All Chapters of Setelah Istriku Memilih Pergi: Chapter 151 - Chapter 160

175 Chapters

151. PANGERAN ATAU PUTRI?

Rasa sakit yang semakin intens membuat Sarah hampir kehilangan kesadaran. Tubuhnya gemetar, napasnya terengah-engah, dan keringat membasahi seluruh wajahnya. Pembukaan jalan lahir kini telah lengkap, tetapi proses meneran yang sudah berlangsung setengah jam membuat tenaganya hampir habis. Dokter dan bidan yang membantu persalinan tampak penuh konsentrasi.“Ayo, Bu Sarah. Sedikit lagi! Tarik napas panjang, lalu dorong sekuat tenaga,” seru bidan, berusaha memberikan semangat di tengah situasi yang semakin menegangkan.Namun, tubuh Sarah tampak lemah. Setiap kali mencoba meneran, hanya desahan kecil yang keluar. Matanya setengah tertutup, pandangannya buram. Bayangan Raka terus melintas di pikirannya, memberi sedikit kekuatan untuk terus berjuang.Di luar ruang persalinan, langkah kaki Raka terdengar tergesa-gesa. Ia baru saja tiba di rumah sakit setelah menempuh perjalanan panjang dengan perasaan cemas yang luar biasa. Wajahnya tampak tegang, keringat
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

152. JANGAN-JANGAN...

Raka menyipitkan mata lalu kembali melangkah untuk memastikan penglihatannya lagi. Dia pun segera mendekat lantas berseru, “Jeno?”Orang yang dipanggilnya barusan menoleh dengan wajah terkejut. “Raka?” Dia pun terlihat celingukan ke kanan dan ke kiri, seolah memastikan tidak ada orang lain di sekitarnya.“Kamu ngapain di sini?” tanya Raka dengan nada bingung, menyimpan curiga dalam hatinya.Jeno menghela napas sejenak sebelum menjawab. “Aku nganter korban tabrak lari. Kebetulan lokasinya nggak jauh dari sini,” katanya dengan nada tenang, meski ekspresi wajahnya masih menunjukkan kegugupan. “Kamu sendiri?”Raka mengangguk perlahan, meski pikirannya masih penuh tanda tanya. “Aku … Sarah baru saja melahirkan anak kami. Dia mengalami ketuban pecah dini dan harus melahirkan lebih cepat dari perkiraan,” ceritanya, mencoba mencairkan suasana.Jeno terlihat terkejut. “Serius? Wah, selamat, Bro! Sarah dan bayinya baik-baik aja kan?”“Iya, alhamdulillah semuanya selamat. Tapi bayi kami harus di
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

153. PERJUANGAN SEORANG IBU

Tubuh Sarah melemas, membuat Raka semakin panik. Namun, itu tak berlangsung lama karena seorang perawat datang sambil menggendong bayi mereka. Wajahnya menampilkan senyuman hangat. “Maaf jika membuat Bapak dan Ibu khawatir, tadi bayi Anda sedang diperiksa oleh dokter anak untuk pemantauan rutin. Semuanya baik-baik saja,” ujar perawat itu sambil mendekat.Barulah mereka bernapas lega. Raka menghela napas panjang, sedangkan Sarah langsung menangis haru. Ia mengulurkan tangannya dengan gemetar, menyambut bayi mungilnya yang tampak begitu rapuh dalam balutan kain putih. “Sayang, akhirnya Mama bisa lihat kamu lagi. Kamu baik-baik saja, ya,” bisiknya dengan suara parau, memeluk erat bayi mereka. Air matanya mengalir deras, mencerminkan kebahagiaan yang tak terkira.Raka berdiri di samping mereka, menatap penuh syukur. “Lihat, Sayang. Dia kuat seperti kamu,” ucapnya, mencoba membesarkan hati istrinya yang masih diliputi emosi. Tangannya yan
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

