Share

133. KIRIMAN FOTO

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 13:28:58

Pagi itu, Raka memulai harinya dengan perasaan yang lebih baik setelah diskusi malam sebelumnya dengan Sarah. Ia merasa lega karena Sarah sudah berani berbicara dengan Jeno mengenai ketidaknyamanannya di kantor. Namun, semua keyakinannya itu hancur ketika sebuah pesan anonim masuk ke ponselnya saat ia sedang sibuk di kantor.

Pesan itu berisi foto. Dalam gambar tersebut, terlihat Sarah dan Jeno sedang berbicara di sebuah sudut kantor. Jarak mereka memang cukup dekat, dan ekspresi Jeno tampak penuh perhatian, seolah-olah mereka sedang membahas sesuatu yang intim. Foto itu disertai pesan singkat: [Mungkin kamu perlu tahu apa yang terjadi di belakangmu.]

Raka menatap layar ponselnya dengan alis mengerut. Tubuhnya langsung tegang. Ia mencoba mengabaikan rasa tidak nyaman yang mulai merayap, tapi pikirannya terus dihantui oleh gambar itu. Bagaimana bisa seseorang mendapatkan foto seperti ini? Dan kenapa orang itu mengirimkannya padanya?

"Tidak mungkin Sarah m

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   134. SAKITNYA MASIH TERASA

    “Papa di rumah saja. Biar aku yang ke sana."Raka bangkit dari duduknya, merapikan jaket, dan mempersiapkan diri untuk pergi. Ia menoleh ke arah Sarah yang masih duduk diam dengan mata sembap di meja makan. “Bu Rini dipanggil ke kantor polisi. Aku harus ke sana sekarang,” jelasnya singkat, sebelum melangkah keluar tanpa menunggu jawaban.Sepanjang perjalanan ke kantor polisi, pikiran Raka penuh dengan pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga ibu tirinya dipanggil oleh pihak berwajib? Sesampainya di sana, ia disambut oleh pengacara keluarga yang sudah menunggu di lobi. Wajah pria itu tampak serius.“Pak Raka, Bu Rini sedang diperiksa terkait kasus percobaan aborsi yang dilakukan beberapa minggu lalu. Sayangnya, bukti-bukti yang ada cukup kuat untuk menahannya,” kata pengacara itu dengan nada hati-hati.Dada Raka terasa sesak. Ia tahu hubungan Bu Rini dengan keluarganya, terutama ayahnya, selalu penuh intrik. Namun, men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   135. CEMBURU TANDA TAK PERCAYA DIRI

    Nama Jeno terpampang jelas di layar ponsel Sarah. Membuat sang empu itu enggan menjawab panggilan tersebut. Matanya kini melirik ke arah Raka yang sudah mengeraskan rahang.“Angkat saja,” ujar Raka dengan nada dingin.Tanpa mengatakan apa-apa, kini Sarah menggeser layar ponselnya lalu menempelkan benda pipih tersebut ke telinganya.“Halo, Pak,” suara Sarah terdengar bergetar.“Sarah, apa kabar? Saya ingin memastikan jadwal presentasi besok sudah siap. Kamu ada waktu untuk menambahkan materinya malam ini?” Jeno berbicara dengan nada formal.Sarah menelan ludah, melirik sekilas ke arah Raka yang kini menatapnya tajam. “Saya rasa semua sudah siap, Pak. Tapi, kalau perlu revisi, saya bisa cek ulang malam ini.”“Bagus. Setelah proyek ini selesai, kamu bisa mengajukan cuti. Saya tahu kamu pasti lelah dengan semua tanggung jawab ini.”“I-Iya, Pak. Terima kasih.”Percakapan mereka pun terputus. Sarah meletakkan ponsel dengan hati-hati di meja. Suasana di ruangan itu kembali tegang.“Cuti, ya?

