Share

Bab 236

Author: BELLA
Sudut pandang Narator:

Satu tahun kemudian.

Persiapan pernikahan sedang berjalan dengan sangat lancar. Sydney bergegas masuk ke ruang ganti. Matanya langsung tertuju ke tengah ruangan, di mana Grace berdiri memesona dalam gaun pengantinnya.

"Grace!" seru Sydney, ekspresi cemberutnya langsung mencair menjadi senyuman cerah saat dia menyaksikan pemandangan menakjubkan di depannya.

Grace berbalik dari cermin, dikelilingi oleh sekelompok penjahit yang sibuk menyematkan dan menyesuaikan lipatan gaunnya. Lapisan-lapisan satin dan renda mengalir di sekelilingnya seperti gaun dari negeri dongeng.

Grace sendiri yang merancang gaun itu karena dia menginginkan sesuatu yang terbaik dari yang terbaik. Perpaduan sempurna antara elegan dan berkelas. Gaun itu memang adalah sebuah mahakarya. Enam penjahit dengan hati-hati memastikan setiap detail pas di tubuhnya.

Beberapa penata rambut juga sibuk di sekitar kepalanya, jari-jari mereka lincah memilin, mengeriting, dan menata setiap helai rambut yang bis
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 237

    "Ugh, baiklah." Mark menggerutu, pura-pura kesal. "Tapi, kamu berutang besar padaku. Seperti, pasokan pengasuhan gratis seumur hidup Aiden."Sydney mendengus. "Seolah-olah anak itu mau mendengarkan siapa pun selain aku.""Benar juga." Mark mengakui. "Apa kamu mau datang ke sini supaya kita bisa ….""Nggak. Aku punya sejuta hal lain yang harus dilakukan. Kita bicara lewat telepon aja," jawab Sydney."Apakah si penata rias ingin dijemput dari Jalur Canria atau harus menunggu helikopter di tempat lain?""Cukup tetap berkomunikasi dengannya lewat telepon." Sydney menginstruksikan. "Aku akan menghubungkan kalian berdua dan kalian bisa mengatur detailnya.""Siap, Bos," kata Mark.Sydney tersenyum, "Terima kasih, kamu memang penyelamat hidup!""Bukankah itu memang tugasku?" Mark bercanda, dan Sydney bisa membayangkan nada menggoda dalam suaranya.Sydney kembali memutar matanya lalu menutup telepon.Mark tersenyum sendiri saat menutup telepon, suara Sydney masih terngiang di telinganya. Dia me

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 238

    Sydney mengangguk, mengusap hidungnya pelan saat berusaha menguasai diri."Ayolah, masa kamu ikut nangis juga," katanya, menarik diri, lalu memberi bahu Grace remasan lembut. "Riasanmu bisa rusak nanti. Kita nggak mau itu terjadi."Grace tertawa kecil dengan suara bergetar, mengedip cepat untuk menjernihkan penglihatannya.Sydney tersenyum dan menyerahkan buket bunga indah yang telah disusun dengan hati-hati untuk acara itu."Nih, ambil ini," katanya sambil memberikan rangkaian bunga harum itu pada Grace. "Semua orang sudah menunggu kita."Grace menerima buket itu dengan anggukan penuh syukur, jari-jarinya dengan lembut membelai kelopak bunga."Terima kasih, Sayang."Bergandengan tangan, kedua sahabat itu berjalan menyusuri lorong yang dihiasi dengan elegan. Sydney masih sibuk menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti mengalir.Kemudian, Sydney melihat sapu tangan di depan wajahnya. Dia menoleh ke samping dan melihat Mark berjalan di sebelahnya dengan senyum miring."Kamu akan meru

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 239

    Sudut pandang Anastasia:Keningku mengerut cemas saat aku kembali menekan nomornya untuk kesekian kalinya."Halo, kalau kamu mendengar ini berarti aku sedang nggak ...."Aku langsung menghentikan pesan suara sebelum selesai."Sayang," rengekku meskipun dia tidak bisa melihatku. "Kamu di mana? Kamu baik-baik saja? Aku sudah mencoba menghubungimu selama berabad-abad. Telepon aku begitu kamu mendengar pesan ini, ya?" Dengan senyum kecil di bibirku, aku menambahkan dengan nada bernyanyi, "Aku kangen kamu."Dengan helaan napas, aku meletakkan ponselku menghadap ke bawah di pangkuanku dan menatap keluar jendela taksi. Sopir baru saja sampai di satu-satunya titik di jalan tol di mana dia bisa berputar balik.Saat itu juga, aku memutuskan akan lebih baik mampir ke tempatnya dulu sebelum pulang ke rumahku sendiri. Kalau tidak, aku pasti akan menghabiskan sepanjang hari dan malam dengan gelisah sampai mendengar kabar darinya.Dua minggu terakhir ini begitu padat karena aku berada di luar negeri

