All Chapters of Setelah Istriku Memilih Pergi: Chapter 81 - Chapter 90

98 Chapters

81. AKU SUDAH MENIKAH DENGAN SARAH

“Enggak mungkin. Aku sudah menikah dengan Sarah," jawab Raka dengan lantang, memecah ketegangan yang menggantung di udara. Suaranya tegas, meskipun dalam hati ia merasa ada badai yang siap menghancurkan segalanya.Kata-kata itu menghantam Hendro seperti palu godam. Wajahnya seketika berubah pucat, lalu memerah kembali, penuh dengan amarah yang hampir tidak tertahankan. Sementara itu, Nadia tidak tampak terkejut. Air matanya yang sejak tadi ia tahan akhirnya tumpah, membuatnya terlihat semakin rapuh."Kau pikir aku peduli dengan siapa kau menikah sekarang?!" hardik Hendro, suaranya menggelegar. "Kau sudah menghancurkan hidup anakku, dan kau pikir itu selesai begitu saja?!"Raka menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu percuma beradu argumen dengan Hendro yang dikuasai emosi. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan tuduhan ini terus menghantui dirinya dan, yang lebih penting, rumah tangganya dengan Sarah."Pak," ujar Raka dengan nada lebih tenang, meskipun tatapannya te
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

82. ISU MENYEBAR

[Besok semua akan berubah. Bersiaplah.]            Pesan dari Pak Hendro beberapa detik lalu. Sarah hanya menghela napas pasrah. Ia enggan membangunkan Raka karena suaminya sudah tertidur pulas.Pagi harinya, kekhawatiran Sarah terbukti. Saat ia sedang membereskan meja makan, Raka menerima panggilan telepon yang membuat wajahnya semakin pucat. Setelah panggilan itu selesai, ia segera bergegas pergi ke kantor tanpa sempat sarapan.Sementara itu, di kantor, suasana sudah berubah menjadi medan perang. Beberapa investor utama perusahaan Raka menarik saham mereka secara mendadak. Hal ini menyebabkan kepanikan di antara manajemen, dan rumor mulai beredar di seluruh kantor bahwa penyebabnya adalah isu pribadi yang melibatkan Raka."Pak Raka," ujar Maya, sekretarisnya, dengan nada gugup. "Berita itu sudah menyebar di media sosial. Banyak karyawan yang membicarakan... tentang Anda dan Bu Nadia."Raka m
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

83. SEMAKIN KACAU

Pagi itu, kantor Raka tak ubahnya medan pertempuran yang sepi namun penuh ketegangan. Di ruang rapat utama, para pemegang saham berkumpul dengan wajah penuh kekhawatiran. Dinding kaca yang biasanya memantulkan optimisme kini terasa memenjarakan, seolah ikut menyerap energi gelap yang melingkupi ruangan.Berita tentang dugaan pelecehan yang melibatkan Raka dan Nadia telah menyebar luas, membawa perusahaan ke ambang kehancuran. Saham perusahaan anjlok drastis dalam semalam, meninggalkan kekosongan kepercayaan di kalangan investor.“Pak Raka, ini tidak bisa dibiarkan seperti ini!” seru salah satu pemegang saham senior sambil mengetukkan pena ke meja dengan nada frustrasi. “Perusahaan kita kehilangan nilai jutaan rupiah setiap jamnya. Kami butuh kepastian. Apakah Anda sanggup menyelesaikan masalah ini atau tidak?”Raka duduk di ujung meja, mencoba menahan emosi. Matanya terlihat lelah, tetapi sorot keyakinan masih ada di sana. Ia mengenakan setelan abu-abu yang biasanya memancarkan kharis
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

