All Chapters of Setelah Istriku Memilih Pergi: Chapter 131 - Chapter 140

175 Chapters

131. GERAK-GERIK JENO

Keesokan paginya, Jeno mulai mendekati Sarah dengan cara yang lebih halus dan terkesan alami. Saat sarapan bersama, ia mengambil inisiatif untuk membantu beberapa rekan kerja, termasuk Sarah, mengambil makanan.“Sarah, ini ada roti gandum sama selai kacang. Bagus untuk ibu hamil, banyak proteinnya,” ujarnya sambil menyerahkan piring kecil ke Sarah dengan senyuman ramah.Sarah tersenyum tipis. "Makasih, Pak. Tapi saya sudah ambil buah-buahan, cukup kok."“Oh, nggak apa-apa. Simpan saja untuk nanti kalau lapar lagi," balas Jeno santai sebelum kembali ke kursinya. Sepanjang sarapan, ia tampak biasa saja, tak menunjukkan perhatian berlebih, sehingga Sarah mulai merasa canggung yang ia rasakan sebelumnya mungkin hanya imajinasinya.Setelah sarapan, semua peserta bersiap untuk aktivitas trekking ringan di sekitar vila. Jeno memastikan semua orang siap sebelum mereka memulai perjalanan. Ketika grup mulai berjalan, ia tetap berada di barisan ten
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

132. BAHAN GOSIP

Bus yang mengantarkan Sarah akhirnya tiba. Di depan pintu gerbang apartemen, Raka sudah menantinya. Wajahnya terlihat letih, tetapi ia tetap berusaha menampilkan senyuman hangat untuk menyambut istrinya itu. Ketika Sarah turun dari bus, beberapa rekan kerjanya ikut melambaikan tangan dan bercanda.“Wah, Mbak Sarah sama Pak Jeno kompak banget ya, tinggal di kawasan yang sama! Pas banget nih, bisa sekalian bareng terus,” celetuk salah satu rekan kerja dengan nada menggoda.Sarah hanya tersenyum kaku, merasa risih dengan komentar itu. Jeno, yang turun tak lama setelahnya, tampak menanggapinya dengan santai. “Ah, kebetulan saja. Lagipula, Sarah butuh bantuan selama perjalanan, jadi wajar kalau saya sedikit perhatian,” ujarnya sambil tersenyum ke arah rombongan.Raka, yang mendengar percakapan itu, berusaha tetap tenang. Namun, matanya tak bisa menyembunyikan sedikit rasa cemburu yang mulai menyeruak. Ia menahan diri untuk tidak bereaksi berlebihan di depan orang-orang. Ketika Sarah mendek
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

133. KIRIMAN FOTO

Pagi itu, Raka memulai harinya dengan perasaan yang lebih baik setelah diskusi malam sebelumnya dengan Sarah. Ia merasa lega karena Sarah sudah berani berbicara dengan Jeno mengenai ketidaknyamanannya di kantor. Namun, semua keyakinannya itu hancur ketika sebuah pesan anonim masuk ke ponselnya saat ia sedang sibuk di kantor.Pesan itu berisi foto. Dalam gambar tersebut, terlihat Sarah dan Jeno sedang berbicara di sebuah sudut kantor. Jarak mereka memang cukup dekat, dan ekspresi Jeno tampak penuh perhatian, seolah-olah mereka sedang membahas sesuatu yang intim. Foto itu disertai pesan singkat: [Mungkin kamu perlu tahu apa yang terjadi di belakangmu.]Raka menatap layar ponselnya dengan alis mengerut. Tubuhnya langsung tegang. Ia mencoba mengabaikan rasa tidak nyaman yang mulai merayap, tapi pikirannya terus dihantui oleh gambar itu. Bagaimana bisa seseorang mendapatkan foto seperti ini? Dan kenapa orang itu mengirimkannya padanya?"Tidak mungkin Sarah m
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