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 240

    Sudut pandang Anastasia:Langkahku semakin panjang dan cepat saat aku menuju apartemennya.Ada bagian dalam diriku yang merasa cukup masuk akal untuk percaya bahwa foto-foto itu bukan hasil editan. Namun, ada juga bagian diriku yang lain, meskipun kecil, yang masih percaya ... atau lebih tepatnya, ingin percaya bahwa semua itu hanyalah kebohongan. Lelucon bodoh yang keterlaluan.Aiden tidak mungkin melakukan itu padaku. Dia bukan tipe pria yang langsung melompat ke pelukan wanita lain begitu aku pergi ke luar negeri. Itu tidak mungkin.Aku melewati gerbang yang terbuka. Saat berhenti di depan pintu, aku baru sadar bahwa napasku memburu dan telapak tanganku yang mencengkeram tas terasa berkeringat.Aku meletakkan tas di samping, menyeka telapak tanganku ke celana jeans-ku, lalu menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.Aku mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Perlahan, aku melingkarkan jari di gagang pintu dan mendorongnya. Pintu langsung terbuka dengan derit pelan.Begitu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 241

    Sudut pandang Anastasia:Dengan sambil terisak, aku berhenti mengetuk pintu saat mendengar langkah kaki tergesa-gesa mendekat. Aku bersandar pada pintu, tak bisa menahan tangisku.Aku sungguh-sungguh saat mengatakan semuanya sudah berakhir, tetapi ada bagian dalam diriku yang masih berharap dia akan mengejarku, memelukku dalam pelukannya, dan meyakinkanku bahwa semua ini hanyalah kesalahpahaman besar. Namun, yang dia lakukan hanyalah berdiri di sana, meneriakkan namaku seperti orang gila.Clara membuka pintu dengan senyum. Senyumnya sempat melebar saat melihatku, tetapi langsung memudar begitu melihat air mataku."Kamu baik-baik saja?" Dahinya berkerut, matanya dipenuhi pertanyaan. "Aku nggak tahu kamu bakal pulang secepat ini," katanya pelan, kerut di dahinya semakin dalam. "Ana, kamu baik-baik saja?"Clara mengulurkan tangan dan aku tidak bisa menahan diri lagi. Aku jatuh ke dalam pelukannya dan menangis seperti anak kecil. Dadaku terasa berat, bahuku bergetar saat aku mencengkeram s

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 242

    "Pasti," ujarku sambil menyapu rambut dengan jari dan menjatuhkan diri ke tempat tidur. "Aku cuma butuh waktu.""Kamu nggak punya waktu itu," katanya sambil menarik lenganku. "Karena aku mau ke klub dan kamu harus ikut denganku.""Nggak," jawabku tegas, mulai menarik diri. "Aku nggak mau ke mana-mana.""Ayolah, Ana. Aku nggak bisa diam saja melihatmu seperti ini.""Biarkan aku melewati malam ini. Sudah empat tahun aku bersamanya!""Nggak peduli.""Clara ....""Aku yakin dia sekarang masih sibuk tidur dengan wanita lain, sementara kamu di sini meratapi nasib dengan menyedihkan."Mungkin dia benar. Bagaimanapun juga, wanita itu ada di rumahnya. Dia mungkin langsung kembali ke pelukannya setelah aku pergi."Bajingan seperti dia nggak pantas mendapatkanmu. Kamu harus keluar dan bersenang-senang. Buktikan ke dirimu sendiri dan ke dia kalau hidup terus berjalan, apa pun yang terjadi," katanya lembut.Aku menghela napas. "Oke."Begitulah akhirnya aku terseret ke klub, padahal aku seharusnya m

