Home / Rumah Tangga / Ketika Hati Mulai Lelah / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Ketika Hati Mulai Lelah: Chapter 91 - Chapter 100

147 Chapters

Berita Ustadz Yusuf

"Saya bisa memahami pemikiran Dek Novi. Tapi apakah keputusan Dek Novi tidak berubah? Bukankah nanti semuanya bisa kita pelajari. Kita jalani dan kita niatkan hati untuk menerima semua ini. Saya yakin kalau saling mendukung kita pasti bisa melakukannya." Aisyah masih berusaha membujuk Novi untuk berubah pikiran."Betapa baiknya Mbak Aisyah. Apa aku tega membuatnya terluka? Mungkin ia akan selalu baik denganku, tapi perasaanya tidak ada yang tahu," kata Novi dalam hati."Banyak lho Dek, contoh keluarga yg harmonis walaupun suami berpoligami. Bahkan istri-istrinya saling menghormati dan akur. Kita bisa seperti itu, asal kita sama-sama ikhlas," kata Aisyah. Ia masih saja membujuk Novi untuk berubah pikiran."Itulah yang belum bisa aku lakukan, ikhlas," kata Novi dalam hati.Tapi Novi sudah memutuskan kalau ia tidak mau menjadi istri kedua. Biarlah hidupnya sederhana, daripada mewah tapi menyakiti hati perempuan lain."Mbak, jujur, apa Mbak benar-benar ikhlas ketika suami Mbak mau menikah
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Kedatangan Tamu

"Novi, kami tidak menghalangi kamu menikah lagi. Kamu berhak untuk hidup bahagia. Tapi pilihlah laki-laki yang tidak terikat pernikahan. Kamu tahu kan maksud Ibu?" Bu Wulan menjelaskan."Iya, Bu. Saya tidak mau menjadi istri kedua. Sangat menyakitkan bagi istri pertama.""Betul itu. Ibu lega sekali mendengar jawaban langsung darimu. Berarti cerita orang-orang itu tidak benar. Katanya kamu mau menikah dengan Ustadz Yusuf karena semua permintaanmu akan dipenuhi olehnya. Hidupmu akan terjamin dan nggak capek-capek lagi mencari uang. Memang ya, orang kali bercerita itu selalu ditambahi bumbu biar makin sedap." Bu Wulan berkata sambil tertawa lepas.Novi bahagia mendengar mantan mertuanya bisa tertawa seperti itu. Ia tahu kalau mertuanya itu sedang banyak pikiran. Anak-anaknya hidupnya sedang bermasalah. "Saya bekerja dengan ikhlas demi anak-anak, Bu. Mungkin orang melihat saya ngoyo mencari uang, padahal saya benar-benar menikmati pekerjaan saya.""Biarlah orang menilaimu seperti apa, ya
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Salah Menilai

"Apakah Mbak Zahra kesini hanya untuk merendahkan saya?" kata Novi dengan tenang. Ia tidak takut berhadapan dengan Zahra. Ini adalah rumahnya, ia sebagai tuan rumah berhak untuk mengusir tamu yang tidak sopan."Oh, kamu menantang aku ya?" kata Zahra dengan sorot mata yang tajam. Tatapan mata yang penuh dengan kebencian."Tidak ada yang menantang Mbak Zahra. Hanya saja dari tadi ucap Mbak Zahra merendahkan saya. Apa sebenarnya tujuan Mbak Zahra kesini?" tanya Novi."Memintamu untuk menolak lamaran Mas Yusuf." Zahra mengungkapkan tujuannya menemui Novi. Novi tersenyum, sebenarnya ia sudah menduga maksud kedatangan Zahra. Ia pun memandang perempuan yang duduk berhadapan dengannya. Perempuan itu sebenarnya cantik, tapi terlihat sangat angkuh, mungkin karena ia orang kaya."Pasti Mbak Zahra belum tahu berita yang sebenarnya," kata Novi dalam hati."Jadi Mbak Aisyah mengutus Mbak Zahra kesini ya?" selidik Novi."Enggak. Mbak Aisyah nggak tahu kalau aku kesini. Mbak Aisyah juga nggak mungki
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Memastikan Lamaran

