Home / Rumah Tangga / Ketika Hati Mulai Lelah / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Ketika Hati Mulai Lelah: Chapter 111 - Chapter 120

147 Chapters

Mengagumi

"Mas!" teriak Indah.Ahmad sangat terkejut mendengar teriakan Indah."Kenapa sih kamu teriak-teriak. Aku belum budek." Gantian Ahmad yang berteriak.Indah langsung terdiam dibentak oleh Ahmad."Kenapa sih Mas kok kayak gitu? Aku menyebut nama Novi, Mas langsung melamun. Pasti memikirkan Novi, iya kan? Jangan-jangan selama ini kamu masih memikirkannya. Apa kamu masih mencintainya, Mas?" teriak Indah.Ahmad hanya diam, ia malas untuk berdebat dengan Indah karena pasti ia yang akan disalahkan oleh Indah. Baginya lebih baik diam."Kenapa diam saja? Apa sih menariknya Novi? Aku juga bisa berdandan seperti dia. Dulu aku bahkan jauh lebih cantik dari Novi. Sekarang aku jadi begini gara-gara kamu. Kamu tidak mampu membiayai semua perawatanku. Uang dari kamu hanya cukup untuk makan saja." Indah nyerocos tanpa henti, Ahmad hanya diam dengan pikirannya sendiri. Bahkan ia tidak terlalu mendengarkan kata-kata yang diucapkan oleh Indah. "Kenapa diam saja, Mas!" bentak Indah."Bagaimana aku mau ber
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Jatuh Cinta?

Drtt….drtt, ponsel Farel berdering."Huh, mengganggu saja sih," kata Farel dengan kesal, ia menatap layar ponselnya. Tampak sebuah nama yang sedang berusaha menghubunginya. Siapa lagi kalau bukan Nada. Farel tidak menggubris panggilan dari Nada. Ia pun meletakkan ponselnya di kasur.Pikirannya beralih ke sosok Nada, perempuan yang sedang dekat dengannya saat ini. Entah seperti apa hubungan mereka, Farel tidak pernah mengatakan suka atau cinta pada Nada. Kebersamaannya dengan Nada hanya untuk menyenangkan hati mamanya saja.Farel cenderung pasif, ia tidak pernah berinisiatif mengajak Nada pergi keluar untuk sekedar makan. Selalu saja Nada yang mengajak Farel, tentu saja Farel mengiyakan ajakan Nada. Jika Farel menolak, Nada akan mengadukan Farel pada mamanya. Dan bisa dipastikan kalau mamanya Farel akan marah besar. Sebenarnya Nada itu cantik, bahkan sangat cantik, tapi tentu saja dengan perawatan yang luar biasa. Terkadang Nada betah berada di salon kecantikan seharian, hanya untuk m
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Jangan Banyak Mengeluh

"Nanti Nada bisa merubah sikapnya kalau sudah menikah dengan Farel." Irma berkata dengan berusaha mengalihkan pertanyaan dari suaminya."Bukan itu yang Papa tanya!" kata Pak Dewa dengan nada suara yang tinggi. Irma terkejut mendengar ucapan suaminya. Pak Dewa memang jarang marah dan selalu berkata dengan lembut dan santun. Jika ia sudah berkata dengan nada suara yang tinggi, berarti ia dalam keadaan sangat marah. "Sebenarnya Mama tidak terlalu menyukai kepribadian Nada." Irma menjawab dengan pelan."Ma, yang namanya menikah itu bukan hanya menyatukan dua kepala atau dua orang, tetapi menyatukan dua keluarga besar. Jadi setidaknya kita bisa menerima dengan ikhlas seperti apa menantu kita nantinya. Kalau Mama sendiri tidak menyukai kepribadian Nada, bagaimana dengan Farel, yang selama ini terpaksa mendekati Nada. Apa Mama nggak kasihan?"Irma terdiam."Farel itu sudah dewasa, biarkan ia mencari jodohnya sendiri. Kalau ia meminta kita untuk mencarikan jodohnya, baru kita bantu.""Bagaim
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Berisi Kebencian

