Home / Rumah Tangga / Setelah Istriku Memilih Pergi / Kabanata 111 - Kabanata 120

Lahat ng Kabanata ng Setelah Istriku Memilih Pergi: Kabanata 111 - Kabanata 120

175 Kabanata

111. SARAH BUKAN BONEKA

“Aku hanya ingin Sarah mengerti, Pa. Semua kebutuhannya sudah aku penuhi. Dia mau apa lagi di luar?"Raka bersandar di sofa ruang kerja, menghela napas berat. Wajahnya terlihat letih dan kesal.Pak Herman, pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih itu, mengangguk pelan. "Sarah bukan boneka, Ka. Dia perlu ruang untuk dirinya sendiri. Kalau terus-terusan begini, dia akan merasa terkurung."Raka memandang papanya dengan sorot tidak setuju. "Pa, masalahnya bukan cuma soal dia mau kerja. Yang menawarkan pekerjaan itu adalah Jeno. Aku nggak suka, Pa. Aku nggak percaya sama dia."Pak Herman menghela napas panjang. "Tapi, apa kamu yakin cara kamu melarang-larang itu bisa menyelesaikan masalah? Kamu itu suaminya, Ka, bukan penjaganya. Kalau kamu terus memaksakan kehendakmu, Sarah malah akan merasa jauh darimu."Obrolan panjang itu tidak serta-merta membuat Raka menerima sudut pandang papanya\a. Namun, kata-kata barusan terus terngiang di kepala. Malam itu, Raka kembali merenung di kamar
last updateHuling Na-update : 2024-12-29
Magbasa pa

112. IZIN DARI RAKA

Pagi itu, suasana di rumah Raka dan Sarah terasa hening, namun ada ketegangan yang sulit diabaikan. Dapur yang biasanya penuh dengan aroma kopi dan sarapan kini berubah. Pak Herman duduk di ruang tengah, membaca koran, tetapi matanya hanya terpaku pada satu titik, menunjukkan bahwa pikirannya sedang melayang entah ke mana.Di dapur, Sarah mencoba menyibukkan dirinya dengan menyiapkan sarapan. Namun, tangannya gemetar saat memotong roti. Ia tahu bahwa hubungan dengan Raka kini di ujung tanduk, dan semua yang terjadi kemarin membuatnya semakin tertekan. Sementara itu, Bu Rini mondar-mandir di ruang tengah sambil menggerutu keras.“Mas, aku sudah bilang, perempuan seperti Sarah itu nggak bisa dipercaya!” serunya sambil menatap tajam ke arah Pak Herman yang tetap diam.Pak Herman mendesah pelan, meletakkan korannya, lalu menatap sang istri. “Rini, cukup. Kamu tahu sendiri itu cuma salah paham. Kenapa harus memperbesar masalah?”“Salah paham, katamu? Aku ini nggak bodoh, Mas! Kamu lupa, ya
last updateHuling Na-update : 2024-12-30
Magbasa pa

113. JANGAN SEMBUNYIKAN APAPUN

Keesokan paginya, Sarah bangun dengan perasaan campur aduk. Ia melihat Raka yang masih tertidur di sampingnya. Wajah suaminya tampak lelah, seolah dibebani oleh banyak hal. Sarah ingin menyentuh pipi Raka, membangunkannya dengan lembut, tetapi keraguan menghentikan gerakannya.Sarah pun memilih untuk bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan seperti biasa. Di dapur, ia menyeduh kopi untuk Raka dan Pak Herman. Namun, saat ia hendak menyiapkan teh untuk Bu Rini, langkahnya terhenti. Ia mengingat sindiran pedas dari mertuanya kemarin. Sarah menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya.Saat ia menuangkan air panas ke dalam cangkir, suara langkah kaki terdengar mendekat. Raka muncul di pintu dapur, rambutnya masih berantakan, tetapi matanya sudah menatap tajam.“Pagi, Mas,” sapa Sarah dengan senyum kecil.Raka hanya mengangguk. “Aku ada rapat pagi ini. Nggak usah tunggu aku pulang sore nanti. Mungkin aku lembur.”Sarah mengangguk pelan, meskipun hatinya terasa perih. “Baik, Mas. Aku ak
last updateHuling Na-update : 2024-12-30
Magbasa pa

