"Ayo, Kak. Makan, ya. Aku bikin semur daging, dagingnya empuk banget, sudah kupresto. Semoga Kakak suka," ujar Viona, suaranya lembut, tapi sedikit gugup. Dia mengambil piring dan hendak menyendok nasi, tapi tanganku cepat menahannya. Viona menatapku, bingung. Namun, alih-alih membiarkannya, aku justru menariknya hingga duduk di pangkuanku. "Lho, Kak? Kenapa—" Pertanyaannya terpotong bisikanku yang hangat di telinganya. "Sepertinya, aku ingin memakanmu dulu, sebelum memakan masakanmu, Sayang," kataku, suara serak menahan ha*srat. Pipi Viona memerah, tubuhnya menegang, menandakan dia merasakan hal yang sama. "Kalau kamu diam saja, artinya setuju, ya? Boleh, kan?" "Masa di sini?" Viona bertanya, suaranya pelan, matanya menatapku malu-malu. "Jangan di sini. Kita ke kamar, oke?" Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menggendongnya. Dia tak menolak, malah memelukku erat. Langkahku cepat menuju kamar tamu. Karena mustahil kami melakukannya di kamar utama, Kenzie ada di sana. Meskipun
Last Updated : 2025-03-01 Read more