134. SAKITNYA MASIH TERASA

“Papa di rumah saja. Biar aku yang ke sana."Raka bangkit dari duduknya, merapikan jaket, dan mempersiapkan diri untuk pergi. Ia menoleh ke arah Sarah yang masih duduk diam dengan mata sembap di meja makan. “Bu Rini dipanggil ke kantor polisi. Aku harus ke sana sekarang,” jelasnya singkat, sebelum melangkah keluar tanpa menunggu jawaban.Sepanjang perjalanan ke kantor polisi, pikiran Raka penuh dengan pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga ibu tirinya dipanggil oleh pihak berwajib? Sesampainya di sana, ia disambut oleh pengacara keluarga yang sudah menunggu di lobi. Wajah pria itu tampak serius.“Pak Raka, Bu Rini sedang diperiksa terkait kasus percobaan aborsi yang dilakukan beberapa minggu lalu. Sayangnya, bukti-bukti yang ada cukup kuat untuk menahannya,” kata pengacara itu dengan nada hati-hati.Dada Raka terasa sesak. Ia tahu hubungan Bu Rini dengan keluarganya, terutama ayahnya, selalu penuh intrik. Namun, men
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

135. CEMBURU TANDA TAK PERCAYA DIRI

Nama Jeno terpampang jelas di layar ponsel Sarah. Membuat sang empu itu enggan menjawab panggilan tersebut. Matanya kini melirik ke arah Raka yang sudah mengeraskan rahang.“Angkat saja,” ujar Raka dengan nada dingin.Tanpa mengatakan apa-apa, kini Sarah menggeser layar ponselnya lalu menempelkan benda pipih tersebut ke telinganya.“Halo, Pak,” suara Sarah terdengar bergetar.“Sarah, apa kabar? Saya ingin memastikan jadwal presentasi besok sudah siap. Kamu ada waktu untuk menambahkan materinya malam ini?” Jeno berbicara dengan nada formal.Sarah menelan ludah, melirik sekilas ke arah Raka yang kini menatapnya tajam. “Saya rasa semua sudah siap, Pak. Tapi, kalau perlu revisi, saya bisa cek ulang malam ini.”“Bagus. Setelah proyek ini selesai, kamu bisa mengajukan cuti. Saya tahu kamu pasti lelah dengan semua tanggung jawab ini.”“I-Iya, Pak. Terima kasih.”Percakapan mereka pun terputus. Sarah meletakkan ponsel dengan hati-hati di meja. Suasana di ruangan itu kembali tegang.“Cuti, ya?
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

136. TERAPI CINTA

"MAS!!"Sarah langsung memekik saat tubuhnya yang berisi itu sudah ditarik ke atas pangkuan sang suami."Kamu yang nantangin aku, sayang. Mana boleh menolak." Suara Raka terdengar berat lantaran kabut gairah yang sudah menguasai dirinya.Sarah tergelak lalu memiringkan sedikit tubuhnya agar bisa melihat tatapan lapar dari pria yang dicintainya itu. "Masih pagi, kita harus kerja. Aku—" Ucapan tadi terpotong begitu saja karena Raka sudah membungkamnya dengan kecupan manis yang penuh rindu.Sarah tak bisa berkutik saat dirinya dihujani tarian jemari dan rayuan maut Raka. Alhasil, ruangan dapur minimalis mereka menjadi saksi atas penyatuan cinta singkat itu."One more, baby," bisik Raka setelah mengambil jeda usai pertempuran singkat tadi. Sarah hanya mengangguk pasrah hingga permainan ronde kedua mereka usai. Kini keduanya mandi bersama dalam diam, saling memandang dengan wajah penuh senyum."Mas," rengek Sarah manja."Iya, sayang?" sahut Raka yang sudah menatapnya dengan penuh cinta.Al
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

137. DEMI PAPA

Malam itu, Raka dan Sarah tiba di rumah sakit dengan wajah tegang. Keduanya berjalan cepat menuju ruang ICU, tempat Pak Herman dirawat. Aroma khas rumah sakit dan suasana sunyi yang hanya sesekali dipecahkan oleh langkah kaki dokter serta suara mesin membuat suasana semakin mencekam.Di depan pintu ICU, seorang dokter dengan jas putih dan stetoskop melingkar di leher menghampiri mereka. "Anda keluarga dari Pak Herman?" tanyanya sambil melihat catatan di tangannya."Saya anaknya, Dok," jawab Raka dengan suara berat.Dokter itu menghela napas panjang sebelum berkata, "Kondisi beliau saat ini sangat kritis. Ada gangguan pada fungsi paru-paru yang menyebabkan sesak napas hebat. Kami sudah memberikan bantuan pernapasan, tetapi kami perlu melihat bagaimana respons tubuhnya dalam beberapa jam ke depan."Raka hanya bisa mengangguk, sementara Sarah menggenggam tangannya erat. Tatapan pria itu kosong, namun rasa khawatir terlihat jelas di wajahnya."Dok, apa ada yang bisa kami lakukan untuk mem
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

