Home / Rumah Tangga / Ketika Hati Mulai Lelah / Tempat Tinggal Gratis

Share

Tempat Tinggal Gratis

Author: YuRa
last update Last Updated: 2025-01-16 20:08:39

"Anak sudah besar kok di gendong. Tuh anak sendiri tidak digendong," kata Indah dengan kesal.

"Aku kan jarang bertemu dengan Haikal. Lagipula anak kita itu masih tidur, kalau digendong nanti malah bangun," jawab Ahmad. Ia sudah tahu arah pembicaraan Indah.

"Haikal, kamu itu sudah besar. Nggak boleh minta gendong Ayah. Ayah harus menggendong adik bayi," kata Indah pada Haikal dengan kesal.

"Apaan sih kamu, Dek. Sama anak kecil kok ngomong kayak gitu." Ahmad menjadi kesal.

Pak Harno yang akan ke kamar mandi, mendengar perbincangan Ahmad dan Indah. Ia pun melambatkan langkahnya untuk mendengarkan lagi. Kemudian pura-pura memainkan ponselnya sambil mondar-mandir.

"Tante marah ya? Kenapa Tante marah sama Ayah?" tanya Haikal dengan polosnya.

"Enggak, Tante nggak marah kok." Ahmad menjawab pertanyaan anaknya.

"Kok kayak marah-marah." Haikal masih penasaran dengan jawaban ayahnya.

"Haikal bobok disini ya? Menemani adik bayi," kata Ahmad mengalihkan pembicaraan.

"Mas kok malah aneh-aneh sih,"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayue Sekartaji
nunggu balasan untuk indah thor,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Maafkan Aku

    "Apa maumu!" bentak Ahmad."Kamu itu maunya dimengerti tapi nggak mau mengerti. Oke Dek, besok aku antar kamu pulang ke rumah orang tuamu. Aku sudah tidak sanggup hidup bersama denganmu. Aku tidak akan memisahkanmu dengan anak kita. Bawalah anak kita, nanti aku akan rutin mengirim nafkah untukmu dan anak kita," lanjut Ahmad.Indah meneteskan air mata."Nggak usah menangis. Air mata buaya." Ahmad berteriak lagi.Ahmad pun keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang keluarga. Kemudian merebahkan diri di kasur yang ada di ruangan itu."Ya Allah, kenapa hidupku seperti ini? Aku sudah nggak sanggup lagi." “Dulu aku menyia-nyiakan Novi, mungkin seperti ini yang Novi rasakan saat itu. Mungkin ini karma atas apa yang aku lakukan terhadap Novi.”"Aku masih ingin melihat anak-anakku tumbuh dan berkembang. Tapi bukan dalam keadaan seperti ini.”"Ya Allah, ampuni aku. Selama ini aku selalu menjauh dariMu."Ahmad pun meneteskan air mata, mengingat jalan hidupnya yang penuh dengan ujian. Ia berusaha

    Last Updated : 2025-01-17
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Pikirkan Anak

    Pagi ini Bu Wulan dan Pak Harno datang ke rumah Ahmad untuk melihat cucunya yang baru lahir. Walaupun mereka tidak menyukai menantunya, tapi bukan berarti tidak menyukai cucunya. Bu Wulan sudah membawakan makanan untuk Ahmad dan Indah. Ia tadi sudah menyuruh Tini untuk memasak makanan untuk anak dan menantunya.Sampai di rumah Ahmad, rumah tampak sepi. Bu Wulan membuka pintu depan yang tidak terkunci. Bu Wulan segera masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Pak Harno. Kemudian meletakkan makanan yang dibawanya ke meja makan. Di depan kamar mandi, tampak Ahmad sedang memandikan bayinya. Bu Wulan mengamati Ahmad yang sangat hati-hati memandikan buah hatinya itu, dan mendekatinya."Sayang, ada Nenek dan Kakek kesini, mau menggendong adik," kata Ahmad berbicara dengan bayinya. Bu Wulan tersenyum melihat cucunya itu. Kemudian terdengar langkah kaki yang mendekati mereka. Ternyata Indah yang tampak seperti baru bangun dari tidur, dan berjalan menuju ke kamar mandi. Bu Wulan hanya geleng-geleng