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   136. TERAPI CINTA

    "MAS!!"Sarah langsung memekik saat tubuhnya yang berisi itu sudah ditarik ke atas pangkuan sang suami."Kamu yang nantangin aku, sayang. Mana boleh menolak." Suara Raka terdengar berat lantaran kabut gairah yang sudah menguasai dirinya.Sarah tergelak lalu memiringkan sedikit tubuhnya agar bisa melihat tatapan lapar dari pria yang dicintainya itu. "Masih pagi, kita harus kerja. Aku—" Ucapan tadi terpotong begitu saja karena Raka sudah membungkamnya dengan kecupan manis yang penuh rindu.Sarah tak bisa berkutik saat dirinya dihujani tarian jemari dan rayuan maut Raka. Alhasil, ruangan dapur minimalis mereka menjadi saksi atas penyatuan cinta singkat itu."One more, baby," bisik Raka setelah mengambil jeda usai pertempuran singkat tadi. Sarah hanya mengangguk pasrah hingga permainan ronde kedua mereka usai. Kini keduanya mandi bersama dalam diam, saling memandang dengan wajah penuh senyum."Mas," rengek Sarah manja."Iya, sayang?" sahut Raka yang sudah menatapnya dengan penuh cinta.Al

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   137. DEMI PAPA

    Malam itu, Raka dan Sarah tiba di rumah sakit dengan wajah tegang. Keduanya berjalan cepat menuju ruang ICU, tempat Pak Herman dirawat. Aroma khas rumah sakit dan suasana sunyi yang hanya sesekali dipecahkan oleh langkah kaki dokter serta suara mesin membuat suasana semakin mencekam.Di depan pintu ICU, seorang dokter dengan jas putih dan stetoskop melingkar di leher menghampiri mereka. "Anda keluarga dari Pak Herman?" tanyanya sambil melihat catatan di tangannya."Saya anaknya, Dok," jawab Raka dengan suara berat.Dokter itu menghela napas panjang sebelum berkata, "Kondisi beliau saat ini sangat kritis. Ada gangguan pada fungsi paru-paru yang menyebabkan sesak napas hebat. Kami sudah memberikan bantuan pernapasan, tetapi kami perlu melihat bagaimana respons tubuhnya dalam beberapa jam ke depan."Raka hanya bisa mengangguk, sementara Sarah menggenggam tangannya erat. Tatapan pria itu kosong, namun rasa khawatir terlihat jelas di wajahnya."Dok, apa ada yang bisa kami lakukan untuk mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   138. BERTAHAN YA, PA

    Malam itu, Sarah dan Raka memutuskan untuk tetap di rumah sakit setelah mendengar kondisi Pak Herman yang kritis. Di ruang tunggu ICU yang sunyi, keduanya berdoa dengan penuh harap agar Pak Herman segera diberi kesembuhan.“Ya Allah, kami mohon lindungi Papa. Berikan kekuatan pada beliau untuk melawan sakitnya. Jangan biarkan kami kehilangan beliau,” Raka berdoa dengan mata terpejam dan suara lirih. Sementara itu, Sarah yang duduk di sampingnya memegang erat tangannya, matanya sembab karena tangis yang tertahan.“Mas, aku yakin Papa akan sembuh. Tuhan pasti mendengar doa kita,” bisik Sarah menenangkan suaminya.Raka mengangguk lemah. Tatapannya kosong mengarah ke lantai, pikirannya penuh dengan bayangan akan kemungkinan terburuk. Namun, ia mencoba menguatkan diri demi Sarah yang sedang mengandung anak pertama mereka.Tak lama kemudian, seorang perawat keluar dari ruang ICU. “Pak Raka, silakan masuk sebentar. Tapi mohon jangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   139. MASIH BELUM

    “Sayang, kamu kenapa?"Raka bertanya dengan panik. Melihat sang istri yang kesakitan, dia langsung tahu bahwa kondisi tidak sedang baik-baik saja. "Suster, tolong istri saya!" pekiknya pada perawat yang berjaga di sana.Beruntung mereka berada di rumah sakit, jadilah Sarah bisa ditangani dengan segera. Kini Raka membersamai Sarah ke ruangan IGD. Tak lama kemudian seorang dokter datang.Dokter itu tersenyum begitu memeriksa kondisi Sarah. "Masih belum ya, Bu." Perempuan berkaca mata tersebut kemudian menjelaskan. "Yang tadi itu namanya kontraksi palsu. Biasa dialami saat kandungan sudah memasuki usia tujuh bulan."Barulah Sarah bernapas lega sekaligus terkikik sendiri. Wajahnya yang semula tegang mulai memancarkan rona malu. "Aduh, saya kira sudah waktunya melahirkan," katanya dengan suara kecil.Sementara itu, Raka mengangguk paham. Meski dadanya masih berdebar, ia merasa lega mendengar penjelasan sang dokter. Tak lupa ia berterima kasih dengan sopan.Namun, dokter tetap memberikan sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   140. KEMBALI PULANG