138. BERTAHAN YA, PA

Malam itu, Sarah dan Raka memutuskan untuk tetap di rumah sakit setelah mendengar kondisi Pak Herman yang kritis. Di ruang tunggu ICU yang sunyi, keduanya berdoa dengan penuh harap agar Pak Herman segera diberi kesembuhan.“Ya Allah, kami mohon lindungi Papa. Berikan kekuatan pada beliau untuk melawan sakitnya. Jangan biarkan kami kehilangan beliau,” Raka berdoa dengan mata terpejam dan suara lirih. Sementara itu, Sarah yang duduk di sampingnya memegang erat tangannya, matanya sembab karena tangis yang tertahan.“Mas, aku yakin Papa akan sembuh. Tuhan pasti mendengar doa kita,” bisik Sarah menenangkan suaminya.Raka mengangguk lemah. Tatapannya kosong mengarah ke lantai, pikirannya penuh dengan bayangan akan kemungkinan terburuk. Namun, ia mencoba menguatkan diri demi Sarah yang sedang mengandung anak pertama mereka.Tak lama kemudian, seorang perawat keluar dari ruang ICU. “Pak Raka, silakan masuk sebentar. Tapi mohon jangan
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

139. MASIH BELUM

“Sayang, kamu kenapa?"Raka bertanya dengan panik. Melihat sang istri yang kesakitan, dia langsung tahu bahwa kondisi tidak sedang baik-baik saja. "Suster, tolong istri saya!" pekiknya pada perawat yang berjaga di sana.Beruntung mereka berada di rumah sakit, jadilah Sarah bisa ditangani dengan segera. Kini Raka membersamai Sarah ke ruangan IGD. Tak lama kemudian seorang dokter datang.Dokter itu tersenyum begitu memeriksa kondisi Sarah. "Masih belum ya, Bu." Perempuan berkaca mata tersebut kemudian menjelaskan. "Yang tadi itu namanya kontraksi palsu. Biasa dialami saat kandungan sudah memasuki usia tujuh bulan."Barulah Sarah bernapas lega sekaligus terkikik sendiri. Wajahnya yang semula tegang mulai memancarkan rona malu. "Aduh, saya kira sudah waktunya melahirkan," katanya dengan suara kecil.Sementara itu, Raka mengangguk paham. Meski dadanya masih berdebar, ia merasa lega mendengar penjelasan sang dokter. Tak lupa ia berterima kasih dengan sopan.Namun, dokter tetap memberikan sa
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

140. KEMBALI PULANG

Ketukan di pintu terdengar untuk ketiga kalinya, kali ini lebih pelan, seolah orang di luar memberi tanda bahwa ia tidak bermaksud mengganggu. Raka dan Sarah saling berpandangan. Sarah mencoba membaca ekspresi suaminya, yang tampak tegang namun mencoba menyembunyikannya dengan helaan napas panjang."Biar aku yang buka," ujar Raka sambil berdiri. Ia melangkah ke arah pintu dengan hati-hati, memastikan Sarah tetap berada di belakangnya. Tangannya ragu-ragu menyentuh gagang pintu, sementara pikiran-pikirannya berlarian, menduga-duga siapa yang berdiri di balik pintu itu.Saat pintu terbuka, wajah ramah seorang pria paruh baya dengan seragam hotel menyambut mereka. "Selamat malam, Pak. Saya ingin memastikan Anda nyaman di sini. Barusan ada tamu lain yang menanyakan kamar di lantai ini. Apakah ada yang perlu dibantu?" tanyanya sopan.Raka menghela napas lega, sementara Sarah yang berdiri di belakangnya ikut tersenyum kecil. "Tidak, terima kasih. Kami baik-baik saja,"
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
18
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status