Home / Rumah Tangga / Setelah Istriku Memilih Pergi / Kabanata 101 - Kabanata 110

Lahat ng Kabanata ng Setelah Istriku Memilih Pergi: Kabanata 101 - Kabanata 110

175 Kabanata

101. RAKA KECELAKAAN

Malam telah larut ketika Raka menyusuri jalan yang gelap dengan pikiran yang dipenuhi kekhawatiran. Jam di dashboard mobil menunjukkan pukul sebelas lewat lima belas menit. Jalanan yang lengang membuat setiap detik terasa semakin panjang. Ia melirik ponselnya yang tergeletak di kursi penumpang. Beberapa notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab dari Sarah tertera di layar. Raka mendesah, merasa bersalah namun enggan memberitahu istrinya tentang apa yang sebenarnya terjadi saat ini.Namun, perasaan itu perlahan berubah menjadi ketegangan saat ia menyadari bahwa sebuah motor telah mengikutinya sejak beberapa kilometer yang lalu. Lampu depannya menyorot tajam ke arah mobil Raka, menciptakan bayangan mengintimidasi di spion tengah. Motor itu tidak pernah mendahuluinya, hanya tetap menjaga jarak, seolah menunggu saat yang tepat.“Mau apa dia?” gumam Raka, tangannya mencengkeram erat setir. Ia mencoba mempercepat laju mobil, berharap motor tersebut akan menyera
last updateHuling Na-update : 2024-12-25
Magbasa pa

102. SEMUA SUDAH HILANG

Bunyi langkah kaki terdengar tergesa di sepanjang lorong sempit. Pria itu tampak panik, sesekali mengusap keringat di pelipisnya meski udara malam cukup dingin.“Bodoh!” Suara berat di seberang sana menyentaknya.Pria itu menelan ludah, napasnya memburu. “Maaf, Pak. Ini terjadi diluar yang saya perkirakan. Saya tidak punya waktu cukup.”Hening di seberang. Ketegangan merayap, membuat keringat di punggungnya makin dingin. Akhirnya suara itu kembali, lebih tenang, tapi tidak kalah mengintimidasi. “Dengar, aku tidak peduli apa alasanmu. Langkah selanjutnya harus sempurna. Mengerti?”Pria itu mengangguk, meskipun tahu orang di seberang tidak bisa melihatnya. “Iya, Pak. Saya akan segera menyelesaikannya.”Telepon ditutup, meninggalkan dengungan samar. Ia menatap ponselnya dengan cemas sebelum memasukkannya kembali ke dalam saku. Napasnya berat, tapi tidak ada waktu untuk ragu. Langkahnya kembali cepat, menghilang di dalam bayangan malam.Semenatara kini Raka yang sudah tiba membuka pintu
last updateHuling Na-update : 2024-12-26
Magbasa pa

103. KARENA AKU CEMBURU

“Istri Anda sedang kesakitan, Pak.”Suara Rafly terdengar lantang, memecah keheningan yang sebelumnya begitu tegang. Kata-katanya bagaikan petir di telinga Raka, membuatnya tersadar akan tindakannya.Refleks, tangan Raka terlepas dari lengan Sarah, seolah terbakar oleh kesalahan yang baru saja ia perbuat. Tatapan Sarah meringis kesakitan, memandang Raka dengan campuran rasa takut dan iba.“Maaf,” ucap Raka pelan, suaranya nyaris berbisik. Wajahnya tampak rapuh, penuh penyesalan yang mencuat jelas dari sorot matanya. Sarah mengangguk pelan, mencoba mengendalikan rasa perih di lengan.“Raf, tolong bilang ke Dini kalau aku keluar sama Mas Raka ya,” kata Sarah, berusaha tersenyum lembut meski hatinya sedang porak-poranda. Ia berbisik kepada suaminya, “Sebentar ya, Mas. Aku ambil tas dulu.”Kini, hanya Raka dan Rafly yang berdiri di teras rumah itu. Keheningan menggantung di antara mereka seperti awan gelap yang penuh muatan listrik. Rafly menatap Raka, matanya berbinar dengan campuran ama
last updateHuling Na-update : 2024-12-26
Magbasa pa