84 AMBANG KEHANCURAN

"Raka, sampai kapan kamu akan terus menyangkal?" suara keras Bu Rini memecah keheningan di ruang keluarga. Mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca, tetapi sorotannya penuh kemarahan. "Perusahaan keluarga kita sudah hancur, dan sekarang Papa kamu terbaring di rumah sakit karena ulahmu!"Raka menundukkan kepala, kedua tangannya terkepal di atas meja. Ia tidak bisa membantah ibu tirinya, tetapi di dalam hati, ia tahu bahwa semua ini bukan sepenuhnya kesalahannya. "Bu, aku sedang berusaha menyelesaikan semuanya. Tolong beri aku waktu," ujarnya dengan suara serak."Waktu? Waktu apa lagi yang kamu butuhkan? Kalau kamu benar-benar peduli pada keluarga ini, kamu akan menikahi Nadia dan mengakhiri semua masalah ini!" desak Bu Rini dengan nada penuh tekanan, menatap Raka seolah ingin menelanjangi setiap argumen yang mungkin keluar darinya.Sarah yang mendengar percakapan itu dari dapur tidak tahan lagi. Ia melangkah masuk ke ruang tamu dengan wajah tegang. "Bu, tidak bisakah kita mencari solusi
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

85. AYO KITA MENIKAH

Raka duduk di ruang pertemuan besar yang dingin, menghadap seorang pria dengan rambut yang mulai memutih namun tetap terlihat tegas dan berwibawa. Di hadapan mereka, tumpukan dokumen berisi laporan keuangan perusahaan yang sudah hampir hancur tergeletak. Raka mencoba menahan napas, mendengarkan dengan seksama setiap kata yang keluar dari mulut pria itu."Raka," suara berat pria itu memecah keheningan, "saya sudah melakukan yang terbaik untuk membantu perusahaan ini. Tapi lihatlah angka-angka ini, semuanya menunjukkan ke arah yang sama. Perusahaan ini sudah nyaris bangkrut."Raka mengepalkan tangannya di bawah meja, berusaha meredam amarah dan rasa frustasi yang memuncak. "Saya tahu kondisi ini buruk, Pak. Tapi saya yakin masih ada jalan keluar. Kita hanya perlu waktu lebih banyak untuk menarik investor baru dan—"Lawan bicaranya itu mengangkat tangan, menghentikan kalimat Raka. "Waktu? Kita tidak punya waktu lagi, Raka. Saham perusahaanmu sudah jatuh ke titik terendah, dan aku harus j
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

86. AKU JUGA SAKIT, MAS

“Kamu gila ya?" Raka yang semula duduk kini sudah bangkit sembari menatap tajam ke arah Nadia. "Aku enggak akan pisah dari Sarah.""Kata siapa kita pisah, Mas?" ucap Sarah dengan nada lembut namun penuh ketegasan. Ia berdiri di belakang Raka, tatapannya penuh keyakinan."Cukup jadikan aku istri kedua," suara Nadia terdengar tegas namun tetap tenang.Kalimat itu seperti ledakan di dalam kepala Raka. Ia menggeleng cepat, ekspresinya penuh dengan ketidakpercayaan."Ini ide gila. Enggak!" tolak Raka mentah-mentah. Nadanya tak menyisakan ruang untuk kompromi."Mas?" Sarah memanggil lembut, mencoba menenangkan Raka.Namun, Raka langsung memotong, "Aku enggak mau, Sarah. Jangan paksa aku," tegasnya. Ia langsung meninggalkan ruang tamu dengan langkah cepat. Suara pintu yang dibanting keras menggema di seluruh rumah.Nadia menunduk, merasa bahwa kehadirannya mungkin membawa lebih banyak kerumitan daripada solusi. Sarah menatapnya dengan
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