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 243

    Sudut Pandang Anastasia:Aku menatap dokter itu dengan terkejut. Kepalaku terasa pusing saat kata-katanya terngiang di telingaku. Hamil? Bagaimana mungkin aku bisa hamil?Kilasan kenangan bersama Aiden membanjiri pikiranku. Dari kencan pertama kami, malam ketika dia melamar, saat kami bercinta dan membahas tentang impian keluarga masa depan kami.Namun, semua impian itu hancur saat aku memergokinya berselingkuh. Pengkhianatan itu begitu dalam hingga aku tak tahu apakah aku bisa memaafkannya atau tidak.Kini, seorang anak yang tak bersalah terjebak dalam kekacauan ini, kumpulan sel yang berkembang cepat menjadi kehidupan baru .... Anak Aiden ... anak kami.Meskipun aku masih marah, sebagian kecil dari hatiku masih mencintainya. Bisakah aku menjalani kehamilan ini setelah apa yang dia lakukan?Dokter itu sepertinya bisa merasakan pergolakan batinku. "Bu? Sepertinya kamu nggak senang dengan kabar ini ...."Aku perlahan menggeleng. "A ... aku baru saja tahu kalau pacarku selingkuh." Suarak

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 244

    Sudut pandang Anastasia:Lima tahun kemudian."Kenapa aku harus ke sana setiap hari? Aku mau ikut denganmu!" ucapnya sambil membuang muka dariku.Aku menghela napas, meletakkan ransel, kotak makan siangnya, serta tasku di kursi, lalu berjongkok agar sejajar dengannya."Sayang," panggilku lembut, tetapi dia malah memalingkan wajah lagi."Amie, ayolah." Aku meraih tangannya, tetapi dia langsung menepisnya."Jangan bicara padaku.""Amie, lihat aku," kataku dengan suara tegas. Seketika dia menoleh dengan bibir manyun dan mata berair. Aku benci harus menaikkan nada suaraku padanya, tetapi terkadang itu satu-satunya cara agar dia mau mendengar.Aku menggenggam tangannya dengan lembut dan syukurlah, kali ini dia tidak menolak. "Sayang, kamu nggak bisa ikut Mama ke tempat kerja. Itu nggak diperbolehkan.""Kenapa?" rengeknya. "Aku bisa bekerja.""Aku tahu, Amie," ujarku dengan senyum kecil. "Kamu anak yang sangat rajin. Tapi sekarang, sekolah jauh lebih penting untukmu, oke? Saat waktunya tiba,

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 282

    Sudut pandang Anastasia:Akhirnya, kami tiba di penginapan untuk perjalanan bisnis ini.Dengan tas di tangan masing-masing, semua orang ternganga kagum melihat bangunan di depan kami. Antisipasi yang tumbuh selama perjalanan tampak memuncak saat kami melihat pemandangan tersebut.Di atas sebuah papan kayu yang dipaku di bagian atas bangunan, terdapat tulisan "Resor Kayupinus" yang terbuat dari potongan kayu kecil dan dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang menyala. Kerajinan tangan itu sangat mengesankan, memberikan suasana yang unik tetapi profesional pada tempat tersebut."Rasanya seperti baru saja menginjakkan kaki di negeri dongeng," bisik Rachel saat berhenti di sampingku. Dia tampak sangat kagum, matanya bersinar saat lampu-lampu memantul di sana.Meskipun ada lubang besar di hatiku yang hanya bisa diisi dengan memeluk Amie, aku juga sedikit terpesona.Gubuk-gubuk kecil yang terhubung itu dikelilingi, hampir tertelan, oleh pohon-pohon pinus yang tinggi dan pepohonan hijau yang rimb

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 281

    Aku tertawa mendengar suara tawa riang Anastasia lagi."Tanganku ada di sini, jadi aku nggak lupa membawanya," ucap Ana, masih dengan tawanya."Syukurlah.""Tapi sejujurnya, aku nggak bakal tahu kalau aku lupa sesuatu sampai aku buka koper.""Ya Tuhan." Aku mengusap dahiku. "Kuharap kamu nggak terdampar. Kalian sekarang di mana?"Ana mendengung sebentar. "Aku nggak tahu. Kami masih di bus.""Kuharap perjalananmu menyenangkan, Sayang.""Terima kasih.""Dan Amie, ya ampun! Aku kangen sekali. Bagaimana kabarnya? Bagaimana dia menghadapi kepergianmu?" tanyaku antusias."Dia baik-baik saja dan kurasa dia menerima kepergian ini dengan cukup baik. Kupikir akan ada lebih banyak drama, jadi aku sudah siap untuk meyakinkannya, tapi dia malah mengejutkanku. Tapi …." Suara Ana mulai meredup. "Amie benar-benar kesulitan dengan tinggal di rumah sakit. Dia terus bilang ingin pulang."Aku menghela napas. "Kasihan sekali. Aku paham. Rumah sakit nggak seperti taman atau toko es krim. Lama-lama di sana m