    Last Updated : 2025-01-17
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Pelanggan

    "Masa sampai segitunya," kekeh Bu Murni."Pasti, Bu. Buktinya waktu perempuan itu kesini saja sepertinya memusuhi Mbak Novi. Jangan-jangan kalau Mbak Novi kesitu akan diusirnya," kata Yanti menambahi. Ia teringat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika istri Ahmad makan disini dan bertemu dengan Novi."Iya, diusir dan dimaki-maki. Bikin malu saja." Novi berkata dengan ekspresi wajah yang dibuat kesal."Nggak apa-apa kamu datang kesitu. Ajak Dina dan Haikal, bawakan bingkisan. Bingkisan untuk bayinya dan makanan untuk Ahmad dan istrinya." Bu Murni berkata dengan bijak."Nanti kalau aku diusir gimana, Bu? Malu dong. Terus dimaki-maki, dasar perempuan nggak punya malu, masih saja mencari perhatian Mas Ahmad," sahut Novi dengan menirukan kata-kata yang sering dilontarkan Indah padanya. Septi dan Yanti tertawa melihat ekspresi Novi."Kalau begitu ajak neneknya Dina. Nggak mungkin istrinya Ahmad akan mengusirmu.""Nanti aku pikirkan, Bu.""Biarlah orang berbuat jahat sama kamu, yang pentin

    Last Updated : 2025-01-18
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Terbakar Api Cemburu

    Novi tampak sangat telaten menyuapi Haikal. Benar-benar seorang Ibu sejati. Tak butuh waktu lama, Haikal sudah menyelesaikan makannya. "Alhamdulillah," ucap Novi.Haikal pun mengikuti ucapan Novi."Sudah habis ya makannya," kata Farel."Sudah, Om. Sudah kenyang.""Haikal memang seperti ini, ia makannya sedikit tapi sering. Padahal tadi pagi sudah makan, eh sekarang malah minta makan lagi." Novi menjelaskan tentang Haikal."Masih masa pertumbuhan, Mbak. Biarkan saja, daripada nggak mau makan, malah lebih repot lagi." "Iya, ya." Novi terkekeh sendiri."Om, adek mau nonton lagi," kata Haikal sambil beranjak dari duduk dan langsung berlari masuk ke dalam rumah. Sepertinya ia tidak butuh jawaban dari Farel."Nggak usah lari, Dek," teriak Novi, tapi Haikal sudah tidak terlihat lagi. Farel kaget mendengar Novi berteriak, ekspresinya hanya bengong. Novi menyadari kalau ia baru saja berteriak ketika melihat ekspresi Farel"Maaf Mas, saya kok malah berteriak." Novi tersipu malu."Namanya juga

    Last Updated : 2025-01-18
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Hampir Keceplosan

    Sampai di rumah, Ahmad masih saja merasa belum ikhlas. Ia masih berharap apa yang dilihatnya tadi hanya mimpi. Entah kenapa dunianya terasa mau runtuh mengingat Novi tertawa lepas bersama Farel."Novi, kenapa aku tidak bisa melupakan rasa cintaku padamu? Semakin aku mencoba untuk mencintai Indah, semakin besar rasa cintaku padamu," kata Ahmad dalam hati.Langkah kaki Ahmad tampak lunglai tak bersemangat ketika memasuki rumahnya. Ia mencari keberadaan istrinya, ternyata Indah dan Salsa tidur di depan televisi.Segera ia meletakan barang belanjaan ke tempatnya. Membereskan semuanya, tak lupa memasukkan es krim pesanan istrinya ke dalam kulkas.Ahmad masuk ke dalam kamarnya untuk merebahkan tubuhnya. Pikirannya menerawang jauh, mengingat masa-masa indah bersama Novi. Tapi ternyata malah banyak kenangan pahit yang ia ingat. Kenangan saat ia tidak mendampingi Novi ketika melahirkan Haikal. Tak terasa air matanya menetes ketika mengingat semua itu. Akhirnya Ahmad pun terlelap dalam mimpi.I