114. KEDATANGAN PENGHUNI BARU

"Ibu 'kan sudah bilang kalau Ratna bakalan tinggal di sini. Kamu lupa ya?" Bu Rini menatap Raka dan Sarah dengan gaya angkuhnya. Matanya menyapu mereka seperti seorang hakim yang siap memberi vonis. "Lagian kan bagus, Ibu jadi ada temannya. Sarah sudah kerja, jadi gak bakalan ada yang bantu Ibu beres-beresin rumah lagi," tambahnya, suaranya lebih menyerupai perintah daripada sekadar alasan.Raka diam, matanya melirik Sarah yang juga tampak bingung. Keadaan rumah semakin kacau walaupun orang-orang di dalamnya tampak diam dan tak banyak cakap.Sementara Ratna yang baru saja tiba dari kampung bersama dua koper besar yang sekarang tergeletak di ruang tamu. Gadis itu hanya berdiri, tampak canggung namun dengan senyum kecil yang tidak hilang dari wajahnya.Raka memandang adik tirinya itu. Wajah Ratna tampak polos, namun ada rasa tidak nyaman di sorot matanya. Dia tahu gadis itu mungkin merasa tidak sepenuhnya diterima di sini. Sebuah situasi yang sulit diabaikan. "Ya sudah, kita atur nanti.
last updateHuling Na-update : 2024-12-31
Magbasa pa

115. TETAP BERTAHAN?

Malam itu akhirnya Raka dan Sarah sepakat untuk tetap bertahan tingga di rumah. berharap ke depan nanti tidak akan ada masalah yang menimpa mereka."Mas, kita berangkat yuk," ucap Sarah sambil melirik Raka yang sedang membaca koran di ruang tamu. Namun, sebelum ia sempat melangkah keluar, Bu Rini memanggilnya dengan nada tinggi."Sarah! Malam ini jangan lembur lagi. Ibu capek harus nyiapin makan malam sendirian. Ratna lagi banyak tugas jadinya enggak bisa diganggu," katanya, membuat suasana pagi itu langsung berubah tegang. “Kamu juga, Raka. Jangan lupa jemput Ratna ya. Tadi pagi dia sudah belain berangkat sendirian.”Sarah hanya bisa mengangguk kecil. Ia tahu membantah tidak akan menyelesaikan masalah. Sementara Raka yang mendengar itu hanya menghela napas panjang. "Iya, Bu," katanya mencoba meredakan ketegangan.Namun, saat siang hari tiba, situasi di kantor semakin sulit bagi Sarah. Jeno memanggilnya ke ruangannya untuk membahas laporan yang baru saja ia kerjakan."Sar
last updateHuling Na-update : 2025-01-02
Magbasa pa

106. PERGI SENDIRI ATAU ...

"Minggu ini aku dan Sarah akan pindah ke apartemen yang dekat dari kantor. Kehamilan Sarah makin besar, jadi aku ingin menjaganya," kata Raka saat sarapan di ruang makan. Suaranya tegas, tetapi tetap tenang. Namun, pernyataan itu langsung memicu reaksi keras dari Bu Rini."Kalian apa-apaan sih? Kamu lagi, Raka. Istri jangan dimanjain. Nanti lahirannya susah," ucap Bu Rini dengan nada tinggi, membuat suasana ruang makan mendadak tegang.Raka menatap ibu tirinya itu dengan tatapan jengah. "Aku hanya mau yang terbaik untuk Sarah, Bu. Aku suaminya. Lagian, apa yang buat Ibu kepikiran? Pilih saja ART dan untuk masalah Ratna gampang. Belikan dia motor atau mobil."Ucapan Raka membuat Bu Rini terdiam sejenak. Dia tampak mencari-cari argumen untuk membantah, tetapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Pak Herman yang duduk di ujung meja hanya geleng-geleng kepala."Aku sudah pernah usulkan itu, kamu saja yang keras kepala," ucap Pak Herman dengan nada datar, teta
last updateHuling Na-update : 2025-01-02
Magbasa pa

117. EMOSI RAKA

Diamnya sang istri membuat Raka menghentikan langkah sejenak. Otaknya tak perlu lama untuk berpikir siapa sang pemilik suara barusan. Kenangan masa lalu yang berkesan jelas tak membuat suami Sarah itu lupa dengan mudah.Raka kemudian mempercepat langkahnya hingga bisa melihat langsung Sarah yang masih mengupingi gawainya. Perempuan berkerudung hijau daun itu menatapnya lembut, tetapi ia malah berbanding terbalik. Terlebih melihat sosok yang sudah ada di depan mata sekarang."Jangan salah paham. Aku hanya ingin memastikan Sarah datang ke sini dengan selamat," kata Jeno sambil tersenyum tipis. Dia kemudian melirik Sarah lalu berkata, "Kalau begitu saya permisi ya."Sarah mengangguk kaku. "Terima kasih, Pak."Jeno bergumam pelan dengan kedua tangan yang masih tersimpan di dalam saku celana. Pria itu lantas segera pamit undur diri kepada mereka. Suasana pun berubah menjadi menegangkan. Sebelum Sarah berbicara, namanya dipanggil oleh seorang perawat."Ibu Sarah Aulia, silakan masuk," kata
last updateHuling Na-update : 2025-01-03
Magbasa pa