87. TIDAK ADA LAGI RUANG UNTUKMU

Pagi ini matahari bersinar dengan cerah. Namun, keadaan sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh Sarah dan Raka sekarang. Keduanya makan dalam diam dengan pikiran yang penuh di dalam kepala."Kamu enggak ke kampus?" tanya Raka memecah keheningan yang tericipta di antara mereka. Matanya melihat sang istri masih belum juga bersiap-siap."Aku berangkat jam sepuluh. Masih lama. Mas duluan aja nemuin Mbak Nadia," jawab Sarah, berusaha terdengar biasa saja meskipun hatinya terasa berat.Raka memandang Sarah dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Sayang?"Sarah mencoba tersenyum, meski senyumnya tidak mencapai matanya. "Aku enggak apa-apa, Mas. Aku mau beresin rumah dulu. Ntar siang kita ketemu di rumah sakit aja ya."Setelah berkata demikian, Sarah bangkit lalu berjalan menuju dapur. Ia menyibukkan diri dengan mencuci piring, namun pikirannya melayang ke percakapan tadi malam. Hatinya terasa semakin berat. Ia tahu bahwa keputusan yang mer
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

88. KEPUTUSAN YANG BERAT

“Aku senang dengarnya, Mas."Sarah berkata sambil mengulum senyum. Namun, Raka tahu bahwa istrinya itu hanya bersandiwara. Senyumnya tampak manis, tetapi matanya tidak bisa menyembunyikan kesakitan yang mendalam.Raka menghela napas panjang. Ia tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya, ia melangkah mendekati Sarah dan memeluknya erat. "Aku tahu ini berat untukmu, Sayang," bisiknya. "Tapi aku terpaksa mengambil keputusan ini demi menyelamatkan perusahaan dan keluarga kita. Aku sangat mencintaimu, Sarah. Jangan pernah ragukan itu."Pelukan itu seolah menjadi tameng terakhir yang ia miliki untuk melindungi perasaan Sarah. Tapi istrinya tersebut hanya berdiri kaku di pelukannya, tidak membalas sama sekali. Di dalam hatinya, ia merasa dihantam badai. Kata-kata Raka tidak mampu mengobati luka yang ia rasakan.Setelah beberapa saat, Sarah perlahan melepaskan diri dari pelukan Raka. "Aku akan mencoba menerima, Mas," katanya pelan. "Asalkan kamu bahagia dan semua ini memang demi kebaikan bersama
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

89. KEMARAHAN RAFLY

Sarah duduk di bangku taman kampus, memandangi deretan pepohonan yang bergoyang lembut tertiup angin. Buku catatan skripsi tergeletak di pangkuannya, tetapi pikirannya melayang jauh. Ia tidak menyangka bahwa pernikahannya yang dulu terasa seperti dongeng kini berubah menjadi mimpi buruk. Poligami? Kata itu terus terngiang di telinganya, membuat dadanya sesak."Ra, kamu baik-baik saja?" suara Dini membuyarkan lamunannya. Sahabatnya itu datang bersama Lira, membawa sebotol air mineral dan sekotak camilan. Wajah mereka penuh kekhawatiran.Sarah tersenyum tipis. "Aku baik-baik aja kok," jawabnya singkat, meski suaranya terdengar jauh dari meyakinkan."Jangan bohong! Kami tahu kamu sedang banyak pikiran," timpal Lira seraya duduk di sampingnya. "Apa benar yang kami dengar? Soal... Pak Raka yang mau nikah sama Bu Nadia?"Sarah hanya diam. Ia menunduk, menggenggam erat buku catatannya seolah itu bisa memberinya kekuatan. Dini dan Lira saling pandang, tetapi memi
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

90. AKU ...BAIK-BAIK SAJA

"Kenapa Mas diem aja? Kenapa Mas nggak melawan?" tanya Sarah bertubi-tubi.Namun, Raka hanya diam dan pasrah menerima perawatan luka yang diberikan oleh Sarah. Pria itu tahu bahwa dia pantas mendapatkan serangan dari Rafly."Mas??" gumam Sarah lagi setelah mengakhiri pengobatannya.Raka akhirnya menjawab, "Rafly benar. Seharusnya aku nggak menghadirkan luka baru di pernikahan kita.""Nggak usah dengerin Rafly ya. Dia nggak ngerti keadaannya gimana," balas Sarah, mencoba menenangkan meskipun hatinya sendiri terasa perih.
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status