    Last Updated : 2025-01-19
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Drama Queen

    Di tempat lain, Farel tampak bahagia karena tadi bisa berbincang-bincang dengan Novi. Sebenarnya ia memesan ayam geprek itu hanya sebagai alasannya supaya bisa bertemu dengan Novi. Ayam geprek yang ia pesan tadi sebagian ia berikan pada orang-orang yang sedang bekerja di proyeknya. Perusahaan Farel sedang mendapatkan tender membangun sebuah klinik. Saat ini Farel sedang makan ayam geprek yang tadi dibeli di warung Novi. Ada beberapa karyawannya yang ikut makan bersama dengannya. "Pak, ini sih ayam geprek langgananku," celetuk Hendra, salah satu karyawannya."Iya, anakku juga senang ayam geprek disitu. Murah meriah. Apa yang jual nggak rugi ya dengan harga sepuluh ribu seporsi. Padahal ditempat lain sudah naik jadi dua belas ribu," sahut Nino."Kalau rugi, pasti sudah nggak jualan lagi." Farel ikut berkomentar. Hendra dan Nino mengangguk tanda setuju dengan ucapan Farel. Akhirnya mereka bertiga pun menyelesaikan makannya. "Pak, sepertinya akhir-akhir ini Pak Farel tampak bahagia. S

    Last Updated : 2025-01-19
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Dasar Pemalas

    "Ibu sangat terharu dengan kebaikanmu, Nov. Nggak nyangka ternyata hatimu luar biasa baiknya," kata Bu Wulan pada Novi.Kemarin Novi menelpon Bu Wulan, ia minta ditemani untuk berkunjung ke rumah Indah untuk menjenguk bayinya. Karena Haikal merengek-rengek ingin melihat adik bayi. Kebetulan hari ini hari Minggu, jadi Novi bisa mengajak Dina sekalian. Kalau Novi hanya dengan anak-anak saja, tentu akan menimbulkan pertengkaran dengan Indah. Karena itu ia mengajak Bu Wulan, setidaknya Indah tidak berani melawan mertuanya sendiri."Haikal ingin bertemu dengan adik bayi, Bu.""Apapun tujuannya, Ibu tetap salut sama kamu. Mengesampingkan ego demi memenuhi keinginan Haikal."Novi hanya tersenyum getir mendengar ucapan Bu Wulan. Sebenarnya ia malas mengunjungi Ahmad dan keluarga barunya. Tapi Bu Murni membujuk Novi untuk menuruti keinginan Haikal. Novi bertekad untuk sekali ini saja ia ke rumah Ahmad.Mereka diantar oleh Pak Harno, tentu saja Pak Harno juga sangat bahagia dan terharu dengan

    Last Updated : 2025-01-20
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Bermuka Dua

    Bu Wulan yang kesal, akhirnya keluar dari dapur dan menuju ke ruang keluarga. "Kenapa, Bu? Kok cemberut gitu," kata Pak Harno ketika melihat wajah istrinya yang tampak marah."Tanya sama Ahmad." Bu Wulan ketus menjawab pertanyaan suaminya. Pak Harno sudah maklum dengan watak istrinya, berarti Ahmad melakukan sesuatu yang membuat Bu Wulan sangat kesal.Ahmad yang keluar dari dapur dengan membawa minuman tampak terkejut mendengar namanya disebut ibunya. Tapi ia berusaha menguasai keadaan, kemudian meletakkan minuman di meja kecil."Silahkan diminum, Pak, Dek Novi," kata Ahmad menawarkan minuman. Pak Harno dan Novi hanya mengangguk. "Dina, Haikal, minum dulu sayang," tawar Ahmad pada anak-anaknya. "Iya Ayah," jawab Dina, tanpa menoleh ke ayahnya.Dina dan Haikal masih saja memandangi Salsa yang sudah bangun dari tidurnya, mengajak adiknya bercanda. Padahal adik bayinya belum bisa meresponnya.Terdengar suara pintu kamar terbuka, tampak Indah yang baru bangun dari tidur. Ia kaget meli