    Ketukan di pintu terdengar untuk ketiga kalinya, kali ini lebih pelan, seolah orang di luar memberi tanda bahwa ia tidak bermaksud mengganggu. Raka dan Sarah saling berpandangan. Sarah mencoba membaca ekspresi suaminya, yang tampak tegang namun mencoba menyembunyikannya dengan helaan napas panjang."Biar aku yang buka," ujar Raka sambil berdiri. Ia melangkah ke arah pintu dengan hati-hati, memastikan Sarah tetap berada di belakangnya. Tangannya ragu-ragu menyentuh gagang pintu, sementara pikiran-pikirannya berlarian, menduga-duga siapa yang berdiri di balik pintu itu.Saat pintu terbuka, wajah ramah seorang pria paruh baya dengan seragam hotel menyambut mereka. "Selamat malam, Pak. Saya ingin memastikan Anda nyaman di sini. Barusan ada tamu lain yang menanyakan kamar di lantai ini. Apakah ada yang perlu dibantu?" tanyanya sopan.Raka menghela napas lega, sementara Sarah yang berdiri di belakangnya ikut tersenyum kecil. "Tidak, terima kasih. Kami baik-baik saja,"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   141. PERMINTAAN SANG PAPA

    "Mumpung Papa masih hidup. Apa kamu mau mengabulkan permintaan Papa?" tanya Pak Herman dengan hati-hati, memandang Raka dengan sorot mata yang penuh makna.Raka langsung mendekat, mengernyitkan dahi. "Aku akan usahakan, kenapa sih Papa ngomongnya begitu?" tanyanya dengan nada setengah cemas.Pak Herman tersenyum tipis, garis wajahnya menunjukkan kelelahan. "Namanya ajal, Ka. Siapa yang tahu, kan? Papa juga begini karena kena karma.""Pa?" Raka bertanya dengan bingung. "Maksud Papa apa?"Pak Herman menepuk bahu Raka pelan. "Sudahlah. Lupakan saja. Tapi sekarang, Papa ingin satu hal dulu." Ia menghela napas panjang, seolah mencari kekuatan untuk melanjutkan. "Kita buat acara tujuh bulanan untuk Sarah, ya?"Raka dan Sarah saling berpandangan. Wajah Sarah terlihat terkejut, namun matanya berkilat lembut. Raka akhirnya mengangguk. "Kalau itu yang Papa mau, kita akan lakukan," katanya mantap.Sarah tersenyum kecil, meskipun hatinya berdebar. "Terima kasih, Pa. Itu berarti banyak buat kami."

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   175. TANDA PERPISAHAN (TAMAT)

    Hari itu, udara terasa begitu tenang. Raka dan Sarah tengah duduk berdua di ruang keluarga, ditemani oleh Nasha yang sedang bermain dengan mainan di lantai. Meskipun suasana terasa begitu damai, ada sesuatu yang terasa berat di hati Raka. Ada semacam pertanda yang tak terucapkan, seolah dunia sedang mengingatkan mereka untuk lebih menghargai waktu yang ada. Beberapa hari sebelumnya, mereka baru saja merayakan ulang tahun pertama Nasha dengan penuh kebahagiaan. Momen itu, yang dipenuhi dengan tawa anak-anak panti asuhan dan sentuhan kasih sayang keluarga besar, memberikan Raka dan Sarah sebuah pemahaman baru tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Pak Herman kini mendatangi Raka yang sedang bersantai di taman belakang. Suaranya yang berat dan penuh makna terasa sangat berbeda dari biasanya. “Raka, ada hal penting yang ingin Papa sampaikan padamu,” kata Pak Herman saat teleponnya berbunyi. Suaranya terdengar agak lemah, namun tetap penuh kehangatan. Raka segera duduk tegak, khawat

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   174. ULANG TAHUN PERTAMA NASHA

    Hari itu, langit tampak cerah, seakan ikut merayakan hari istimewa dalam keluarga kecil Raka dan Sarah. Nasha genap berusia satu tahun. Bukan pesta besar yang mereka persiapkan, tetapi sebuah acara syukuran sederhana yang penuh makna. Raka dan Sarah sepakat untuk merayakan ulang tahun pertama putri mereka dengan berbagi kebahagiaan di sebuah panti asuhan.Panti asuhan itu bukan tempat yang asing bagi mereka. Sejak kejadian penculikan Nasha dan konspirasi Bu Rini yang membuat mereka hampir kehilangan segalanya, Raka dan Sarah lebih banyak merenungi arti keluarga dan kasih sayang. Mereka ingin mengajarkan kepada Nasha bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya tentang perayaan mewah, tetapi juga tentang berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.Pagi itu, suasana panti asuhan sudah mulai ramai. Anak-anak di sana terlihat bersemangat menyambut kedatangan tamu istimewa mereka. Beberapa dari mereka bahkan sudah mengenal Sarah dan Raka karena kunjungan-kunjungan sebelumnya. Pak

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   173. AKHIRNYA ..