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 280

    Sudut pandang Clara:Aku melemparkan senyuman pada nenek tua yang tersenyum padaku saat tatapan kami bertemu. Sambil berjalan keluar dari bandara, aku merogoh tas untuk mengambil ponselku yang berdering. Wajahku langsung cerah saat melihat nama peneleponnya."Halo, bestie," sapaku ceria sambil menempelkan ponsel ke telinga."Halo." Suara Ana terdengar di ujung sana. "Aku lihat pesanmu soal toko itu.""Oh, itu." Bibirku melengkung kesal. Rasa marah yang tadi sempat kutahan perlahan muncul lagi."Iya, aku nggak terlalu ngerti sih. Kayaknya kamu ngetiknya buru-buru deh, banyak salahnya.""Bukan ngetik buru-buru, aku ngetiknya sambil kebakar emosi," jawabku blak-blakan."Oh?""Aku harus meluapkannya biar nggak teriak di tengah jalan atau narik rambut cewek itu sambil kasih ceramah ke manajernya!"Ana terkekeh kecil. "Santai, dong. Aku masih belum ngerti ceritanya."Aku memindahkan ponsel dari telinga kanan ke kiri sambil menggeser tas ke bahu satunya."Jadi gini ceritanya. Aku ke toko lang

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 279

    Aku melingkarkan tanganku erat-erat di sekeliling tubuhnya, lalu berbisik penuh rahasia, "Iya, Mama janji. Para suster ini nggak tahu rencana rahasiaku buat bawa kamu kabur."Tawanya kembali memenuhi telingaku dan dia menarik diri sambil mengedipkan mata nakal. Aku mengecup keningnya sekali lagi, seolah-olah untuk menyegel janji kami. "Sekarang lanjut gambar kita yang banyak, ya."Dia mengangguk cepat, lalu mengambil kembali buku sketsanya dan melanjutkan gambarnya. Aku berdiri dan berjalan menghampiri para suster. "Tolong awasi Amie dengan baik. Aku nggak mau dia keluyuran atau terima barang dari orang asing, ya. Aku sudah cukup banyak pikiran dan nggak mau nambah beban lagi.""Kami benar-benar minta maaf soal itu, Bu. Amie anak yang penuh energi dan punya cara manisnya sendiri. Kami juga nggak tahu gimana dia bisa mengelabui suster, tapi kami akan perhatikan semua yang Ibu sampaikan. Dia akan aman di sini," jawab salah satu suster dengan tulus."Bagus, terima kasih." Pandanganku bera

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 278

    Sudut pandang Anastasia:Aku duduk di samping ranjang rumah sakit Amie, mengamati saat pensilnya bergerak lincah di atas buku sketsa. Alisnya berkerut penuh konsentrasi dan matanya bersinar-sinar penuh kreativitas."Mama tebak, itu kita ya?" tanyaku sambil menunjuk gambar dua karikatur yang mirip denganku dan Amie, minus kaki yang semuanya mengarah ke satu sisi."Iya, Mama. Itu kita yang lagi bikin kue enak di dapur. Aku sebentar lagi mau gambar Tante Clara soalnya dia suka kue buatan Mama juga," jawabnya tanpa mengalihkan perhatian dari sketsanya."Terus Dennis?" tanyaku lagi.Dia berhenti sejenak, pensilnya berhenti di atas buku sketsa sebelum akhirnya dia mengangkat bahu dan kembali menggambar. "Aku tambahin dia juga. Setelah Tante Clara. Mama, aku pengen cepat pulang. Di sini sepi dan bau obat banget."Rasanya sedikit sedih karena aku tahu sebentar lagi aku harus meninggalkannya. Aku belum pernah berpisah dengannya selama satu hari penuh. Sekarang aku akan berpisah dengannya selama