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Sah (Happy Ending)

    Hari ini Novi dan Farel mencari perlengkapan untuk mengisi rumah baru mereka. Hanya yang penting-penting dulu. Mereka berangkat dari rumah sekitar jam sembilan. Kebetulan Haikal tidak ikut, hanya mereka berdua, jadi bisa leluasa memilih furniture tanpa harus mengkhawatirkan Haikal yang bakal kecapekan. Sampailah mereka di toko furniture. Novi melihat-lihat tempat tidur untuk kamar mereka."Kasur ini bagus nggak untuk kamar Dina?" tanya Farel."Bagus, Mas. Tapi kita cari yang lain dulu," kata Novi. Sebenarnya Novi tadi sangat senang melihat kasur ini, tapi begitu melihat harganya, membuat Novi terperanjat."Kenapa?""Kita cari yang sebelah situ dulu, cari yang agak murah," bisik Novi."Tapi ini bagus." Farel tetap mempertahankan ini."Mas, kalau beli yang itu, terlalu mahal. Cari yang sederhana saja." Novi tetap pada pendiriannya.Akhirnya Farel mengalah. Mereka pun melihat-lihat lagi, mencari yang sesuai dengan keinginan dan budget."Nah kalau untuk kamar kita, yang ini saja. Ini kua

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menjaga Hati

    "Mas, semua ini membuatku sangat terharu. Terlalu berlebihan," kata Novi."Enggak Sayang. Ini semampuku, hanya mampu membuatkan rumah yang kecil untuk keluarga kecil kita. Tapi insyaallah rumah yang kita bangun ini akan menjadi rumah yang penuh dengan kebahagiaan.""Amin.""Aku juga nggak mau kita jauh dari Bapak Ibu. Lagi pula usahamu kan disini, jadi tidak repot.""Apa Mas nggak malu punya istri penjual ayam geprek?""Nggak usah dibahas yang seperti itu. Pokoknya aku sudah siap dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Aku nggak mau membatasi kegiatanmu. Yang penting kamu senang, dan ingat prioritasmu adalah menjadi istri dan ibu. Bukan mencari nafkah. Mencari Nafkah itu tugasku.""Siap, Bos!" kata Novi sambil cengengesan."Alhamdulillah ya Mas, tadi malam Bu Irma ikut datang," lanjut Novi."Bukan Bu Irma, tapi Mama.""Iya, Mama.""Sebenarnya Mama itu baik. Kita harus pintar-pintar mengambil hatinya. Suatu saat nanti Mama pasti akan luluh," kata Farel dengan menatap Novi."Kamu tahu

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Rencana Masa Depan

    "Apa kalian sudah benar-benar mantap? Nanti kalian mau tinggal dimana setelah menikah?" tanya Pak Dewa."Nanti kami akan tinggal di bedengnya Novi, memulai semuanya dari nol."Novi memang memiliki bedengan untuk disewakan, kebetulan ada yang baru saja pindah, jadi ada bedeng yang kosong.Irma mencibir mendengar ucapan anaknya."Memang kamu bisa tinggal ditempat seperti itu," cemooh Irma."Insyaallah bisa, Ma. Namanya juga baru menikah dan belajar untuk memulai hidup baru, harus serba prihatin."Pak Dewa tersenyum dan manggut-manggut."Bagus! Itu namanya laki-laki sejati. Papa bangga sama kamu. Apa yang kamu butuhkan untuk menikah nanti? Bilang saja sama Papa! Mau pesta di gedung apa, biar Papa yang mengurusnya," kata Pak Dewa dengan antusias."Huh! Banyak gaya, masa mau pesta di gedung. Padahal setelah pesta tinggal di bedeng!" Irma berkata dengan sinis.Farel tersenyum dan sangat maklum dengan watak mamanya itu."Enggak usah, Pa! Acaranya hanya akad nikah saja di rumah Pak Budi. Meng

