All Chapters of Setelah Istriku Memilih Pergi: Chapter 61 - Chapter 70

98 Chapters

61. KABAR BURUK

Hujan masih mengguyur deras ketika mobil yang membawa Raka dan Sarah berhenti di depan kontrakan. Langit malam penuh dengan gemuruh petir, menciptakan suasana yang dingin dan mencekam.Raka segera turun dari mobil, tidak peduli pada rintik hujan yang langsung membasahi tubuhnya. Ia membuka bagasi, mengambil payung, dan menyerahkannya pada Sarah “Pakai ini,” katanya singkat.Sarah memandang payung itu sejenak, lalu menggeleng. “Kita ‘kan masih bisa pakai berdua, Mas?”Namun, tanpa banyak bicara, Raka mengulurkan payung itu ke tangannya. Tatapan matanya tegas, membuat Sarah akhirnya mengalah.“Mas sendiri gimana?” tanya Sarah pelan.“Aku enggak apa-apa,” jawab Raka singkat sambil berjalan lebih dulu ke arah pintu kontrakan. Hujan semakin deras mengguyur tubuhnya, tapi ia seakan tidak peduli.Sarah menghela napas dan mengikuti dari belakang, berusaha melindungi diri dengan payung yang terasa tidak cukup besar. Dalam hati, ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya ada di pikiran Raka. Pria it
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

62. WANITA ULAR

"Ini pasti ulah Bu Rini."Raka mengepalkan tangannya erat, matanya menyala-nyala dengan kemarahan yang terpendam. Hujan di luar semakin deras, seolah mencerminkan badai emosi yang berkecamuk di dalam dirinya.Tak lama kemudian, seorang perawat datang menghampiri mereka. "Bapak dan Ibu, dokter ingin berbicara dengan Anda berdua di ruangan beliau. Silakan ikuti saya."Raka dan Sarah berdiri bersamaan, melangkah menuju ruangan dokter dengan hati yang penuh kecemasan. Ketika mereka memasuki ruangan itu, dokter terlihat serius dengan beberapa dokumen medis di atas meja."Silakan duduk," kata dokter sambil menyilangkan tangan di depan dadanya. "Kami menemukan sesuatu yang cukup mengkhawatirkan terkait kondisi Pak Herman."Sarah melangkah maju, jantungnya berdegup keras. "Maksud dokter apa?"Dokter menghela napas panjang sebelum menjawab. "Kami mendapati bahwa Pak Herman telah mengonsumsi obat-obatan di luar resep yang diberikan oleh kami. Zat aktif dalam obat-obatan tersebut dapat memperbur
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

63. TAMU TAK DIUNDANG

Semakin Raka mendekat ke arah sumber suara, rasa curiganya semakin nyata. Langkah kakinya terdengar berat, tapi penuh kepastian. Suara cekikikan itu menguar dari ruang tengah, dan setiap tawa seolah menyulut api di dadanya. Dalam benaknya, muncul pertanyaan—apa lagi yang direncanakan Bu Rini kali ini?Setibanya di ambang pintu ruang tengah, ia mendapati Bu Rini duduk santai di sofa bersama seorang perempuan muda. Wajah perempuan itu cerah, senyum terukir di bibirnya, dan matanya memandang penuh rasa ingin tahu ke arah Raka.Raka menghentikan langkah, tatapannya tajam dan menusuk. "Siapa ini?" tanyanya dengan suara yang datar namun penuh ketegasan.Bu Rini, tanpa sedikit pun merasa terganggu oleh sikap dingin Raka, tersenyum lebar. "Jangan ketus begitu dong, Ka. Kenalin dulu. Ini Ratna, anak Ibu dari kampung. Tahun ini dia akan kuliah di Jakarta."Raka mengernyit. Belum selesai dengan masalah ayahnya di rumah sakit, kini muncul masalah baru. Ia menatap Ratna dengan cepat, hanya untuk m
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