154. ARUMI NASHA RAZETA

"Enggak tahu, Mas. Udah yuk. Aku mau lihat anak kita," ucap Sarah yang tampak acuh tak acuh. Dirinya menarik tangan Raka agar mempercepat langkah menuju ruangan NICU.Setibanya di sana Sarah menyerahkan beberapa botol ASI kepada sang perawat. Ia memandangi bayinya dari balik kaca dengan pandangan penuh kasih. Tangannya meraba-raba kaca, seolah ingin menyentuh buah hatinya yang masih berada di dalam inkubator. Sementara itu Raka berdiri di sampingnya, memeluk istrinya dengan erat."Sabar ya, Sayang. Anak kita pasti akan segera pulang," ucap Raka lembut, mencoba menenangkan Sarah yang terlihat masih cemas. Sarah mengangguk dalam diamnya, meski matanya berkaca-kaca.Sementara itu, di lorong rumah sakit, Jeno dan Ratna terlibat adu mulut yang cukup sengit. Suara mereka yang sedikit meninggi sempat menarik perhatian beberapa orang yang lewat. Namun, ketika mereka melihat Raka dan Sarah muncul dari arah yang berlawanan, keduanya langsung terdiam dan menyembunyikan diri di balik pilar besar.
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

155. MALAM PERTAMA YANG UTUH

Raka dan Sarah terkekeh. Keduanya menatap bayi mereka yang mulai membuka mata."Kok bangun sih, Sayang? Baru juga Ayah mau mindahin kamu," ucap Raka yang gemas melihat tingkah putri kecilnya itu.Sementara sang bayi, yang tentu masih polos, hanya mengerjapkan mata saja. Sarah pun tersenyum lalu menyerahkan bayinya ke gendongan Raka.Ini adalah malam pertama mereka sebagai keluarga yang utuh setelah hampir sebulan terpisah karena keadaan yang tak sesuai rencana. Raka dan Sarah dibuat repot karena bayi mereka terbangun di sepertiga malam. Namun, Raka terlihat sabar dan menggantikan popok bayinya. Sementara Sarah pun ikut memperhatikan, meski tubuhnya masih terasa lelah.“Kamu hebat, Mas,” ujar Sarah lirih sambil bersandar pada kursi di sudut kamar.Raka menoleh sambil tersenyum, “Kamu lebih hebat, Sayang. Kamu udah berjuang dari awal sampai sekarang. Kehadiran Nasha adalah hadiah terindah buat kita berdua.”Sarah mengangguk pelan. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa harunya saat melihat R
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

156. BENANG KUSUT

"Jangan basa-basi. Ada apa?"Raka bertanya dengan raut wajah kesal. Namun, Jeno membalasnya dengan helaan napas jengah lalu tersenyum simpul."Kamu harus jagain Sarah, Ka. Di sekeliling kalian, ada yang berusaha untuk menghancurkan kebahagiaan yang sudah ada," ujar Jeno, suaranya terdengar penuh peringatan."Dan salah satunya adalah kamu!" tuduh Raka dengan nada tegas sambil menunjuk Jeno. Sorot matanya penuh dengan kemarahan yang tertahan. Ia merasa ucapan Jeno penuh dengan ironi.Jeno mendengus pelan sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kamu masih saja sama. Masih tetap keras kepala. Aku hanya memperingatkan itu," katanya dengan nada datar sebelum bangkit dari kursinya.Namun, Raka tidak tinggal diam. Ia segera meraih lengan Jeno sebelum pria itu benar-benar pergi. "Kalau kamu memang tahu sesuatu, katakan sekarang juga! Jangan hanya bicara setengah-setengah, Jeno," desaknya dengan nada yang mulai meninggi.Jeno memandang tangan Raka yang mencengkeram lengannya, kemudian menatap pria
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

157. ADA YANG JANGGAL

Malam terasa semakin mencekam di ruang kerja kecil itu. Raka masih terpaku menatap ponselnya, berharap panggilan dari Ratna tersambung kembali. Namun, layar ponselnya tetap gelap. Tidak ada tanda-tanda ia akan dihubungi lagi.“Bahaya?” bisiknya pelan, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri.Kata itu terus terngiang di benaknya, berputar seperti gema di ruangan sempit ini. Siapa yang ingin menyakiti Sarah? Apa hubungannya dengan Jeno? Dan kenapa Ratna tiba-tiba menghubunginya setelah sekian lama menghilang?Pikirannya terpecah-pecah, seperti potongan puzzle yang hilang satu sama lain. Ia harus menemukan jawabannya sebelum semuanya terlambat. Dengan segera, Raka mengambil jaketnya dan ponsel. Ia tidak peduli jam sudah menunjukkan tengah malam.Sementara itu, di sebuah apartemen kecil, Ratna berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah. Tangannya gemetaran saat mematikan ponsel dan menyembunyikannya di bawah bantal. Suara langkah kaki di lorong mendekat, membuat tubuhnya kaku. S
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

