All Chapters of Setelah Istriku Memilih Pergi: Chapter 141 - Chapter 150

175 Chapters

141. PERMINTAAN SANG PAPA

"Mumpung Papa masih hidup. Apa kamu mau mengabulkan permintaan Papa?" tanya Pak Herman dengan hati-hati, memandang Raka dengan sorot mata yang penuh makna.Raka langsung mendekat, mengernyitkan dahi. "Aku akan usahakan, kenapa sih Papa ngomongnya begitu?" tanyanya dengan nada setengah cemas.Pak Herman tersenyum tipis, garis wajahnya menunjukkan kelelahan. "Namanya ajal, Ka. Siapa yang tahu, kan? Papa juga begini karena kena karma.""Pa?" Raka bertanya dengan bingung. "Maksud Papa apa?"Pak Herman menepuk bahu Raka pelan. "Sudahlah. Lupakan saja. Tapi sekarang, Papa ingin satu hal dulu." Ia menghela napas panjang, seolah mencari kekuatan untuk melanjutkan. "Kita buat acara tujuh bulanan untuk Sarah, ya?"Raka dan Sarah saling berpandangan. Wajah Sarah terlihat terkejut, namun matanya berkilat lembut. Raka akhirnya mengangguk. "Kalau itu yang Papa mau, kita akan lakukan," katanya mantap.Sarah tersenyum kecil, meskipun hatinya berdebar. "Terima kasih, Pa. Itu berarti banyak buat kami."
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

142. ACARA TUJUH BULANAN

Sarah berjalan setengah berlari untuk menghampiri perempuan itu. Lantas terisak begitu jarak mereka kini hanya tersisa setengah meter saja.“SURPRISE!!”Perempuan tadi merentangkan tangannya. Dalam sekejap, Sarah menghamburkan diri ke dekapannya meskipun perut buncitnya menjadi pengganjal di antara mereka.“Kenapa nggak ngabarin sih kalau mau ke sini?” isak Sarah kemudian.“Lira gitu loh. Aku senang banget lihat sahabat aku ini mewek hehe. Canda deh, Ra,” sahut Lira sambil tertawa kecil. Mereka pun terbahak bersama, mencairkan suasana penuh haru.“Sebentar, kita harus video call Dini!” Sarah mengeluarkan ponselnya dengan semangat, matanya berbinar seperti anak kecil yang menemukan mainan baru.Tak lama kemudian, wajah Dini muncul di layar. “Hei, kalian berdua kok kelihatan bahagia banget? Jadi iri nih!” Dini bercanda, suaranya yang riang menggema melalui speaker ponsel.&ldqu
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

143. TAMU DI HARI MINGGU

Minggu pagi di rumah Pak Herman dimulai dengan suasana santai. Matahari bersinar lembut melalui jendela besar ruang tamu, menyoroti dekorasi indah sisa acara tujuh bulanan Sarah kemarin.Raka sedang duduk di teras, membaca koran dengan segelas teh hangat di sampingnya, sementara Sarah membereskan beberapa dekorasi yang masih tersisa di dalam rumah.Ketika Sarah tengah mengelap meja, suara ketukan pintu yang tegas terdengar. Pak Herman, yang baru saja keluar dari kamarnya, segera berjalan menuju pintu.“Ada tamu, Pak,” lapor petugas keamanan yang sudah berdiri di hadapannya. Tak lama kemudian orang yang dimaksud pun muncul."Oh, Jeno! Masuk, masuk," sapa Pak Herman dengan ramah. Di depan berdiri seorang pria dengan jas mahal, membawa kotak kado besar yang dibungkus rapi dengan pita emas."Maaf, Om, saya nggak sempat hadir kemarin. Saya baru kembali dari luar kota," ujar Jeno sambil tersenyum sopan. Ia melirik ke arah Sarah yang baru saja keluar dari ruang tengah. "Selamat, Sarah. Semog
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