    Setelah berhasil menyelamatkan Nasha dari tangan penculiknya, Raka, Sarah, dan Jeno kembali ke tempat persembunyian sementara mereka. Malam itu mereka beristirahat sejenak, meski pikiran mereka masih dipenuhi ketegangan. Namun, mereka tahu bahwa semua ini belum benar-benar berakhir.Keesokan paginya, Jeno menerima laporan dari timnya bahwa beberapa anak buah Bu Rini yang terlibat dalam penculikan telah tertangkap. Namun, dalang utama di balik kejadian ini masih menjadi misteri."Aku sudah melacak transaksi dan komunikasi mereka. Satu nama yang terus muncul adalah seorang pria bernama Anton," kata Jeno dengan serius. "Dia adalah tangan kanan Bu Rini yang selama ini bekerja di balik layar. Sepertinya dialah yang mengatur segalanya."Raka mengepalkan tangannya. "Jadi, dia yang selama ini mengancam keluargaku?"Jeno mengangguk. "Dia sangat licin dan punya banyak koneksi. Tapi aku sudah menghubungi seseorang yang bisa membantu kita menangkapnya."Tak la

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   172. APAKAH ADA TITIK TERANG?

    Malam semakin larut, tetapi Raka, Sarah, dan Jeno masih terjaga. Pikiran mereka penuh dengan kekhawatiran dan strategi. Pesan singkat yang baru saja diterima Raka seolah menjadi alarm bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu lagi."Kita harus menemukan keberadaan mereka sebelum mereka melakukan sesuatu yang lebih gila," kata Jeno dengan nada serius. "Aku sudah menghubungi seseorang yang pernah bekerja untuk Bu Rini. Dia setuju untuk bertemu, tapi dengan syarat kita harus berhati-hati."Raka mengangguk. "Di mana kita bisa menemuinya?""Sebuah gudang tua di pinggiran kota. Dia bilang tempat itu aman, jauh dari pantauan orang-orang yang mungkin bekerja untuk Bu Rini," jawab Jeno.Sarah menggenggam tangan Raka erat. "Aku takut, Mas. Bagaimana jika ini jebakan?"Raka menatap dalam ke mata istrinya. "Kita tidak punya pilihan lain, Sayang. Ini satu-satunya petunjuk yang kita punya. Aku janji, aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau Nasha."Jeno menghela napas. "Baiklah, kita be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   171. SIAPA DALANGNYA?

    Sarah menggigit bibirnya, mencoba menahan isak tangis yang hampir pecah lagi. Raka masih duduk di sebelahnya, ponsel di tangannya terasa dingin, seperti ancaman yang baru saja mereka terima. Jeno, yang berdiri di seberang mereka, mengetik sesuatu di ponselnya dengan cepat. Pria itu kemudian menatap Raka dengan sorot mata penuh kewaspadaan."Aku sudah menghubungi seseorang untuk melacak sumber video itu. Butuh waktu, tapi kita akan menemukan mereka," kata Jeno dengan suara dalam.Raka mengangguk, tangannya masih menggenggam jemari Sarah erat. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh Nasha lebih lama lagi. Tapi kita harus berhati-hati, mereka jelas tahu pergerakan kita."Sarah menelan ludah, mencoba mengusir rasa takut yang menggerogoti hatinya. "Siapa yang cukup kejam untuk melakukan ini, Mas? Aku yakin ini bukan Ratna. Dia ada di penjara. Lalu siapa?"Hening. Raka menatap Sarah, begitu pula Jeno. Tidak ada yang bisa menjawabnya saat itu.Namun, di balik keheningan itu, otak Raka be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   170. NASHA DICULIK