64. RENCANA JAHAT

"Ibu yakin ini akan berhasil? Kalau sampai Mas Raka tahu, dia pasti akan marah besar.""Dia tidak akan tahu, Nak," ujar Bu Rini yakin. "Tugasmu hanya memastikan kamu ada di sisi yang tepat saat waktunya tiba."Di kontrakan, Sarah mendapati Raka masih terjaga, wajahnya penuh ketegangan. "Mas, kamu nggak bisa begini terus. Tidur dulu, ya? Kamu nggak bisa mikirin semuanya sendirian."Raka menggeleng pelan. "Sarah, kamu nggak ngerti. Bu Rini selalu punya rencana. Dan aku yakin, Ratna itu bagian dari rencana besarnya. Aku cuma takut Papa jadi korban lagi.""Kita akan hadapi ini sama-sama, Mas. Kamu nggak sendirian," jawab Sarah dengan nada lembut.Namun, sebelum Raka bisa membalas, ponselnya berdering. Ia mengambilnya dengan cepat, melihat nama perawat rumah sakit di layar. "Halo?"Suara di ujung sana terdengar tegang. "Pak Raka, kondisi ayah Anda menurun lagi. Kami butuh Anda di sini sekarang."Raka langsung berdiri. "Kami akan segera ke sana."Tanpa pikir panjang, ia menggenggam tangan S
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

65. ADU STRATEGI

“Mas Raka,” suara di ujung sana terdengar familiar. Itu suara salah satu perawat yang biasa menjaga ayahnya. “Saya perlu memberitahu sesuatu. Ada hal aneh yang saya temukan.”“Aneh? Apa maksudnya?” tanya Raka dengan tegang.“Saya nggak bisa bicara banyak di telepon. Tapi tolong temui saya di ruang administrasi. Ini penting.”Raka langsung berdiri, wajahnya penuh tekad. “Saya akan segera ke sana.”Setelah menutup telepon, ia menoleh ke Sarah. “Aku harus pergi sebentar. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan.”“Aku ikut,” kata Sarah tanpa ragu.Raka ingin menolak, tetapi tatapan Sarah menunjukkan bahwa ia tidak akan menerima penolakan. Akhirnya, mereka berdua berjalan cepat menuju ruang administrasi.Setibanya di ruang administrasi, mereka bertemu dengan perawat yang tadi menelepon. Wanita itu, seorang perawat senior bernama Bu Mira, tampak gelisah.“Ada apa, Bu?” tanya Raka tanpa basa-basi.Bu Mira melirik sekitar sebelum berbicara. “Ada sesuatu yang aneh dengan obat-obatan yang diberik
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

66. TIDAK BUTUH BANTUAN

Pria itu kini tersenyum manis. Tatapan hangat dan memujanya masih tak berubah ketika melihat sosok Sarah. Jelas membuat Raka menjadi semakin kesal berkali-kali lipat.“Dunia memang sempit ya ternyata,” kata pria itu, santai tapi terdengar menggoda. “Om Sebastian sedang berada di New York. Jadi, dia minta aku yang ke sini buat bantuin temannya. Eh, ternyata malah Om Raka.”Sarah yang berada di samping Raka tampak bingung, namun ia hanya diam sambil memerhatikan dua pria itu. Raka mendengus kecil, jelas menunjukkan ketidaksenangannya.“Saya tidak butuh bantuanmu,” tegas Raka, menolak dengan nada dingin.Rafly tertawa kecil, sama sekali tidak terganggu dengan sikap dingin Raka. “Yah, jangan egois, Om. Aku dengar dari Om Sebastian kalau Om orangnya memang gengsian. Tapi ingat. Ini masalah yang serius.”“Kau??” Raka mulai mengeraskan rahangnya.“Aku di sini hanya untuk membantu.”Raka mengepalkan tangan, mencoba menahan emosinya. Tapi tatapan Sarah yang memohon agar ia tetap tenang membuat
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

67. SANDIWARA BU RINI

"Maaf ya, Mas. Aku bawa Ratna kemari enggak ngomong dulu ke kamu," kata Bu Rini dengan nada manis serta senyuman penuh kepalsuan. "Lagian aku yakin pasti Raka enggak senang kalau aku ke sini, karena..."Ucapan Bu Rini terjeda saat melihat tatapan tajam Raka.Raka berdiri di sisi ranjang ayahnya dengan rahang yang mengeras. Tangannya terkepal erat di balik saku celana. Sementara itu, Sarah berdiri di sampingnya, menatap Bu Rini dengan sorot penuh kehati-hatian. Di belakang mereka, Rafly tetap diam, memperhatikan perkembangan situasi dengan seksama.Bu Rini melangkah mendekat ke ranjang Pak Herman dengan gaya sok manis, lalu merapikan selimut pria paruh baya itu seolah-olah penuh perhatian. "Mas Herman, aku sudah datang, membawa Ratna juga. Kasihan dia, sudah lama sekali kutinggal di desa."Dari belakang tubuh ramping seorang wanita muda muncul. Ratna, mengenakan gaun sederhana tetapi rapi, menampilkan senyuman kecil yang tampaknya dibuat-buat. "Om, aku kangen sekali sama Om. Senang rasa
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