144. KENANGAN LAMA

"Kamu mulai lagi, Sarah."Suara Raka terdengar rendah, hampir seperti gumaman, tetapi cukup jelas untuk membuat Sarah menyadari ucapannya barusan. Tatapan tajam Raka menembus ruang di antara mereka."Maaf, Mas. Aku keceplosan," jawab Sarah sambil menunduk. Nada suaranya penuh penyesalan, tetapi tidak mampu meredam ketegangan yang menggantung di udara.Mereka sama-sama terdiam. Raka memilih mengalihkan pandangannya ke luar jendela, sementara Sarah kembali membereskan piring-piring di tangannya. Dalam hati, keduanya tahu bahwa ini bukan sekadar pertengkaran kecil. Topik tentang Jeno dan Nadia yang muncul di antara mereka adalah luka lama yang belum sembuh, tetapi terus saja disentuh.Sarah merasa dadanya sesak. Ia tahu Raka tidak sepenuhnya terbuka padanya soal masa lalunya dengan Nadia, tetapi setiap kali nama itu disebut, Raka berubah menjadi dingin.Sore harinya, Sarah memutuskan untuk keluar rumah. Ia bosan dengan suasana yang kian menekan. Dengan ditemani asisten rumah tangganya, B
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

145. AKU JUGA PUNYA HATI

Sarah masih memikirkan kotak hitam yang ditemukannya semalam. Bayangan wajah Nadia di foto-foto itu masih terbayang jelas di pikirannya. Surat dengan tulisan tangan Raka juga terus terngiang. "Nadia akan selalu ada di hati Raka. Forever." Kalimat itu seperti belati yang menusuk hatinya.Namun, Sarah memilih pura-pura tidak tahu. Saat Raka bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, ia tetap bersikap seperti biasa, bahkan menyelipkan senyuman kecil di tengah kegundahannya."Mas, nanti jangan lupa makan siang ya," ucap Sarah sambil menuangkan kopi ke cangkir Raka.Raka mengangguk sambil menyesap kopinya. "Kamu juga jaga kesehatan di rumah."Setelah Raka pergi, Sarah berdiri di depan pintu untuk memastikan mobil suaminya benar-benar meninggalkan halaman rumah. Begitu mobil menghilang di tikungan, Sarah langsung kembali ke kamar mereka dengan langkah cepat. Ia membuka laci lemari dan mengambil kotak hitam itu.Ia membawa semuanya menuju gudang kecil di belakang rumah, tempat mereka biasa meny
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

146. KAMU JUGA PUNYA TEMPAT DI HATIKU

Malam itu, suasana rumah terasa lebih sunyi dari biasanya. Sarah duduk di ruang keluarga dengan segelas teh hangat di tangan. Tatapannya kosong, terpaku pada bayangan lampu di dinding. Pikirannya masih bergelut dengan kejadian tadi siang—emosi Raka yang meluap-luap, dan keputusannya untuk tidak memperpanjang argumen.Langkah kaki terdengar mendekat. Sarah menoleh dan melihat Raka berdiri di ambang pintu. Pria itu tampak lelah, tetapi matanya tidak lagi menyimpan amarah. Dia berjalan pelan dan duduk di sofa di seberang Sarah, menjaga jarak namun tidak lagi terasa dingin.“Aku…,” Raka membuka suara, tetapi terhenti sejenak. Dia menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “Aku terlalu keras tadi siang. Maaf ya, Sayang.”Sarah mengangguk pelan, menunggu apakah ada yang ingin Raka tambahkan. Namun, pria itu hanya menatap ke arah lantai, seolah mencari kata-kata yang tepat.“Aku tidak seharusnya membuang barang-barang i
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

147. SURAT DARI NADIA

Raka terpaku sejenak. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tidak menyangka akan mendengar nama itu lagi setelah sekian lama, apalagi dari ibunya sendiri.“Tante,” ucapnya pelan, berusaha mengontrol suaranya. “Apa kabar, Tan?”“Baik, Nak Raka. Maaf kalau mengganggu waktumu pagi-pagi begini. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan,” kata orang itu. Suaranya terdengar lembut, tetapi ada nada berat di baliknya.“Tentu, Tante. Apa yang bisa saya bantu?”“Apa kamu punya waktu nanti sore? Saya ingin bertemu. Ada hal penting yang perlu saya sampaikan langsung,” ucapnya.Raka merasakan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia ingin tahu apa yang ingin disampaikan oleh Bu Erna. Namun, ia juga khawatir hal itu akan mengguncang hubungannya dengan Sarah yang baru saja mulai membaik.“Baik, Tan. Di mana kita bisa bertemu?” tanyanya akhirnya.Bu Erna memberikan alamat sebuah kafe kecil
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