"Ini ayam geprek kesenanganku, Mas. Mas beli dimana?" tanya Indah dengan sumringah sambil menerima bungkusan dari Ahmad.Padahal dari tadi ia sudah emosi dan gelisah karena Ahmad tidak pulang-pulang. Mau menelponnya, tapi ponsel Ahmad ketinggalan di rumah. Ahmad sampai di rumah langsung memberikan dua porsi ayam geprek dari Novi tadi. Tidak mungkin ia berkata jujur, pasti Indah akan marah-marah. Tapi lambat laun ia akan memberitahu Indah kalau ia mengunjungi anak-anaknya."Ada deh. Makanlah semuanya," sahut Ahmad."Benar Mas? Untuk aku semua?" tanya Indah untuk memastikannya."Iya. Makanlah yang kenyang. Biar anak kita nggak kelaparan."Indah segera makan dengan lahap. Ia begitu menikmati ayam geprek ini. Ayam geprek kesukaannya, sudah beberapa hari ini ia tidak makan ayam geprek, karena Lala sedang sakit, jadi tidak mungkin menyuruh Lala membelikan ayam geprek. Perempuan yang sedang hamil itu tidak tahu kalau ayam geprek langganannya adalah milik Novi. Bisa dibayangkan kalau sampai
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Gara-gara Ustadz Yusuf

"Dasar laki-laki, tidak cukup dengan satu wanita. Maunya memiliki lebih dari satu, tanpa memikirkan perasaan istrinya," kata Novi dalam hati sambil melirik Pak Fahri yang menyandarkan kepala di sofa. Entah apa yang didengarkan oleh Pak Fahri, ia begitu menikmatinya. "Saya masih berharap Dek Novi memikirkannya lagi. Tidak usah terburu-buru mengambil keputusan."Novi hanya terdiam, ia bingung mau berkata apa lagi. Sepertinya Ustadz Yusuf tidak bisa menerima penolakan. "Benar-benar keras kepala," kata Novi dalam hati.Karena sudah mulai larut, Ustadz Yusuf akhirnya berpamitan pada Novi. Mau berpamitan dengan Pak Budi, ternyata sudah tidur."Assalamualaikum, Dek Novi," kata Ustadz Yusuf berpamitan pulang, sambil melangkah keluar dari ruang tamu."Waalaikumsalam," jawab Novi. Kemudian ia segera menutup pintu dan menguncinya. Kalau ia tetap di luar akan ada tetangga yang melihat dan ia bakal jadi bahan ghibahan lagi. Karena menerima tamu laki-laki yang merupakan suami orang."Sudah pulang
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Kecelakaan

Tiiin…. Suara klakson motor mengagetkan Novi, ia tidak bisa mengendalikan diri."Mau mati ya?" teriak pengendara motor yang melaju dengan kencang.Novi yang mulai oleng mengendarai motor semakin kaget mendengar teriakan orang itu, jantungnya berdetak dengan kencang. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pikirannya benar-benar kosong, ia hanya menatap pengendara motor itu yang sudah menghilang dari pandangan matanya.Brak!! Yang ia rasakan, tubuhnya terkena benda keras dan ia pun terjatuh mencium kerasnya aspal jalanan.Orang-orang pun berlarian dan berteriak-teriak."Kecelakaan.""Oh, yang kecelakaan pelakor.""Karma seorang pelakor.""Biarin aja, nggak usah ditolong."Beberapa orang berkata-kata sambil menonton Novi yang mengalami kecelakaan. Air mata menetes di pipi Novi, menangis karena luka hati dan fisiknya."Hei, orang kecelakaan kok malah dilihat saja," teriak seorang laki-laki yang datang mendekati tempat kejadiam. Orang tersebut tampak cemas melihat darah yang keluar dari t
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Doakan Yang Terbaik

"Evi, tolong kamu sama Haikal dulu, ya? Mbah Kung mau mengurus Mbah Uti dulu," kata Pak Budi pada Evi."Iya, Mbah," kata Evi, kemudian ia masuk ke kamar Novi untuk menemani Haikal.Terdengar suara langkah kaki yang sangat tergesa-gesa, memasuki ruangan."Ada apa, Pak?" tanya Septi yang baru masuk ke dalam rumah, dibelakangnya ada Yanti."Adikmu kecelakaan," kata Pak Budi. Septi terkejut mendengar ucapan bapaknya, begitu juga Yanti."Kecelakaan? Kapan? Dimana? Bagaimana kondisinya? Sekarang Novi dimana?" cecar Septi dengan panik."Bapak juga nggak tahu kondisinya, sekarang Novi ada di rumah sakit. Yanti, kamu nggak usah buka warung. Tutup warungnya, beresin belanjaan Novi dan tolong tunggu di sini menemani Haikal." Pak Budi memberi arahan pada Yanti, Yanti pun mengangguk.Di rumah sakit, Lastri masih setia menunggu. Ia dan Pak Fahri beserta dua remaja berpakaian SMA menunggu di luar UGD. Novi sendiri masih ditangani oleh dokter.Lastri tampak mondar-mandir, sesekali duduk. Pak Fahri s
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Ingat Anakmu