Menjelang subuh belum juga ada tanda-tanda bayi akan lahir. Terakhir diperiksa tadi, Indah sudah mengalami pembukaan lima. Indah masih gelisah, belum bisa memejamkan mata, sedangkan Ahmad terkantuk-kantuk sambil menunggunya. Karena sudah tidak tertahankan lagi, akhirnya Ahmad tertidur.Indah semakin kesal melihat suaminya tidur."Dasar suami nggak berguna, istrinya sedang seperti ini kok malah enak-enakan tidur." Indah mengomel sendiri sambil memandangi Ahmad."Sebenarnya kamu itu ganteng, hebat di ranjang, tapi nggak berguna sama sekali. Kalau kamu bukan anak orang kaya, aku nggak bakalan mau sama kamu." Indah masih saja mengomel. Sesekali ia mengernyitkan dahinya karena menahan rasa sakit. Akhirnya ia pun tertidur juga.Ahmad membuka mata melihat-lihat di sekelilingnya, akhirnya ia tersadar kalau sedang menunggu istrinya yang mau melahirkan. Seketika ia menoleh ke arah istrinya yang tampak tertidur lelap. Kemudian beralih ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Perutnya
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bertemu Ustadz Yusuf

Indah hanya terdiam, sedangkan Ahmad memandang keluar melalui jendela. Tentu saja dengan nafas yang tersengal-sengal karena emosi. Terlihat jelas di wajah Ahmad kalau ia sangat marah. "Mas, perutku sakit," teriak Indah. Ahmad menoleh ke arah Indah, tampak Indah yang sudah meringis kesakitan. Ahmad berlari keluar untuk mencari perawat. Ahmad masuk lagi ke ruangan bersama dengan perawat dan bidan. Kemudian Bidan dan perawat yang ada segera membantu persalinan Indah."Ayo, Bu. Mengejan pelan-pelan ya?" kata Bidan memberi aba-aba.Indah pun mengejan, tapi masih belum keluar kepala bayinya."Ulangi lagi Bu. Perlahan-lahan ya? Siapkan tenaga."Indah mengejan lagi."Terus, Bu." Bidan memberi semangat pada Indah.Nafas Indah terasa sudah mau putus dan tidak bertenaga lagi."Siapkan tenaga lagi, ya Bu?" kata Bidan itu."Sakit Mas." Indah mengeluh dan merengek-rengek. Bidan dan perawat sudah mulai kesal dengan Indah yang dari tadi berteriak-teriak."Ayo Bu. Ulangi lagi, kepala bayi sudah keli
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Hati Nurani

"Katanya Dek Novi kecelakaan, ya? Maaf, saya belum sempat menjenguk," kata Aisyah."Iya, Mbak. Nggak apa-apa kok Mbak, hanya luka ringan." Novi menjawab dengan pelan. "Sekarang bagaimana kondisinya?" tanya Aisyah dengan mata yang tampak menelisik seluruh bagian tubuh Novi."Alhamdulillah, sudah sehat kembali.""Syukurlah. Kesini sama siapa, Dek?" tanya Aisyah."Sama anak-anak, Mbak. Itu mereka sedang bermain," jawab Novi sambil menunjuk Dina dan Haikal yang asyik bermain.Aisyah dan Ustadz Yusuf spontan melihat ke arah yang ditunjuk Novi. Anak-anak memang sedang asyik bermain, jadi mereka tidak melihat ke arah Novi."Wah, sepertinya mereka bahagia sekali, ya?" kata Aisyah."Iya, Mbak. Dari tadi nggak mau berhenti.""Nggak apa-apa, turuti saja kemauan mereka. Toh nggak setiap hari kesini." Aisyah berkata memberi pengertian pada Novi."Mumpung mereka masih kecil, nanti kalau sudah besar nggak akan mengajak main seperti itu lagi," lanjut Aisyah. Ustadz Yusuf dari tadi hanya menjadi pend
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Mengacuhkan

Novi menoleh ke belakang, ternyata ada Farel dan seorang perempuan cantik. Terlihat sekali kalau perempuan itu sangat berkelas. Novi pun tersenyum."Halo Om," jawab Dina sambil melambaikan tangan."Siapa mereka?" tanya perempuan itu dengan ketus."Oh, mereka itu Mbak Novi dan anak-anaknya," jawab Farel."Iya, Mbak. Saya Novi, ini Dina dan Haikal." Novi berkata dengan sopan."Mbak? Memangnya aku kakakmu? Lagipula kamu itu lebih tua dariku." Perempuan itu berkata sambil menelisik Novi dari ujung rambut ke ujung kaki. Tampak sekali keangkuhan dari sikapnya.Novi tampak risih, ingin rasanya langsung pergi menghindari mereka berdua, tapi demi etika ia menahan diri."Nada, jangan ngomong seperti itu," kata Farel.Akhirnya Novi dan anak-anaknya beranjak dari duduk dan berpamitan pada Farel."Maaf, Mas. Kami duluan," pamit Novi."Oh iya, Mbak," jawab Farel dengan tersenyum, sedangkan Nada masih menunjukkan wajah yang cemberut."Siapa sih perempuan itu?" tanya Nada ketika Novi dan anak-anaknya
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Melahirkan