148. DITINGGAL OLEH RAKA

Raka menghela napas usai menutup surat barusan, lantas membuangnya ke tong sampah. Ia berdiri sejenak, menatap Sarah yang berdiri dengan raut wajah penuh tanda tanya.“Mas, kok dibuang?” tanya Sarah, matanya terpaku pada tong sampah yang kini menampung potongan masa lalu suaminya.Raka menatapnya dengan senyuman lembut. “Kamu benar, Sayang. Masa lalu sudah punya tempatnya sendiri. Sekarang aku ingin merajut masa depan bersama kamu dan anak kita.”Sarah tersenyum tipis, meskipun dalam hatinya masih ada sisa-sisa kegelisahan. Ia tahu betul bahwa setiap keputusan Raka pasti memiliki alasan yang kuat, tapi ada rasa penasaran yang tidak bisa ia abaikan sepenuhnya. Namun, ia memilih untuk percaya pada suaminya.Keesokan paginya, Raka bersiap untuk perjalanan bisnis ke luar kota. Sarah mempersiapkan segala kebutuhannya, mulai dari pakaian hingga bekal kecil untuk di perjalanan. Pak Herman ikut menemani Raka di ruang tamu, sesekali memberi nasihat bijak seperti biasanya.“Jaga kesehatan, Nak.
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

149. HANYA KABAR BOHONG

Sarah merasa napasnya tertahan. Tangannya bergetar hebat saat membaca pesan itu. Tubuhnya terasa lemas, dan ia segera menjatuhkan diri di kursi terdekat. Apa ini? Apa yang sedang terjadi pada suaminya?Dengan tangan gemetar, ia mencoba menelepon Raka lagi, tetapi tidak ada jawaban. Panggilan itu hanya berakhir di pesan suara. Perasaan takut dan panik mulai menyelimuti dirinya. Namun, ia tahu bahwa ia tidak bisa diam saja. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.Sarah segera mencari Pak Herman yang berada di kamar kerjanya. Ketukan di pintu terdengar ragu, tapi cukup kuat untuk membuat pria paruh baya itu menoleh dari kursinya.“Sarah? Ada apa, Nak?” tanya Pak Herman, nada suaranya penuh perhatian saat melihat wajah menantu perempuannya yang pucat.Sarah menelan ludah, mencoba mengontrol getaran di suaranya. “Pa, aku... aku dapat pesan. Ada yang bilang kalau Mas Raka kecelakaan.”Mendengar itu, Pak Herman segera be
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

150. SUDAH WAKTUNYA

Sarah yang sedang mencuci tangan di wastafel lantas segera membelalakkan mata. Air berwarna putih keruh terasa mengalir hangat di sela-sela pahanya.“Bi?” Sarah berucap dengan suara yang amat pelan.“Bu, itu air ketuban!!” pekik Bi Asih. Wanita paruh baya itu langsung menghampiri Sarah yang tampak pucat. “Ibu duduk dulu, jangan panik. Saya mau ngasih tahu Pak Herman!”Sarah mencoba mengendalikan napasnya yang mulai memburu. Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena rasa takut, tetapi juga karena ketidaknyamanan yang mulai dirasakan di perutnya. Bi Asih segera menuntunnya ke sofa terdekat, memastikan Sarah duduk dengan hati-hati.“Pak, Bu Sarah sudah pecah ketuban. Kita harus ke rumah sakit.” Suara Bi Asih terdengar tegang begitu berada di depan kamar majikannya itu. Saat Pak Herman tiba, Sarah sudah tampak menahan rasa sakit yang mulai datang. Wajahnya memucat, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Tanpa banyak bicara, ia segera membantu Sarah ke mobil.“Tahan, Nak. Kita seger
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more
PREV
1
...
131415161718
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status