158. ADA APA DENGAN RATNA DAN JENO?

Malam itu terasa lebih panjang dari biasanya. Setelah memastikan rumah aman, Raka dan Sarah duduk di ruang tamu. Nasha akhirnya tertidur di kamar setelah Raka menenangkannya. Namun, Sarah masih tampak gelisah, tatapannya terus mengarah ke kertas kecil yang ada di atas meja."Mas, siapa sebenarnya yang mengirim ini?" Sarah memulai, suaranya pelan tapi sarat dengan ketakutan.Raka menghela napas panjang, mencoba merangkai kata-kata. "Aku nggak tahu, Sayang. Tapi ini ada hubungannya dengan Ratna.""Ratna?" Sarah menatapnya dengan bingung. "Kenapa dengan Ratna, Mas?""Aku juga nggak tahu," Raka bangkit, mencoba mendekati Sarah. "Tapi yang jelas, aku nggak akan tinggal diam. Aku akan cari tahu siapa yang berani mengancam keluarga kita."Sarah menatapnya tajam, tapi kemudian mengangguk. "Kalau begitu, kita harus bersama-sama menghadapi ini. Jangan sembunyikan apa pun lagi dariku, Mas."Raka memegang bahu Sarah dengan lembut. "Aku janji, nggak ada lagi yang aku sembunyikan."Keesokan paginya
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

159. MENCARI TITIK TERANG

"Mas, Nasha nggak mau diam," ucap Sarah lelah sambil melihat Raka yang baru saja selesai menelepon Dani.Raka segera menghampiri mereka dan mengambil alih bayi mungil itu dari pelukan Sarah. Dengan gerakan lembut, ia mulai menimang Nasha, suaranya terdengar pelan saat ia berbicara, "Sshh, Ayah di sini, Nak. Jangan nangis, ya."Melihat Nasha perlahan mulai tenang dalam pelukan Raka, Sarah menghela napas lega. Namun, wajahnya masih menyiratkan kekhawatiran."Kamu habis telepon Dani, Mas? Ada kabar tentang Ratna?" tanya Sarah dengan nada hati-hati, tidak ingin membangunkan Nasha lagi.Raka mengangguk. "Iya. Dani bilang Ratna masih di kota ini. Dia bahkan sering terlihat di sekitar kawasan perkantoran. Tapi yang bikin aku nggak tenang, dia berhubungan dengan seseorang yang sepertinya tahu tentang kita."Sarah memandang Raka tajam. "Seseorang? Maksudnya siapa?""Aku belum tahu siapa orang itu. Tapi Dani sedang mencoba cari tahu. Satu hal yang pasti, Ratna nggak datang ke sini hanya untuk u
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

160. PAK HERMAN BUKA SUARA

Hari-hari berikutnya terasa seperti berjalan di atas bara api. Ratna mulai melancarkan langkah-langkahnya, dan Raka berusaha mempersiapkan diri menghadapi berbagai kemungkinan. Di sisi lain, Sarah tetap berusaha menjaga keseimbangan rumah tangga, meskipun ia merasakan ketegangan yang terus meningkat.Malam itu, Pak Herman memanggil semua anggota keluarga untuk berkumpul di ruang keluarga. Sarah dengan hati-hati menggendong Nasha yang mulai rewel, sementara Raka duduk di sampingnya dengan tatapan waspada."Sebelum semuanya semakin jauh, Papa ingin kita membicarakan ini bersama," kata Pak Herman, suaranya tegas namun penuh kewibawaan. "Ratna memang adik tiri Raka, dan Papa tidak menafikan bahwa Papa punya kesalahan besar di masa lalu yang membuat dia merasa diabaikan."Pak Herman terdiam sejenak, mencoba menahan emosinya. "Namun, Papa perlu menegaskan bahwa apa pun yang terjadi, keluarga ini harus tetap bersatu. Raka, apa kamu yakin Ratna benar-benar ingin membawa masalah ini ke ranah h
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more
PREV
1
...
131415161718
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status