68. JALAN BUNTU

...Teh-nya aman," kata Raka melanjutkan kalimatnya.Mendengar penuturan barusan, Sarah mengembuskan napas lega. Namun, hal yang bertolak belakang justru terjadi pada Raka. Pria berjambang tipis itu malah mengerutkan dahi."Kenapa, Mas? Bukannya itu kabar baik?" tanya Sarah dengan nada lembut, berusaha memahami kekhawatiran suaminya."Bu Rini pasti punya rencana lain, Sayang. Dia tahu kalau kita mencurigainya," jawab Raka dengan suara rendah, tetapi sarat akan emosi yang tertahan. Matanya menatap kosong ke depan, pikirannya melayang pada berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi.Sarah mengangguk pelan, mencoba mencerna maksud suaminya. Dengan langkah tenang, dia mendekati Raka dan meraih tangannya. "Mas, aku tahu kamu khawatir. Tapi kita harus tetap fokus. Jangan biarkan rasa curiga ini menguasai pikiranmu."Raka menatap istrinya dengan sorot mata penuh penghargaan. "Kamu benar, Sayang. Tapi aku tidak bisa diam saja. Aku harus memastikan kalau m
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

69. TETAP WASPADA

Tidak ada yang bisa dilakukan. Mereka hanya harus menunggu dan terus waspada.Pada akhirnya, Rafly pun tak lagi menyarankan apa-apa. "Om Sebastian juga bilang begitu," katanya di sela-sela diskusi mereka."Baiklah, terima kasih untuk semuanya," balas Raka dengan nada penuh penghargaan sebelum berpamitan.Raka melangkah ke parkiran dengan langkah berat, namun pikirannya fokus pada satu tujuan—menjemput Sarah di kampus. Sesampainya di sana, ia melihat istrinya itu tengah berbincang dengan Dini dan Lira."Doain aku ya, biar segera nyusul," ucap Sarah sambil tertawa kecil, membuat Dini dan Lira tersenyum penuh semangat."Aamiin. Makanya harus rajin ke kampus, Ra," kata Dini sambil menggoda."Benar tuh," timpal Lira cepat. "Bilang ke Pak Raka kalau kamu juga butuh waktu untuk diri sendiri. Jangan sampai Pak Jeno ngamuk lagi karena revisianmu numpuk terus."Ketiganya terlihat santai, tetapi tawa kecil mereka segera terhenti saat Raka
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

70. KEPUTUSAN RAKA

Semua orang terdiam sesaat hingga kemudian Pak Herman yang buka suara, "Kamu... serius?"Raka menjawab dengan yakin, "Iya, Pa."Ada wajah keterkejutan dari Ratna, tetapi Raka seolah tak peduli. Suasana di dalam mobil menjadi tegang, meskipun Pak Herman tampak tersenyum kecil, menyembunyikan emosinya.Sementara Sarah yang duduk di sebelah Raka hanya bisa diam, mencoba mencerna keputusan mendadak itu. Ia menatap jalanan dari kaca mobil, pikirannya bercampur aduk, antara kekhawatiran dan rasa ingin mendukung keputusan barusan.Setibanya di rumah, Bu Rini langsung menyambut mereka dengan senyum penuh kepalsuan. "Wah, akhirnya pulang juga. Mas, semoga cepat sehat ya," ucapnya dengan nada basa-basi yang terdengar tidak tulus.Namun, senyum itu memudar begitu Pak Herman berkata, "Raka akan kembali tinggal di sini.""Bukannya kamu yang sudah nolak tinggal di sini?" tanya Bu Rini dengan nada sarkastis, menatap Raka dengan pandangan sinis. Matanya menyipit, memperlihatkan ketidaksukaannya secar
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status