Raka buru-buru menghampiri Sarah yang mematung usai menatapnya. Pria itu lantas berkata, "Kita pulang ya." Namun, Sarah masih bergeming, membuatnya kembali bersuara. "Tolong, Sayang. Jangan pergi dengan emosi begini. Aku tahu aku salah. Kita pulang ya."Sarah tetap diam, tubuhnya kaku seperti patung. Sorot matanya kosong, tapi jelas ada kobaran luka di sana. Nafasnya masih bergetar, dan dadanya naik turun tidak beraturan. Raka mendekat satu langkah, tapi Sarah langsung menoleh, mengangkat tangannya untuk menghentikan.“Sudahlah, Mas,” suaranya dingin dan tajam. “Aku bukan boneka yang bisa kamu permainkan seenaknya.”“Aku nggak mempermainkan kamu, Sarah,” Raka bersikeras. Wajahnya memohon, namun Sarah hanya tertawa sinis.“Nggak mempermainkan? Lalu apa yang kamu lakukan selama ini? Semua kebohongan kamu, semua kata manis kamu yang ternyata cuma palsu? Aku ini apa, Mas? Sekadar pelengkap? Orang yang bisa kamu minta maaf setiap kali kamu salah, lalu seakan semuanya baik-baik saja?”Raka
Terakhir Diperbarui : 2024-12-17 Baca selengkapnya