118. PAGI YANG MANIS

"Mas, emangnya bisa masak?"Sarah bertanya dengan nada meragukan. Dia tergelak begitu melihat Raka yang sudah mengikat tali apron di pinggang mengangguk mantap."Kenapa nanya lagi sih, Sayang? Waktu di kontrakan kamu itu ‘kan aku pernah masak. Lupa ya?" gumam Raka yang kini menatapnya dengan penuh cinta. Sarah tertawa kecil lalu mengangguk pelan. "Pokoknya kamu diam dan habisin susunya aja ya.""Oke, Papa," kata Sarah, seolah mewakili sang anak yang berada di perutnya itu.Mendengar panggila barusan, Raka menaikkan satu alisnya lalu terkekeh pelan. Tanpa banyak bicara lagi, ia mulai melakukan persiapan alat dan bahan memasak. Dengan gerakan yang terampil, ia memecahkan telur, mencampurnya dengan bumbu, dan memotong brokoli. Aroma harum mulai mengisi dapur kecil mereka, membuat Sarah yang duduk di kursi makan memandanginya dengan tatapan penuh rasa kagum.Dalam waktu dua puluh menit, menu omelet dan tumis brokoli sudah terhidang di meja. Merek
last updateHuling Na-update : 2025-01-03
Magbasa pa

119. OCEHAN BU RINI

Kalau saja tidak ada Raka, pastilah Bu Rini akan memaki Sarah habis-habisan. Melihat sang menantu berbaring dengan kondisi yang tampak kesenangan membuat hatinya memanas.Bu Rini hanya bisa mengumpat di dalam hati. Sekarang yang bisa ia lakukan hanya berdecak kesal lalu berbalik badan tanpa berkata apa-apa lagi. Setelah kepergiannya, Raka mengembuskan napas kasar lalu menutup pintu dengan cepat. Dirinya kembali bergabung bersama Sarah di bawah selimut.“Tiduran lagi yuk?” ajak Raka sambil menarik Sarah kembali ke pelukannya. Menganggap bahwa kejadian barusan hanyalah iklan semata dan tak perlu diambil pusing.“Mas?” rengek Sarah manja, mencoba melawan, tetapi pertahanannya runtuh karena sang suami sudah mengendusi leher jenjangnya. “Ibu pasti marah deh,” tambahnya lagi dengan nada cemas.“Biarin,” ucap Raka enteng. “Dia harus sadar bahwa besok kita akan pindah. Jadi harus bisa ngatur rumah sendiri. Lagian siapa suruh tidak mempekerjakan ART?”“Ibu trauma, Mas.”Mendengar penuturan ist
last updateHuling Na-update : 2025-01-04
Magbasa pa

120. HANYA KITA BERDUA

“Iya. Ini ‘kan ikan gurame asem manis. Ada nenasnya loh. Orang hamil enggak boleh makan,” kata Bu Rini dengan gaya mencibirnya yang khas. “Terus itu sate ayamnya juga jangan. Bahaya untuk orang hamil. Harusnya kamu tahu dong. Enggak peka ya jadi calon ibu.”Sarah mengangguk pelan. Matanya menatap seluruh menu yang tersaji. Hanya ada telur mata sapi yang bisa dimakan. Perasaan Sarah campur aduk, tetapi ia berusaha tetap tenang di hadapan Bu Rini.Namun, Raka yang sudah kesal dengan keadaan itu lantas berkata, “Ibu sengaja ya biar istriku enggak bisa makan ini semua, hah??”“Jangan nuduh sembarangan kamu, Ka!” sergah Bu Rini tak terima. Matanya melotot tajam, tetapi Raka tak memperdulikannya.“Ini ruang makan. Tolong jangan ada keributan,” Pak Herman pun menengahi dengan suara rendah, mencoba mencairkan suasana yang memanas.Sayangnya Raka tidak bisa menahan emosinya lagi. “Tolon
last updateHuling Na-update : 2025-01-04
Magbasa pa
PREV
1
...
1011121314
...
18
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status