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menemui Calon Mertua

    "Mas, aku takut," kata Novi ketika berada di dalam mobil."Takut kenapa, aku kan nggak ngapa-ngapain kamu," goda Farel sambil tersenyum."Aku serius, Mas.""Aku juga serius," sahut Farel.Novi masih saja tampak gelisah, ia takut membayangkan hal-hal yang mungkin nanti terjadi.Hari ini Farel sengaja mengajak Novi untuk menemui kedua orang tua Farel. Awalnya Novi menolak, karena belum siap untuk diejek dan dihina mamanya Farel. Tapi Farel berhasil meyakinkan Novi kalua semua akan baik-baik saja. Farel sendiri sudah bertekad tetap akan menikah dengan Novi meskipun mamanya tidak setuju.Di sepanjang perjalanan, Novi hanya terdiam. Farel yang fokus menyetir melihat ke arah Novi yang sedang melamun."Nggak usah khawatir, ada aku di sampingmu," kata Farel. Tangan kiri Farel berusaha memegang tangan Novi. Farel tersenyum walaupun hatinya deg-degan, tangan Novi terasa sangat dingin."Dingin sekali tanganmu, grogi ya?" ledek Farel.Novi hanya tersenyum samar. Akhirnya sampai juga di rumah ora

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ikhlaskan

    "Jadi Novi akan menikah juga ya? Atau mereka sudah menikah? Syukurlah kalau begitu. Berarti Mas Ahmad tidak akan mengharapkan Novi lagi, karena Novi sudah bersuami. Dan hidupku akan damai," kata Indah dalam hati."Tapi aku heran, kenapa Novi begitu baik denganku, sampai ia rela menggendong Salsa? Apakah karena kebaikan Novi ini yang membuatnya begitu sering dipuji oleh seluruh keluarga Mas Ahmad. Sepertinya aku harus mencontoh Novi." Dari tadi Ahmad mengamati Novi, ada kerinduan di hatinya. Rindu akan omelan dan juga masakan Novi yang selalu cocok di lidahnya. "Andai waktu bisa terulang lagi, aku akan selalu menjadi suami yang baik untuk Novi. Tapi, ah sudahlah. Sekarang sepertinya Novi sedang bahagia bersama Farel," kata Ahmad dalam hati dengan pandangan mata masih menatap Novi dan Farel.Seketika Ahmad terkejut karena pandangan matanya bertatapan dengan Indah. Indah tampak tersenyum penuh kemenangan melihat Ahmad yang terlihat sendu menatap Novi. Ahmad segera mengalihkan pandangan

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tidak Mau Bermusuhan

    Pagi ini semua sudah bersiap-siap untuk datang ke acara akad nikah Alif. Novi pun sudah menyiapkan hati untuk bertemu dengan Ahmad dan Indah. Segala kemungkinan bisa saja terjadi disana. Keluar di kamar, semua sudah siap, termasuk Farel yang sudah datang dari tadi. Entah apa yang sedang dibicarakan Farel dengan Pak Budi, mereka tampak serius. Akhirnya Farel selesai juga berbicara dengan Pak Budi."Semua sudah siap kan? Ayo kita berangkat," ajak Farel."Iya, sudah siap kok. Tadi kelamaan nunggu Ibu dandan," celetuk Dina.Farel dan orang tua Novi tersenyum, sedangkan Novi salah tingkah. Akhirnya mereka berangkat menuju ke rumah Alif. Semua tampak ceria, terutama Farel dan Novi, yang sama-sama bahagia dan hatinya berbunga-bunga.Sampai di rumah Alif, acara belum dimulai. Karena penghulu juga baru saja datang. Ia masih meneliti berkas-berkas pernikahan. Acara akad nikah Alif digelar secara sederhana, tidak ada pesta. Hanya keluarga, tetangga dan teman dekat saja yang diundang. Pak Harn