104. KABAR TENTANG NADIA

Jam sudah menunjukkan waktu dini hari. Namun, Raka masih duduk di ruangan khusus yang ada di salah satu kafe kota Jakarta. Pikirannya kusut, tetapi tidak ada waktu untuk tenggelam dalam keputusasaan.Malam ini, ia menunggu laporan dari orang kepercayaannya, seseorang yang selalu bisa diandalkan untuk mendapatkan informasi.Ketukan pelan di pintu memecah keheningan. Raka mengangkat kepala, matanya merah karena kurang tidur. “Masuk,” ujarnya dengan suara parau.Seorang pria berjas hitam melangkah masuk, ekspresinya serius. “Pak Raka, saya sudah mendapatkan informasi tentang kejadian kemarin malam.”Raka memutar kursinya, menghadapkan tubuhnya sepenuhnya kepada pria itu. “Katakan,” desaknya.Pria itu menarik napas panjang sebelum berbicara. “Orang yang mencelakai Anda bukanlah pelaku acak. Mereka adalah suruhan Pak Hendro.”Raka membeku. Nama itu bergaung di kepalanya seperti pukulan keras. “Hendro?” ulangnya, nyaris tak percaya. “Dia tidak cukup puas menghancurkan perusahaanku sampai-sa
last updateHuling Na-update : 2024-12-26
Magbasa pa

105. SEMUA KARENA AKU

“Nadia meninggal.”Raka kembali mengulang kalimat itu, seakan tak percaya pada kenyataan pahit yang baru saja menimpanya. Ia memeluk Sarah erat, kedua bahunya terguncang sesenggukan. Air matanya mengalir deras, tak mampu lagi ia menahan rasa bersalah yang membuncah di dalam dada.“Dia bunuh diri, gara-gara aku,” isaknya pelan, suara itu begitu rapuh, seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri. “Semua karena aku, Sarah.”Sarah tetap diam, tak berkata apa pun. Pelukan itu terlepas perlahan. Kini matanya memandang Raka dengan nanar, tak tahu harus berkata apa untuk menenangkan sang suami.Sementara itu, Dini dan Lira yang ikut mendengar berita mengejutkan itu hanya berdiri diam di tempat, tak mampu berkata apa-apa.“Ara, Pak Raka. Mendingan kita pergi dari sini aja ya. Enggak enak kalau sampai ada yang lihat,” ujar Dini akhirnya, suaranya bergetar. Lira pun mengangguk pelan, mendukung saran Dini.Mereka berdua mengantar Raka dan Sarah menuju mobil. Suasana terasa begitu hening, bahkan
last updateHuling Na-update : 2024-12-27
Magbasa pa

106. RAKA DIINTEROGASI POLISI

Sarah menemani Raka menuju kantor polisi, suasana di dalam mobil terasa begitu tegang. Raka menggenggam kemudi dengan erat, sementara Sarah duduk di sebelahnya, diam namun penuh kekhawatiran.Heningnya perjalanan hanya diiringi oleh desau angin dari luar jendela yang sedikit terbuka. Sesekali, Sarah melirik Raka, ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya memilih bungkam. Ia tahu, kondisi suaminya sedang sangat rapuh.Sesampainya di kantor polisi, mereka langsung diarahkan menuju ruangan kecil dengan dinding putih polos. Udara di dalam terasa dingin menusuk, bercampur bau khas berkas-berkas kertas yang menumpuk di sudut ruangan. Raka duduk di kursi kayu, sementara seorang petugas berpakaian seragam duduk di depannya, siap mencatat setiap jawaban yang akan keluar dari mulutnya.“Pak Raka, kami harap Anda bisa menjawab beberapa pertanyaan dengan jujur. Ini penting untuk kelancaran penyelidikan kasus Ibu Nadia,” ujar petugas dengan nada tegas namun sopan.Raka mengangguk pelan. Sarah duduk
last updateHuling Na-update : 2024-12-27
Magbasa pa

107. COBAAN BELUM USAI

Raka berdiri tegap di depan ruang IGD, tubuhnya kaku seperti tiang yang tertancap kokoh namun rapuh di dalam. Kalimat ancamannya tadi masih menggema di benak semua yang hadir di situ.“Kalau sampai Sarah kenapa-napa, Ibu yang akan kumasukkan ke dalam penjara!” katanya dengan suara lantang, penuh emosi yang tak terbendung.Pak Herman hanya menghela napas berat. Wajahnya tampak lelah, lebih dari sekadar kelelahan fisik. Sementara itu, Bu Rini terlihat cemas, matanya bergerak gelisah dari Raka ke pintu ruang IGD yang tertutup rapat.“Maafin Ibu, Raka. Ibu enggak tahu kalau istri kamu hamil,” ucap Bu Rini akhirnya, suaranya pelan namun terdengar jelas di keheningan lorong rumah sakit.Raka berbalik tajam menatap ibu tirinya. Tatapannya dipenuhi amarah yang ia coba tekan.“Kalaupun dia enggak hamil, apa pantas kamu memperlakukannya begitu?” Pak Herman akhirnya membuka suara. Nadanya rendah, namun mengandung ketegasan seorang ayah yang tak ingin melihat keluarganya hancur.Pembicaraan itu t
last updateHuling Na-update : 2024-12-28
Magbasa pa

