Home / Rumah Tangga / Ketika Hati Mulai Lelah / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Ketika Hati Mulai Lelah: Chapter 121 - Chapter 130

147 Chapters

Maafkan Aku

"Apa maumu!" bentak Ahmad."Kamu itu maunya dimengerti tapi nggak mau mengerti. Oke Dek, besok aku antar kamu pulang ke rumah orang tuamu. Aku sudah tidak sanggup hidup bersama denganmu. Aku tidak akan memisahkanmu dengan anak kita. Bawalah anak kita, nanti aku akan rutin mengirim nafkah untukmu dan anak kita," lanjut Ahmad.Indah meneteskan air mata."Nggak usah menangis. Air mata buaya." Ahmad berteriak lagi.Ahmad pun keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang keluarga. Kemudian merebahkan diri di kasur yang ada di ruangan itu."Ya Allah, kenapa hidupku seperti ini? Aku sudah nggak sanggup lagi." “Dulu aku menyia-nyiakan Novi, mungkin seperti ini yang Novi rasakan saat itu. Mungkin ini karma atas apa yang aku lakukan terhadap Novi.”"Aku masih ingin melihat anak-anakku tumbuh dan berkembang. Tapi bukan dalam keadaan seperti ini.”"Ya Allah, ampuni aku. Selama ini aku selalu menjauh dariMu."Ahmad pun meneteskan air mata, mengingat jalan hidupnya yang penuh dengan ujian. Ia berusaha
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Pikirkan Anak

Pagi ini Bu Wulan dan Pak Harno datang ke rumah Ahmad untuk melihat cucunya yang baru lahir. Walaupun mereka tidak menyukai menantunya, tapi bukan berarti tidak menyukai cucunya. Bu Wulan sudah membawakan makanan untuk Ahmad dan Indah. Ia tadi sudah menyuruh Tini untuk memasak makanan untuk anak dan menantunya.Sampai di rumah Ahmad, rumah tampak sepi. Bu Wulan membuka pintu depan yang tidak terkunci. Bu Wulan segera masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Pak Harno. Kemudian meletakkan makanan yang dibawanya ke meja makan. Di depan kamar mandi, tampak Ahmad sedang memandikan bayinya. Bu Wulan mengamati Ahmad yang sangat hati-hati memandikan buah hatinya itu, dan mendekatinya."Sayang, ada Nenek dan Kakek kesini, mau menggendong adik," kata Ahmad berbicara dengan bayinya. Bu Wulan tersenyum melihat cucunya itu. Kemudian terdengar langkah kaki yang mendekati mereka. Ternyata Indah yang tampak seperti baru bangun dari tidur, dan berjalan menuju ke kamar mandi. Bu Wulan hanya geleng-geleng
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Pelanggan

"Masa sampai segitunya," kekeh Bu Murni."Pasti, Bu. Buktinya waktu perempuan itu kesini saja sepertinya memusuhi Mbak Novi. Jangan-jangan kalau Mbak Novi kesitu akan diusirnya," kata Yanti menambahi. Ia teringat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika istri Ahmad makan disini dan bertemu dengan Novi."Iya, diusir dan dimaki-maki. Bikin malu saja." Novi berkata dengan ekspresi wajah yang dibuat kesal."Nggak apa-apa kamu datang kesitu. Ajak Dina dan Haikal, bawakan bingkisan. Bingkisan untuk bayinya dan makanan untuk Ahmad dan istrinya." Bu Murni berkata dengan bijak."Nanti kalau aku diusir gimana, Bu? Malu dong. Terus dimaki-maki, dasar perempuan nggak punya malu, masih saja mencari perhatian Mas Ahmad," sahut Novi dengan menirukan kata-kata yang sering dilontarkan Indah padanya. Septi dan Yanti tertawa melihat ekspresi Novi."Kalau begitu ajak neneknya Dina. Nggak mungkin istrinya Ahmad akan mengusirmu.""Nanti aku pikirkan, Bu.""Biarlah orang berbuat jahat sama kamu, yang pentin
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Terbakar Api Cemburu