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 277

    Aku mulai terbuka padanya. "Hanya saja ... teman-temanku belakangan ini sangat membantu, terutama Clara. Tapi, sekarang dia sedang di luar negeri dan aku tahu Dennis juga sudah banyak membantu, tapi aku nggak mau terus-terusan merepotkannya.""Rasanya seperti aku selalu berutang budi pada orang lain. Jadi ... rasanya sulit mengatur semuanya sekarang. Setiap hari aku selalu berusaha menyeimbangkan antara pekerjaan dan kebutuhan Amie."Remi mengangguk, suaranya penuh dengan empati. Dia meraih tanganku dengan penuh pengertian."Aku paham kalau keluarga adalah alasan yang sah untuk nggak ikut dan aku nggak akan memaksamu."Dia sedikit condong ke depan dan menatapku lekat-lekat. "Tapi, aku mau jujur. Aku secara pribadi merekomendasikan namamu untuk masuk daftar peserta. Sekarang aku tahu sepertinya kamu memang nggak bisa ikut.""Aku nggak nyangka," ucapku pelan di balik rasa terkejut karena perhatian yang dia tunjukkan, mataku membelalak. "Terima kasih, Remi. Itu berarti banyak bagiku. Aku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 276

    Sudut pandang Anastasia:Aku memindai memo di layar komputerku, kata-kata "Retret Perusahaan" dan "Pembangunan Tim" langsung mencuri perhatian. Suasana kantor dipenuhi kegembiraan, rekan-rekanku mengobrol dengan antusias tentang acara liburan yang akan datang."Kamu percaya nggak sih? Seminggu penuh di Hawhi!" seru seorang wanita berambut pirang, berdiri di dekatku."Iya, 'kan? Aku bahkan sudah mulai membayangkan semua pakaian liburan yang bakal kuperlukan," sahut seorang pria dari seberang ruangan.Kegembiraan mereka yang begitu mencolok tidak berhasil menembus suasana hatiku yang suram. Hawhi? Aku memaksakan senyuman, berusaha menyembunyikan kekecewaanku. Aku tahu aku tidak akan bisa ikut karena kondisi kesehatan Amie.Ini bukan masalah yang bisa diperdebatkan, apalagi kalau menyangkut nyawa putriku. Aku akan selalu mengutamakan kepentingannya.Jari-jariku menari di atas papan ketik, mengetik pesan untuk menolak tawaran retret itu.[ Maaf, aku tidak bisa menghadiri retret perusahaan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 275

    Selama waktu itu juga, aku memutuskan untuk kembali ke kota. Sharon sempat memprotes, bahkan memohon agar aku tetap tinggal karena dia tidak bisa meninggalkan bisnis. Namun, aku tidak bisa. Aku butuh ruang dan waktu untuk benar-benar berpikir.Namun, sebanyak apa pun waktu yang kuhabiskan untuk mempersiapkan diri atau keputusan apa pun yang kuambil, pernikahan itu tetap harus dilangsungkan. Karena sifat pernikahan yang sudah diatur ini dan dokumen yang kutandatangani dengan sadar, pernikahan itu tidak bisa dihindari.Dulu kupikir semua itu baik-baik saja. Namun, saat aku bertemu Anastasia lagi, pikiranku semakin kacau. Saat itulah aku sadar bahwa aku tidak akan pernah siap untuk pernikahan ini, apalagi untuk kembali ke hubungan yang sedang kubangun dengan Sharon.Jadi, aku melakukan satu-satunya hal yang bisa kulakukan, yaitu menghindari Sharon dan pernikahan yang semakin dekat ini dengan segala cara yang kubisa.Sekarang, Sharon yang duduk di seberang meja, menatapku tajam dari balik

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 274

    Sudut pandang Aiden:Ibuku, entah tidak menyadari senyumanku yang membeku atau memang tidak peduli, melangkah ke samping, memberi ruang bagi Sharon untuk menerima pelukan yang seharusnya untuknya.Dengan senyum lebar, Sharon melingkarkan lengannya di tubuhku. "Astaga! Aku sangat merindukanmu," ucapnya sambil menyandarkan wajahnya ke dadaku."Hmm," gumamku saat dia melepaskan pelukannya, lalu menaruh tangannya di dadaku sebelum berjinjit untuk mengecup pipiku.Entah kenapa, aku ingin menghapus bekas kecupannya dari pipiku dengan jaketku. Namun, aku menahan diri dan memberikan kecupan singkat di pipinya. Sejujurnya, aku bahkan ragu apakah bibirku benar-benar menyentuh kulitnya.Aku tetap berdiri di tempat sementara Sharon duduk dan ibuku mengambil tempat di sampingnya.Alih-alih ikut duduk, aku hanya berdiri dan memasukkan tangan ke saku. "Bu, gimana kabarmu?" tanyaku.Setidaknya, dia akan menjawab ini, mengingat dia baru saja memberikan pelukannya ke orang lain."Aku baik-baik saja, Say

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status