108. DUA PRIA YANG MENCINTAI SARAH

“Bagaimana Anda melindungi Ara kalau menjaga diri sendiri saja tidak becus?"Itulah yang dikatakan oleh Rafly barusan. Saat ini dia dan Raka sedang duduk di kantin rumah sakit, sedangkan Sarah sudah dipindahkan ke ruangan rawat inap ditemani oleh Dini dan Lira.Raka masih bergeming dengan tangan yang memegang kepalanya dengan erat. Kalimat Rafly barusan benar-benar berhasil menyentil hatinya."Ara sudah cukup menderita dari kecil. Yatim piatu pula usai Anda menghilangkan nyawa ayahnya. Bahkan setelah menikah pun hidupnya tidak juga berubah," kata Rafly yang kemudian menghela napas pelan. "Seandainya aku tidak mengikuti pertukaran pelajar ke Singapura, mungkin sekarang kami sudah bersama. Sayangnya takdir tidak berpihak padaku.""Apa kau ingin merebut Sarah dariku?" tanya Raka kemudian. Perasaannya campur aduk. Namun, Rafly menggeleng pelan."Ara sudah berkali-kali bilang padaku kalau dia mencintai Anda. Apa Anda tahu betapa sulitnya mendengar itu? Tapi aku tahu, dia memilihmu. Karena
last updateHuling Na-update : 2024-12-28
Magbasa pa

109. SEMUA ADA MASANYA

"Cinta tidak bisa dipaksakan. Aku harap setelah ini Rafly bisa bertemu dengan perempuan yang tepat dan juga punya perasaan yang sama ya, Mas," isak Sarah di dalam pelukan Raka."Iya, Sayang. Dia udah banyak berkorban untuk kita," kata Raka kemudian.Dua bulan sudah berlalu. Kini perusahaan Raka yang kolaps sudah berangsur membaik. Tentulah karena campur tangan Rafly. Meskipun rumor seputar kematian Nadia masih menghantui pemberitaan di media sosial, tetapi Raka mulai bersikap acuh tak acuh. Dia semakin menegakkan kepala saat ada investor yang mulai melirik perusahaannya."Gimana, Dok?" tanya Raka dengan nada tak sabaran."Alhamdulillah, Pak. Janinnya sehat. Sekarang usia kehamilan Bu Sarah sudah masuk 18 minggu," jawab dokter perempuan berkaca mata tebal itu sambil tersenyum hangat.Penjelasan barusan masih saja membuat Raka tak puas. "Beneran, Dok baik-baik saja?" tanyanya lagi.Dokter itu mengangguk mantap. "Iya, Pak. Memangnya apa yang sedang Bapak khawatirkan?""Tadi, itu kami …"
last updateHuling Na-update : 2024-12-28
Magbasa pa

110. TAWARAN DARI JENO

Sarah tak bisa mendengar suara dari seberang sana karena ponselnya langsung direbut oleh Raka. Suaminya itu mendengus pelan sebelum akhirnya berbicara dengan nada yang tak bersahabat.“Ini sudah malam. Tolong jangan menganggu istri orang.”TUUT… Panggilan tadi terputus begitu saja. Kini menyisakan suasana yang hening di ruangan kerja Raka itu.“Mas, kamu kenapa sih?” tanya Sarah yang tampak kebingungan.“Kamu yang kenapa?” ujar Raka balik bertanya. “Lihat, sekarang sudah jam sembilan malam. Seharusnya kamu enggak usah angkat telepon dari Jeno.” Sadar bahwa sang suami sepertinya sedang marah bercampur cemburu, Sarah pun mengangguk maklum. Dia tersenyum tipis lalu memeluknya dengan erat.“Ya udah, maaf ya,” kata Sarah akhirnya. “Kita boleh ke kamar sekarang? Aku ngantuk.” Suaranya berubah manja.Raka mengangguk singkat lantas merengkuh pinggang Sarah dengan posesif. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam seolah ada alarm yang mulai berdering. Terlebih me
last updateHuling Na-update : 2024-12-29
Magbasa pa
PREV
1
...
910111213
...
18
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status