Farel tersadar dari lamunannya. Kejadian ini sudah beberapa kali terjadi. Nada mencuri kesempatan untuk dapat mencium Farel. Akhirnya Farel melajukan kendaraannya untuk menjauhi rumah Nada.Sejujurnya kalau tadi Farel memang sengaja mengikuti Novi. Ia melihat interaksi antara Novi dengan Ustadz Yusuf dan istrinya. Ia memang sudah mendengar desas-desus tentang mereka. "Sepertinya Novi akrab dengan istrinya Ustadz itu. Apakah mereka sudah menikah ya? Tapi kayaknya nggak mungkin Novi mau menikah dengan Ustadz itu.""Tapi melihat gerak-gerik mereka tadi, sangat akrab.""Kenapa aku kok jadi kepo seperti ini?"Semua itu muncul dipikiran Farel, membuat Farel semakin penasaran. Tak terasa Farel sudah sampai di rumah, setelah memasukkan mobil ke garasi ia pun masuk ke dalam rumah. Bergegas ia menuju ke kamarnya."Farel!" panggil Irma."Pasti Nada mengadu," gumam Farel kemudian menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah sumber suara.Ternyata Papa dan mamanya sedang duduk santai di sofa.
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Kayak Bos

"Makan, dulu. Kamu harus banyak makan sayuran, supaya ASI lancar." Bu Wulan berbicara pada Indah yang tampak kecewa."Aku nggak suka sayuran, Bu," kata Indah."Terus kamu mau makan apa?" tanya Bu Wulan lagi."Ayam atau daging." Indah menjawab dengan mantap."Itu kan ada ayamnya." Bu Wulan berkata sambil menunjuk makanan yang dimasak Tini."Tapi nggak ada sambalnya.""Memang sengaja ayamnya dimasak semur. Kalau kamu makan pedas-pedas, nanti anakmu bisa mencret," kata Bu Wulan memberi pengertian pada menantunya itu.Indah hanya terdiam. "Perempuan banyak gaya, memangnya selama ini kamu makan enak terus? Masih mending Ibu berbaik hati menyuruhku memasak. Kalau enggak, kamu yang masak sendiri," kata Tini dalam hati. Ia memang sinis Indah. Ternyata Indah juga sedang menatap Tini, ia menjadi semakin kesal."Jadi pembantu saja sok belagu," kata Indah dalam hati. Bu Wulan dan Tini keluar dari kamar Indah. Bu Wulan menemui suaminya, sedangkan Tini menuju ke dapur. Tampak Pak Harno sedang asy
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Tempat Tinggal Gratis

"Anak sudah besar kok di gendong. Tuh anak sendiri tidak digendong," kata Indah dengan kesal."Aku kan jarang bertemu dengan Haikal. Lagipula anak kita itu masih tidur, kalau digendong nanti malah bangun," jawab Ahmad. Ia sudah tahu arah pembicaraan Indah."Haikal, kamu itu sudah besar. Nggak boleh minta gendong Ayah. Ayah harus menggendong adik bayi," kata Indah pada Haikal dengan kesal."Apaan sih kamu, Dek. Sama anak kecil kok ngomong kayak gitu." Ahmad menjadi kesal. Pak Harno yang akan ke kamar mandi, mendengar perbincangan Ahmad dan Indah. Ia pun melambatkan langkahnya untuk mendengarkan lagi. Kemudian pura-pura memainkan ponselnya sambil mondar-mandir."Tante marah ya? Kenapa Tante marah sama Ayah?" tanya Haikal dengan polosnya."Enggak, Tante nggak marah kok." Ahmad menjawab pertanyaan anaknya."Kok kayak marah-marah." Haikal masih penasaran dengan jawaban ayahnya."Haikal bobok disini ya? Menemani adik bayi," kata Ahmad mengalihkan pembicaraan."Mas kok malah aneh-aneh sih,"
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status