Semua Bab Malam Panas Dengan Mantan Suami: Bab 121 - Bab 130

159 Bab

121. Sudah takdirnya

"Ayah... bagaimana keadaan Kenzie? Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Calvin, suaranya bergetar, langkahnya tergesa-gesa saat tiba di rumah sakit. Wajahnya pucat pasi, mencerminkan kecemasan yang mendalam. Dia, Dinda, dan Viona segera menghampiri Andre yang duduk di depan ruang UGD, ketegangan terpancar dari raut wajah mereka. "Jadi ceritanya ...." Andre berdiri, suaranya sedikit gemetar saat memulai penjelasan. Dia menceritakan semuanya, detail demi detail. Ketiga orang itu awalnya menegang, gidik ngeri membayangi pikiran mereka. Namun, di ujung cerita, sebuah rasa syukur yang mendalam memenuhi hati mereka. Operasi Kenzie berjalan lancar. "Alhamdulillah... anakku memang kuat, Yah," ucap Calvin, suaranya bercampur syukur dan kelegaan. Air mata haru hampir menetes dari sudut matanya. "Ada hikmahnya juga, ya, Kak... bu*rung si Kenzie tersangkut di sleting. Jadi 'kan dia nggak bisa ngelak buat disunat," kata Viona, suaranya te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

122. Jangan lewatkan kesempatan

Suatu malam yang remang di sebuah diskotik, Yogi menarik Venny ke sudut ruangan, memperkenalkan istrinya kepada temannya, Dora. Niat jahat tersirat jelas di mata Yogi. Dia bermaksud menawarkan Venny, istrinya yang sedang hamil, untuk menjadi kupu-kupu malam. Venny, dengan gaun malamnya yang menawan namun tak mampu menyembunyikan perut buncitnya, merasa sesak. Rasa takut dan cemas bercampur menjadi satu. "Aku mau kamu tawarkan dia kepada pelangganmu, Dor," bisik Yogi, suaranya dingin dan tanpa ampun. Venny hanya bisa menunduk, air mata mengancam untuk tumpah. Dora, pria bertulang lunak dengan kemeja pink mencolok, mengamati Venny dari atas hingga bawah. Pandangannya terhenti pada perut Venny yang membuncit. "Lho, dia lagi hamil, Yog?" tanyanya, tak percaya. Dora ini sudah lama menjadi Mami di diskotik itu. Dan rata-rata anak didik yang berada dibawah naungannya selalu laku keras. "Enggak, dia enggak hamil," ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

123. Bukan keluarganya

"Apa kamu mengenalku?" Erick mengerutkan dahi, memerhatikan wajah Venny. Berbeda dengan Venny yang tahu Erick, meskipun itu hanya dari foto yang pernah Yogi tunjukkan. Namun, Erick justru tak mengenalinya, karena memang dia belum pernah bertemu dengan Venny sebelumnya. "Oh enggak kok, Pak," jawab Venny yang memilih berbohong. Dia merasa takut jika jujur nanti Erick akan berubah pikiran untuk tak jadi membelinya. "Tapi kenapa tadi kamu menyebut namaku? Tau dari mana?" "Oh itu ... dulu aku pernah kerja di perusahaan Bapak. Tapi mungkin Bapak sudah lupa." Venny menjawab secara asal, dijadikan bahan alasan. "Benarkah?" Mata Erick berbinar, tampak senang mendengarnya. "Memangnya kamu pernah kerja di kantorku dibagian apa?" "Saya permisi dulu kalau begitu ya, Om. Selamat bersenang-senang." Dora pamit, lalu menutup pintu dengan rapat. M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