Ceklek! Pintu UGD dibuka, tampak dokter dan satu orang perawat keluar dari UGD.Bu Murni segera mendekati dokter dan perawat itu."Dok, bagaimana kondisi anak saya?" tanya Bu Murni."Oh, anak Ibu yang mengalami kecelakaan ya?" tanya dokter perempuan yang cantik dengan hijab berwarna mustard. Dokter tersebut bertanya dengan suara yang lembut dan enak didengar."Iya, Dok," jawab Bu Murni sambil mengangguk. Sesekali tampak ia menghapus air mata yang mengalir dengan sendirinya. Matanya sampai bengkak karena kebanyakan menangis."Masa kritisnya sudah lewat, tapi masih belum sadar." Dokter berkata sambil tersenyum untuk menenangkan ibu pasien, "kami akan berusaha yang terbaik untuk anak Ibu.""Boleh saya melihatnya, Dok?" tanya Bu Murni dengan penuh harap. Melihat perempuan setengah baya itu dengan wajah sangat cemas, dokter pun mengizinkannya."Boleh, gantian ya? Dua orang saja." Dokter memberikan jawaban, wajah Bu Murni memperlihatkan senyum lebar."Baik, Dok. Terima kasih," kata Bu Murni
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Semoga Baik-baik Saja

"Gimana Novi?" tanya Pak Budi dengan penasaran. "Sudah sadar, Pak. Aku mau cari ruangan dulu," kata Septi. Semua mata yang dari tadi memandang Septi, akhirnya bernafas lega mendengar kata-kata Septi."Biar saya yang mencari ruangan, Mbak," kata Farel mengajukan diri untuk membantu. Pak Budi memberi isyarat pada Septi untuk menuruti perkataan Farel."O iya, Mas. Silahkan," jawab Septi. Farel tersenyum dan melangkah pergi untuk mencari kamar. "Bapak, masuklah," ucap Septi mempersilahkan Pak Budi masuk ke ruang UGD. Pak Budi segera masuk ke ruangan."Mbak Septi, gimana Novi?" tanya Lastri yang masih setia menunggu."Tadi waktu Novi sadar, ia tampak tidak merespon kami. Aku cemas sekali, Mbak? Aku takut kalau Novi benar-benar tidak mengenali kami. Tapi Alhamdulillah, akhirnya Novi bisa mengingat kami. Kata perawat, Novi hanya syok saja." Novi menjelaskan pada Lastri."Syukurlah. Aku sangat cemas, takut terjadi sesuatu pada Novi." Lastri mengungkapkan kecemasannya. "Kita sama-sama berdo
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Sangat Bersyukur

"Bagi Ibu kamu masih anak kecil Ibu yang cengeng dan manja, juga mandiri. Maafkan Bapak dan Ibu yang tidak bisa memberikan kemewahan pada kalian," kata Bu Murni dengan mata berkaca-kaca."Pantesan Novi cengeng, keturunan dari Ibu," celetuk Pak Budi. Novi dan Septi tertawa mendengar celetukan bapaknya, sedangkan Bu Murni tampak bersungut-sungut kesal. "Tuh kan, hujan turun," lanjut Pak Budi ketika melihat air mata Bu Murni menetes di pipi. Novi dan Septi semakin lebar tertawanya. Novi sangat bahagia melihat orang tuanya masih bisa bercanda dan selalu terlihat bahagia. Terkadang Novi iri melihat orang tuanya yang sampai detik ini mereka masih seperti dulu. Selalu saling menggoda dan bercanda. Ia pun membandingkan dengan kehidupan rumah tangganya yang hancur berantakan. Seketika mata Novi menghangat, ia pun berusaha mati-matian supaya tidak menangis."Bu, Haikal kemana? Kok nggak diajak?" tanya Novi mengalihkan pembicaraan."Tadi pagi-pagi sudah dijemput Lastri. Katanya kasihan kalau
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status