    "NASHA?"Suara Sarah memekik lantang. Tangannya gemetar saat ia melihat layar ponselnya. Tak lama kemudian, sebuah kiriman video berputar otomatis, menampilkan seorang bayi mungil berusia tiga bulan yang menangis keras. Mata Sarah membelalak, napasnya tercekat. Itu Nasha. Anak mereka telah diculik.Raka segera meraih ponsel dari tangan Sarah, matanya membelalak saat melihat rekaman itu. Nasha berada di dalam ruangan yang remang-remang, hanya diterangi cahaya redup dari lampu gantung. Tangisan bayi mereka menggema, membuat dada Sarah dan Raka terasa sesak. Tak ada suara lain dalam video itu, hanya isakan kecil yang semakin memilukan.Sebuah pesan muncul sesaat setelah video berakhir."Kalian ingin Nasha kembali? Jangan hubungi polisi. Kami akan memberitahu langkah selanjutnya."Sarah menatap Raka dengan wajah penuh ketakutan. "Mas... kita harus melakukan sesuatu. Nasha masih kecil, dia butuh kita."Raka mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyen

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   169. HARI PERSIDANGAN

    Aula pengadilan dipenuhi dengan desas-desus dan tatapan tajam dari berbagai pihak. Sidang gugatan terhadap Ratna akhirnya dimulai, menjadi momen yang akan menentukan nasib keluarga Raka. Dengan bukti yang hilang, mereka harus mencari celah lain untuk melawan Ratna di hadapan hakim.Raka dan Sarah duduk di barisan penggugat, didampingi oleh pengacara mereka, Pak Rendy. Di seberang, Ratna tampak percaya diri dengan pengacara handalnya, seorang pria berpenampilan rapi dengan senyum yang mengintimidasi. Sorot matanya penuh dengan kesombongan, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Hakim mengetuk palu tanda sidang dimulai. "Sidang gugatan keluarga Raka Prasetya terhadap Ratna Wijayanti dibuka. Penggugat, silakan sampaikan tuntutan Anda."Pak Rendy berdiri. "Yang Mulia, kami memiliki bukti kuat bahwa tergugat telah memindahkan aset keluarga secara ilegal ke rekening pribadinya, tanpa persetujuan dari pewaris sah, yang menyebabkan kerugian besar bagi kel

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   168. BUKTI YANG HILANG

    Kehidupan Raka dan Sarah dalam beberapa minggu terakhir terasa seperti berjalan di atas bara api. Terlebih saat Jeno diserang oleh beberapa orang tak dikenal.Saat ini gugatan hukum terhadap Ratna telah menjadi berita utama di keluarga besar dan di luar sana. Ratna, seperti yang diperkirakan, tidak tinggal diam. Ia menggunakan segala cara, dari intimidasi hingga permainan kotor untuk menggagalkan perjuangan Raka dan Sarah.Hari itu, Raka dan Sarah sedang mengatur dokumen-dokumen penting di ruang kerja kecil di rumah mereka. Flash drive yang berisi dokumen-dokumen penting, termasuk bukti transfer aset ilegal Ratna, menjadi inti dari rencana mereka. Raka memastikan semua file telah dicadangkan dengan baik.“Sayang, aku rasa kita harus menyimpan salinan file ini di tempat yang lebih aman. Flash drive ini terlalu berisiko kalau hanya kita simpan di sini,” kata Raka sambil memegang benda kecil itu.Sarah mengangguk, setuju dengan saran suaminya. &l

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   167. JENO CELAKA

    Raka masih memikirkan ancaman terselubung Ratna saat sidang sementara Sarah merasa tertekan setelah mengetahui kondisi Pak Herman kembali memburuk. Beban dari kasus ini mulai menyusup ke dalam hubungan mereka.“Mas, kamu yakin bukti itu aman di tangan Jeno?” tanya Sarah sambil menuangkan kopi ke cangkir.Raka yang duduk di kursi makan, hanya mengangguk tanpa menatap Sarah. “Jeno sudah buktikan dia bisa dipercaya, Sayang. Aku rasa kita nggak punya pilihan lain.”Sarah menghela napas panjang. “Tapi kita juga harus waspada. Ratna mungkin akan bertindak lebih gila kalau dia tahu Jeno berpihak pada kita.”Raka menatap istrinya dengan mata yang penuh beban. “Aku tahu kamu khawatir, Sayang. Tapi kita sudah sampai sejauh ini. Kalau kita goyah sekarang, Ratna yang menang.”Sarah menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa kesal. “Aku bukan goyah, Mas. Aku cuma… aku cuma nggak mau kehilangan apa yang sudah kita perjuangkan.”Raka berdiri dan berjalan mendekati Sarah, menyentuh pundaknya lemb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status