124. Ladang pahala

"Beliau terkena serangan jantung, Pak, akibat terlalu banyak mengkonsumsi alkohol. Dan tolong hubungi pihak keluarganya, katakan bahwa Pak Erick sudah meninggal dunia." Dokter menyampaikannya dengan nada lembut namun tegas. Tapi membuat mata mereka yang ada di sana membulat sempurna. "Meninggal, Dok? Serius??" Dora tampak tidak percaya. Erick ini salah satu pelanggan setia yang sering membeli anak didiknya, tidak menyangka akan secepat ini tiada, pikirnya. "Serius, Pak. Untuk apa juga saya berbohong," jawab Dokter dengan tenang. Sementara itu, Andre terlihat tersenyum. Kabar ini sebenarnya adalah kabar duka, namun menurut Andre, ini kabar yang sangat baik. Bukan maksud ingin berbahagia di atas penderitaan orang lain, hanya saja Andre merasa lega dengan kematian Erick, karena dengan begitu tak akan ada lagi yang menggangu rumah tangga anaknya. "Tolong beritahukan keluarganya ya, Pak. Barangkali di antara kalian ada yang tau." "Keluarga Pak Erick setahuku hanya anaknya, Dok
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

(S2) 1. Ciuman pertama

"Apa yang Bapak lakukan? Bapak mau apa?" Mata Zea melebar sempurna saat Kenzie mulai membuka kancing kemejanya. Dan sebelum Zea sempat bereaksi, bibir Kenzie mendarat di bibirnya. Itu adalah ciuman pertama Zea, dan Kenzie telah mengambilnya begitu saja, tanpa permisi. Zea terpaku, tubuhnya menegang karena terkejut dan takut. *** (Flashback on) Di area parkir supermarket yang sunyi senyap, Zea melangkah dengan hati-hati, setiap langkahnya diiringi detak jantung yang berdebar kencang. Tatapannya tajam, mengamati setiap sudut. Niatnya terselubung: ingin mencuri. Sasarannya sebuah Lamborghini hitam mengkilap, pintunya sedikit terbuka, mengundang godaan. Namun, bukan mobil mewah itu yang menjadi incarannya, melainkan barang-barang yang mungkin tertinggal di dalamnya. Dengan gerakan lincah, Zea menyusup ke dalam mobil, matanya menyapu setiap sudut. Napasnya tercekat saat menemukan sebuah laptop tergeletak di kursi pengemudi. "Kalau dijual, pasti harganya mahal," gumamnya, membayangkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

(S2) 2. Pembantu baru

Tak lama, aroma busuk menguar memenuhi kabin mobil, membuat Kenzie dan satpam yang menemaninya mual. Kenzie segera menepikan mobil. Perutnya berdenyut-denyut tak tertahankan. Dia bergegas keluar dan memuntahkan isi perutnya."Huueekk!! Huueekk!!"Satpam ikut turun, bukan untuk muntah, melainkan untuk menutup hidungnya rapat-rapat dengan lengan baju."Bawa gadis itu ke toilet, Pak! Suruh dia membersihkan diri!" perintah Kenzie, wajahnya memerah menahan amarah. Dia semula mengira Zea hanya berpura-pura, tetapi ternyata tidak. Ironisnya, gadis itu malah buang air besar di celana."Lho… Nona mau ke mana?" Satpam itu tersentak, melihat Zea berlari begitu turun dari mobil. Gadis itu berusaha kabur, meskipun dalam kondisi mengenaskan. Namun…"Nona, awas!!"Sebuah motor tiba-tiba datang membelah jalan dengan kecepatan tinggi. Zea tak sempat menghindar, kakinya terserempet."Aaawww!!"Tubuhnya terhempas ke aspal. Kedu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

(S2) 3. Sesuatu yang aneh

Kenzie memasuki ruang perawatan, tempat Zea telah dipindahkan. Gadis itu telah berganti pakaian, terbaring lemah sambil terisak, tatapannya kosong saat Kenzie mendekat. "Pak... aku minta maaf," lirih Zea, suaranya bergetar. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat. Dia merasa hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya. Kegagalan mencuri, malu karena buang air besar di celana hingga keserempet motor dan ancaman penjara—bayangan itu menghantuinya. Zea merasa tak berdaya, hanya bisa pasrah. Kenzie menghela napas. "Aku akan memaafkanmu. Tapi ada syarat yang harus kamu penuhi." Mata Zea yang sembab itu membulat, penuh harap. "Syarat? Apa itu, Pak? Apakah ini berarti aku nggak jadi dipenjara?" Kenzie mengeluarkan map cokelat yang sedari tadi dipegangnya, lalu mengambil pulpen dari saku celananya. "Iya. Asalkan kamu tanda tangani ini." Dengan tangan gemetar, Zea mengambil map itu, me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