Novi tampak sangat telaten menyuapi Haikal. Benar-benar seorang Ibu sejati. Tak butuh waktu lama, Haikal sudah menyelesaikan makannya. "Alhamdulillah," ucap Novi.Haikal pun mengikuti ucapan Novi."Sudah habis ya makannya," kata Farel."Sudah, Om. Sudah kenyang.""Haikal memang seperti ini, ia makannya sedikit tapi sering. Padahal tadi pagi sudah makan, eh sekarang malah minta makan lagi." Novi menjelaskan tentang Haikal."Masih masa pertumbuhan, Mbak. Biarkan saja, daripada nggak mau makan, malah lebih repot lagi." "Iya, ya." Novi terkekeh sendiri."Om, adek mau nonton lagi," kata Haikal sambil beranjak dari duduk dan langsung berlari masuk ke dalam rumah. Sepertinya ia tidak butuh jawaban dari Farel."Nggak usah lari, Dek," teriak Novi, tapi Haikal sudah tidak terlihat lagi. Farel kaget mendengar Novi berteriak, ekspresinya hanya bengong. Novi menyadari kalau ia baru saja berteriak ketika melihat ekspresi Farel"Maaf Mas, saya kok malah berteriak." Novi tersipu malu."Namanya juga
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Hampir Keceplosan

Sampai di rumah, Ahmad masih saja merasa belum ikhlas. Ia masih berharap apa yang dilihatnya tadi hanya mimpi. Entah kenapa dunianya terasa mau runtuh mengingat Novi tertawa lepas bersama Farel."Novi, kenapa aku tidak bisa melupakan rasa cintaku padamu? Semakin aku mencoba untuk mencintai Indah, semakin besar rasa cintaku padamu," kata Ahmad dalam hati.Langkah kaki Ahmad tampak lunglai tak bersemangat ketika memasuki rumahnya. Ia mencari keberadaan istrinya, ternyata Indah dan Salsa tidur di depan televisi.Segera ia meletakan barang belanjaan ke tempatnya. Membereskan semuanya, tak lupa memasukkan es krim pesanan istrinya ke dalam kulkas.Ahmad masuk ke dalam kamarnya untuk merebahkan tubuhnya. Pikirannya menerawang jauh, mengingat masa-masa indah bersama Novi. Tapi ternyata malah banyak kenangan pahit yang ia ingat. Kenangan saat ia tidak mendampingi Novi ketika melahirkan Haikal. Tak terasa air matanya menetes ketika mengingat semua itu. Akhirnya Ahmad pun terlelap dalam mimpi.I
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Drama Queen

Di tempat lain, Farel tampak bahagia karena tadi bisa berbincang-bincang dengan Novi. Sebenarnya ia memesan ayam geprek itu hanya sebagai alasannya supaya bisa bertemu dengan Novi. Ayam geprek yang ia pesan tadi sebagian ia berikan pada orang-orang yang sedang bekerja di proyeknya. Perusahaan Farel sedang mendapatkan tender membangun sebuah klinik. Saat ini Farel sedang makan ayam geprek yang tadi dibeli di warung Novi. Ada beberapa karyawannya yang ikut makan bersama dengannya. "Pak, ini sih ayam geprek langgananku," celetuk Hendra, salah satu karyawannya."Iya, anakku juga senang ayam geprek disitu. Murah meriah. Apa yang jual nggak rugi ya dengan harga sepuluh ribu seporsi. Padahal ditempat lain sudah naik jadi dua belas ribu," sahut Nino."Kalau rugi, pasti sudah nggak jualan lagi." Farel ikut berkomentar. Hendra dan Nino mengangguk tanda setuju dengan ucapan Farel. Akhirnya mereka bertiga pun menyelesaikan makannya. "Pak, sepertinya akhir-akhir ini Pak Farel tampak bahagia. S
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Dasar Pemalas

"Ibu sangat terharu dengan kebaikanmu, Nov. Nggak nyangka ternyata hatimu luar biasa baiknya," kata Bu Wulan pada Novi.Kemarin Novi menelpon Bu Wulan, ia minta ditemani untuk berkunjung ke rumah Indah untuk menjenguk bayinya. Karena Haikal merengek-rengek ingin melihat adik bayi. Kebetulan hari ini hari Minggu, jadi Novi bisa mengajak Dina sekalian. Kalau Novi hanya dengan anak-anak saja, tentu akan menimbulkan pertengkaran dengan Indah. Karena itu ia mengajak Bu Wulan, setidaknya Indah tidak berani melawan mertuanya sendiri."Haikal ingin bertemu dengan adik bayi, Bu.""Apapun tujuannya, Ibu tetap salut sama kamu. Mengesampingkan ego demi memenuhi keinginan Haikal."Novi hanya tersenyum getir mendengar ucapan Bu Wulan. Sebenarnya ia malas mengunjungi Ahmad dan keluarga barunya. Tapi Bu Murni membujuk Novi untuk menuruti keinginan Haikal. Novi bertekad untuk sekali ini saja ia ke rumah Ahmad.Mereka diantar oleh Pak Harno, tentu saja Pak Harno juga sangat bahagia dan terharu dengan
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bermuka Dua

