta hal lain yang harus dilakukan. Kita bicara lewat telepon aja," jawab Sydney."Apakah si penata rias ingin dijemput dari Jalur Canria atau harus menunggu helikopter di tempat lain?""Cukup tetap berkomunikasi dengannya lewat telepon." Sydney menginstruksikan. "Aku akan menghubungkan kalian berdua dan kalian bisa mengatur detailnya.""Siap, Bos," kata Mark.Sydney tersenyum, "Terima kasih, kamu memang penyelamat hidup!""Bukankah itu memang tugasku?" Mark bercanda, dan Sydney bisa membayangkan nada menggoda dalam suaranya.Sydney kembali memutar matanya lalu menutup telepon.Mark tersenyum sendiri saat menutup telepon, suara Sydney masih terngiang di telinganya. Dia me
Read more

Bab 238

Sydney mengangguk, mengusap hidungnya pelan saat berusaha menguasai diri."Ayolah, masa kamu ikut nangis juga," katanya, menarik diri, lalu memberi bahu Grace remasan lembut. "Riasanmu bisa rusak nanti. Kita nggak mau itu terjadi."Grace tertawa kecil dengan suara bergetar, mengedip cepat untuk menjernihkan penglihatannya.Sydney tersenyum dan menyerahkan buket bunga indah yang telah disusun dengan hati-hati untuk acara itu."Nih, ambil ini," katanya sambil memberikan rangkaian bunga harum itu pada Grace. "Semua orang sudah menunggu kita."Grace menerima buket itu dengan anggukan penuh syukur, jari-jarinya dengan lembut membelai kelopak bunga."Terima kasih, Sayang."Bergandengan tangan, kedua sahabat itu berjalan menyusuri lorong yang dihiasi dengan elegan. Sydney masih sibuk menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti mengalir.Kemudian, Sydney melihat sapu tangan di depan wajahnya. Dia menoleh ke samping dan melihat Mark berjalan di sebelahnya dengan senyum miring."Kamu akan meru
Read more

Bab 239

Sudut pandang Anastasia:Keningku mengerut cemas saat aku kembali menekan nomornya untuk kesekian kalinya."Halo, kalau kamu mendengar ini berarti aku sedang nggak ...."Aku langsung menghentikan pesan suara sebelum selesai."Sayang," rengekku meskipun dia tidak bisa melihatku. "Kamu di mana? Kamu baik-baik saja? Aku sudah mencoba menghubungimu selama berabad-abad. Telepon aku begitu kamu mendengar pesan ini, ya?" Dengan senyum kecil di bibirku, aku menambahkan dengan nada bernyanyi, "Aku kangen kamu."Dengan helaan napas, aku meletakkan ponselku menghadap ke bawah di pangkuanku dan menatap keluar jendela taksi. Sopir baru saja sampai di satu-satunya titik di jalan tol di mana dia bisa berputar balik.Saat itu juga, aku memutuskan akan lebih baik mampir ke tempatnya dulu sebelum pulang ke rumahku sendiri. Kalau tidak, aku pasti akan menghabiskan sepanjang hari dan malam dengan gelisah sampai mendengar kabar darinya.Dua minggu terakhir ini begitu padat karena aku berada di luar negeri
Read more

Bab 240

Sudut pandang Anastasia:Langkahku semakin panjang dan cepat saat aku menuju apartemennya.Ada bagian dalam diriku yang merasa cukup masuk akal untuk percaya bahwa foto-foto itu bukan hasil editan. Namun, ada juga bagian diriku yang lain, meskipun kecil, yang masih percaya ... atau lebih tepatnya, ingin percaya bahwa semua itu hanyalah kebohongan. Lelucon bodoh yang keterlaluan.Aiden tidak mungkin melakukan itu padaku. Dia bukan tipe pria yang langsung melompat ke pelukan wanita lain begitu aku pergi ke luar negeri. Itu tidak mungkin.Aku melewati gerbang yang terbuka. Saat berhenti di depan pintu, aku baru sadar bahwa napasku memburu dan telapak tanganku yang mencengkeram tas terasa berkeringat.Aku meletakkan tas di samping, menyeka telapak tanganku ke celana jeans-ku, lalu menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.Aku mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Perlahan, aku melingkarkan jari di gagang pintu dan mendorongnya. Pintu langsung terbuka dengan derit pelan.Begitu
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status