(S2) 4. Aroma alkohol

Zea mengerutkan dahi, bingung dengan pertanyaan Akmal. "Merasakan apa, Pak?" "Seperti takut atau melihat sesuatu?" Akmal menatap penasaran. "Takut kenapa, Pak?" Zea semakin bingung. Tak mengerti kemana arah pembicaraan pria itu. "Aku nggak lihat apa-apa. Tapi di mana Pak Kenzie?" "Beliau sedang berada di luar, Nona." "Tapi, kenapa rumah ini sepi sekali, Pak? Dimana yang lainnya? Istri Pak Kenzie?" "Pak Kenzie belum punya istri, Nona, tapi sebentar lagi akan punya. Baiklah... mari saya tunjukkan kamar Nona. Saya juga akan menjelaskan tata cara kerja di sini supaya Nona langsung paham," kata Akmal, mengajak Zea berkeliling rumah. Zea mengangguk dan mengikutinya. Hampir dua jam Akmal menghabiskan waktu untuk menjelaskan tugas-tugas Zea. Sebelum pamit pulang, dia mengingatkan. "Jangan lupa masak untuk makan malam, ya, Non
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

(S2) 5. Harus tanggung jawab

(Flashback Off) "Hiks ...." Kenzie perlahan membuka mata, suara isak tangis samar terdengar di sampingnya. Kantuk masih menyelimuti, namun dia memaksakan diri untuk bangun. "Zea, kenapa kamu ada di kamarku?" tanyanya, heran. Pandangannya langsung terjatuh pada tubuh Zea yang hanya terbalut selimut tipis, begitu pula dengan dirinya. Napasnya tercekat. "Astaga... apa yang terjadi? Apa yang kamu lakukan padaku?!" Suaranya meninggi, bercampur antara keterkejutan dan ketakutan. "Seharusnya akulah yang bertanya seperti itu awalnya, Pak!!" Zea menjawab, suaranya terbata-bata, air mata membasahi pipinya. "Bapak... Bapak telah memperko*sa aku! Bapak harus bertanggung jawab!" Tubuh Kenzie menegang. "Perko*sa...?" Dahi Kenzie berkerut, kepalanya menggeleng tak percaya. "Nggak mungkin! Jangan bercanda, Zea!" Dia tak bisa menerima kenyataan itu. Dia tak percaya. Apalagi, jujur saja, Zea bukanlah tipe gadis yang menarik perhatiannya. Sehingga tidak mungkin dia sampai melakukan tindakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

(S2) 6. Kau pantas mendapatkannya!

Zea menghabiskan jus nanas pemberian Kenzie hingga setetes pun tak tersisa. Pada akhirnya, uanglah yang menjadi pilihan Zea Untuk sesaat, Kenzie mengamati Zea. Gadis itu mengenakan kaos bekasnya yang sudah kekecilan, karena memang tidak ada pakaian lain yang tersedia. Kaos itu terlalu kecil untuk Kenzie, namun justru kebesaran di tubuh Zea, yang memang bertubuh mungil. Namun, ada sesuatu yang membuat Kenzie terheran-heran. “Badannya kecil, tapi da*danya gede. Aneh banget. Apa jangan-jangan ... dia suntik silikon, ya?” Kenzie menggumam dalam hati, merasa sedikit canggung. “Bapak lihat apa?” Zea menyadari tatapan Kenzie dan langsung menutupi da*danya dengan kedua tangan. Wajahnya memerah karena malu, apalagi dia tidak mengenakan b*ra. “Jangan bilang, Bapak mau memperko*saku lagi??” Kenzie menggeleng cepat. “Tentu saja nggak.” “Terus, kenapa Bapak menatapku seperti itu? Nggak sopan, Pak!” teriaknya kesal. “Maaf, maaf. Ya sudah ... ayo kita berangkat, nanti keburu siang,” a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status