Bu Wulan yang kesal, akhirnya keluar dari dapur dan menuju ke ruang keluarga. "Kenapa, Bu? Kok cemberut gitu," kata Pak Harno ketika melihat wajah istrinya yang tampak marah."Tanya sama Ahmad." Bu Wulan ketus menjawab pertanyaan suaminya. Pak Harno sudah maklum dengan watak istrinya, berarti Ahmad melakukan sesuatu yang membuat Bu Wulan sangat kesal.Ahmad yang keluar dari dapur dengan membawa minuman tampak terkejut mendengar namanya disebut ibunya. Tapi ia berusaha menguasai keadaan, kemudian meletakkan minuman di meja kecil."Silahkan diminum, Pak, Dek Novi," kata Ahmad menawarkan minuman. Pak Harno dan Novi hanya mengangguk. "Dina, Haikal, minum dulu sayang," tawar Ahmad pada anak-anaknya. "Iya Ayah," jawab Dina, tanpa menoleh ke ayahnya.Dina dan Haikal masih saja memandangi Salsa yang sudah bangun dari tidurnya, mengajak adiknya bercanda. Padahal adik bayinya belum bisa meresponnya.Terdengar suara pintu kamar terbuka, tampak Indah yang baru bangun dari tidur. Ia kaget meli
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Harus Introspeksi

"Terima kasih atas hadiahnya, semoga rezeki Dek Novi semakin lancar," kata Ahmad pada Novi. Indah semakin menunjukkan sikap bermusuhan dengan Novi.Akhirnya Dina mengajak pulang, sebenarnya Haikal belum mau pulang. Dina dan Novi membujuk Haikal, tentu saja dengan iming-iming hadiah."Ayah, besok Adek kesini lagi, ya? Mau lihat adik bayi," kata Haikal dengan polosnya."Boleh, nanti Ayah jemput ya? Bilang saja sama Ibu kalau mau kesini, biar Ibu yang menelpon Ayah," jawab Ahmad dengan bersemangat sambil menggendong Haikal dan menciuminya. Haikal malah terkekeh kegelian. Novi tersenyum melihat interaksi ini, tapi Indah mengerucutkan bibirnya, menandakan kalau ia tidak suka.Akhirnya mereka pun berpamitan pulang, Ahmad mengantar mereka sampai ke mobil. Mobil pun melaju keluar dari halaman rumah dan menghilang dari pandangan Ahmad."Diliatin terus, mentang-mentang ada perempuan itu. Anak dan istri dicuekin gara-gara perempuan itu," omel Indah."Jadi Mas sengaja meminta perempuan itu untuk
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Berdamai Dengan Hati

"Bapak, Ibu," kata Ahmad dengan kaget. "Aduh, gagal deh rencanaku," kata Ahmad dalam hati."Kenapa kamu kaget seperti itu?" tanya Bu Wulan yang merasa curiga dengan gelagat Ahmad. Bu Wulan pun langsung masuk ke dalam rumah da ia sangat terkejut melihat tas koper dan tas travel ada di ruang tamu."Tas siapa itu?" tanya Bu Wulan.Ahmad hanya terdiam, kemudian muncul Indah dari dalam kamar dan pura-pura menangis."Bu, Mas Ahmad mau mengajak Salsa pergi dan meninggalkanku sendiri. Sepertinya Mas Ahmad sudah bosan hidup bersamaku. Ia mau mendekati Novi lagi," kata Indah mengadu pada Bu Wulan."Ada apa ini? Ini tas siapa?" tanya Pak Harno.Indah pun dengan terisak-isak mengulangi kembali kata-katanya tadi."Oh, bagus kalau Ahmad mau mendekati Novi lagi. Ibu sangat setuju. Tapi sayangnya Novi sudah tidak mau dengan Ahmad lagi." Jawaban telak Bu Wulan membuat Indah semakin kesal dan geram."Ada apa ini?" tanya Alif yang baru saja datang. Ia datang karena ditelpon oleh Ahmad."Apa rencana kam
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status