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Bukalah Hatimu

    "Mas, kita nggak mungkin bisa bersama. Perbedaan kita terlalu banyak. Aku takut nanti akan menjadi masalah besar. Aku…."Drtt…drtt…Belum selesai Novi berbicara, terdengar ponsel Farel berbunyi. Farel melihat sekilas ke arah ponselnya, tapi hanya mengacuhkan saja. Ia fokus lagi menatap Novi.Drtt…drttDrtt…drtt"Angkatlah panggilan itu, siapa tahu penting," kata Novi."Bukan hal penting kok."Drtt…drttAkhirnya Farel menonaktifkan nada deringnya."Kamu takut dengan Mama? Jangan khawatir, aku akan berusaha melunakkan hati Mama.""Kalau tidak berhasil?""Kita tetap menikah, toh aku juga sudah tidak tinggal di rumah Mama. Kita nanti akan memulai rumah tangga dari awal. Mengontrak rumah, menabung untuk membeli rumah.""Mudah sekali Mas bicara seperti itu. Begitu menjalaninya nanti banyak mengeluh.""Asalkan bersamamu, aku yakin mampu menjalani semuanya.""Gombal!""Aku bukan merayu, tapi memang aku sudah siap lahir batin hidup sederhana.""Mas, semua tak seindah dan semudah yang Mas bayan

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Masih Menunggu Jawaban

    Farel segera menggandeng tangan Novi dan mengajaknya mendekati anak-anak lagi. Dada Novi bergemuruh, hatinya berbunga-bunga. Tapi masih saja ada sedikit kekhawatiran."Nggak usah grogi kayak gitu, nanti kamu akan terbiasa dengan gandengan tanganku," ledek Farel, Novi hanya tersipu."Kok Ibu gandengan dengan Om, nggak boleh! Itu omnya adek, bukan omnya Ibu," kata Haikal mendekati Farel dan berusaha melepaskan gandengan tangan mereka.Farel semakin terkekeh melihat Haikal yang merasa cemburu dengan ibunya sendiri."Adek sayang sama Om ya?" tanya Farel."Iya! Om tidur di rumah adek ya, biar bisa ngelonin adek."Deg! Novi kaget mendengar jawaban Haikal."Om juga sayang sama adek, Ibu dan Mbak Dina." Farel menanggapi pertanyaan Haikal."Kalau sayang kok nggak mau tinggal di rumah adek?" Haikal masih penasaran dengan jawaban Farel."Nanti kalau Om sudah punya rumah sendiri, Om akan mengajak adek, Ibu dan Mbak Dina tinggal bersama.""Rumahnya bagus nggak Om?" tanya Haikal dengan antusias."

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mencari Jodohnya Sendiri

    Novi hanya menatap mereka yang sibuk mencari permainan lain. Hatinya masih terasa sakit dengan sikap Irma. Novi memang sudah biasa dihina dan direndahkan orang, tapi yang dilakukan Irma tadi benar-benar menyakiti hatinya karena dilakukan di depan anak-anaknya. Walaupun sebenarnya Dina dan Haikal belum paham dengan apa yang terjadi, tetap saja Novi merasa dipermalukan.Novi menunduk sambil menghapus air mata yang mulai menetes. Kejadian ini tidak luput dari perhatian Farel. Walaupun ia sedang mendampingi Haikal dan Dina bermain, tapi pandangan matanya tidak lepas dari sosok yang dicintainya itu."Maafkan aku, Novi. Aku janji tidak akan membuatmu menangis lagi," kata Farel dalam hati.Sementara itu, di mobil Pak Dewa sedang terjadi perdebatan. Tentu saja perdebatan antara Pak Dewa dan Irma."Mama nggak boleh bersikap seperti itu? Kayak orang nggak berpendidikan." Pak Dewa mengomel."Enak saja Papa bilang seperti itu! Yang Mama lakukan tadi benar. Mama kecewa dengan Farel! Farel pasti di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status