Sydney mengangguk, mengusap hidungnya pelan saat berusaha menguasai diri."Ayolah, masa kamu ikut nangis juga," katanya, menarik diri, lalu memberi bahu Grace remasan lembut. "Riasanmu bisa rusak nanti. Kita nggak mau itu terjadi."Grace tertawa kecil dengan suara bergetar, mengedip cepat untuk menjernihkan penglihatannya.Sydney tersenyum dan menyerahkan buket bunga indah yang telah disusun dengan hati-hati untuk acara itu."Nih, ambil ini," katanya sambil memberikan rangkaian bunga harum itu pada Grace. "Semua orang sudah menunggu kita."Grace menerima buket itu dengan anggukan penuh syukur, jari-jarinya dengan lembut membelai kelopak bunga."Terima kasih, Sayang."Bergandengan tangan, kedua sahabat itu berjalan menyusuri lorong yang dihiasi dengan elegan. Sydney masih sibuk menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti mengalir.Kemudian, Sydney melihat sapu tangan di depan wajahnya. Dia menoleh ke samping dan melihat Mark berjalan di sebelahnya dengan senyum miring."Kamu akan meru
Read more