Share

105. SEMUA KARENA AKU

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 12:58:13

“Nadia meninggal.”

Raka kembali mengulang kalimat itu, seakan tak percaya pada kenyataan pahit yang baru saja menimpanya. Ia memeluk Sarah erat, kedua bahunya terguncang sesenggukan. Air matanya mengalir deras, tak mampu lagi ia menahan rasa bersalah yang membuncah di dalam dada.

“Dia bunuh diri, gara-gara aku,” isaknya pelan, suara itu begitu rapuh, seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri. “Semua karena aku, Sarah.”

Sarah tetap diam, tak berkata apa pun. Pelukan itu terlepas perlahan. Kini matanya memandang Raka dengan nanar, tak tahu harus berkata apa untuk menenangkan sang suami.

Sementara itu, Dini dan Lira yang ikut mendengar berita mengejutkan itu hanya berdiri diam di tempat, tak mampu berkata apa-apa.

“Ara, Pak Raka. Mendingan kita pergi dari sini aja ya. Enggak enak kalau sampai ada yang lihat,” ujar Dini akhirnya, suaranya bergetar. Lira pun mengangguk pelan, mendukung saran Dini.

Mereka berdua mengantar Raka dan Sarah menuju mobil. Suasana terasa begitu hening, bahkan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   106. RAKA DIINTEROGASI POLISI

    Sarah menemani Raka menuju kantor polisi, suasana di dalam mobil terasa begitu tegang. Raka menggenggam kemudi dengan erat, sementara Sarah duduk di sebelahnya, diam namun penuh kekhawatiran.Heningnya perjalanan hanya diiringi oleh desau angin dari luar jendela yang sedikit terbuka. Sesekali, Sarah melirik Raka, ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya memilih bungkam. Ia tahu, kondisi suaminya sedang sangat rapuh.Sesampainya di kantor polisi, mereka langsung diarahkan menuju ruangan kecil dengan dinding putih polos. Udara di dalam terasa dingin menusuk, bercampur bau khas berkas-berkas kertas yang menumpuk di sudut ruangan. Raka duduk di kursi kayu, sementara seorang petugas berpakaian seragam duduk di depannya, siap mencatat setiap jawaban yang akan keluar dari mulutnya.“Pak Raka, kami harap Anda bisa menjawab beberapa pertanyaan dengan jujur. Ini penting untuk kelancaran penyelidikan kasus Ibu Nadia,” ujar petugas dengan nada tegas namun sopan.Raka mengangguk pelan. Sarah duduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   107. COBAAN BELUM USAI

    Raka berdiri tegap di depan ruang IGD, tubuhnya kaku seperti tiang yang tertancap kokoh namun rapuh di dalam. Kalimat ancamannya tadi masih menggema di benak semua yang hadir di situ.“Kalau sampai Sarah kenapa-napa, Ibu yang akan kumasukkan ke dalam penjara!” katanya dengan suara lantang, penuh emosi yang tak terbendung.Pak Herman hanya menghela napas berat. Wajahnya tampak lelah, lebih dari sekadar kelelahan fisik. Sementara itu, Bu Rini terlihat cemas, matanya bergerak gelisah dari Raka ke pintu ruang IGD yang tertutup rapat.“Maafin Ibu, Raka. Ibu enggak tahu kalau istri kamu hamil,” ucap Bu Rini akhirnya, suaranya pelan namun terdengar jelas di keheningan lorong rumah sakit.Raka berbalik tajam menatap ibu tirinya. Tatapannya dipenuhi amarah yang ia coba tekan.“Kalaupun dia enggak hamil, apa pantas kamu memperlakukannya begitu?” Pak Herman akhirnya membuka suara. Nadanya rendah, namun mengandung ketegasan seorang ayah yang tak ingin melihat keluarganya hancur.Pembicaraan itu t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   108. DUA PRIA YANG MENCINTAI SARAH

    “Bagaimana Anda melindungi Ara kalau menjaga diri sendiri saja tidak becus?"Itulah yang dikatakan oleh Rafly barusan. Saat ini dia dan Raka sedang duduk di kantin rumah sakit, sedangkan Sarah sudah dipindahkan ke ruangan rawat inap ditemani oleh Dini dan Lira.Raka masih bergeming dengan tangan yang memegang kepalanya dengan erat. Kalimat Rafly barusan benar-benar berhasil menyentil hatinya."Ara sudah cukup menderita dari kecil. Yatim piatu pula usai Anda menghilangkan nyawa ayahnya. Bahkan setelah menikah pun hidupnya tidak juga berubah," kata Rafly yang kemudian menghela napas pelan. "Seandainya aku tidak mengikuti pertukaran pelajar ke Singapura, mungkin sekarang kami sudah bersama. Sayangnya takdir tidak berpihak padaku.""Apa kau ingin merebut Sarah dariku?" tanya Raka kemudian. Perasaannya campur aduk. Namun, Rafly menggeleng pelan."Ara sudah berkali-kali bilang padaku kalau dia mencintai Anda. Apa Anda tahu betapa sulitnya mendengar itu? Tapi aku tahu, dia memilihmu. Karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   109. SEMUA ADA MASANYA

    "Cinta tidak bisa dipaksakan. Aku harap setelah ini Rafly bisa bertemu dengan perempuan yang tepat dan juga punya perasaan yang sama ya, Mas," isak Sarah di dalam pelukan Raka."Iya, Sayang. Dia udah banyak berkorban untuk kita," kata Raka kemudian.Dua bulan sudah berlalu. Kini perusahaan Raka yang kolaps sudah berangsur membaik. Tentulah karena campur tangan Rafly. Meskipun rumor seputar kematian Nadia masih menghantui pemberitaan di media sosial, tetapi Raka mulai bersikap acuh tak acuh. Dia semakin menegakkan kepala saat ada investor yang mulai melirik perusahaannya."Gimana, Dok?" tanya Raka dengan nada tak sabaran."Alhamdulillah, Pak. Janinnya sehat. Sekarang usia kehamilan Bu Sarah sudah masuk 18 minggu," jawab dokter perempuan berkaca mata tebal itu sambil tersenyum hangat.Penjelasan barusan masih saja membuat Raka tak puas. "Beneran, Dok baik-baik saja?" tanyanya lagi.Dokter itu mengangguk mantap. "Iya, Pak. Memangnya apa yang sedang Bapak khawatirkan?""Tadi, itu kami …"

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   110. TAWARAN DARI JENO

    Sarah tak bisa mendengar suara dari seberang sana karena ponselnya langsung direbut oleh Raka. Suaminya itu mendengus pelan sebelum akhirnya berbicara dengan nada yang tak bersahabat.“Ini sudah malam. Tolong jangan menganggu istri orang.”TUUT… Panggilan tadi terputus begitu saja. Kini menyisakan suasana yang hening di ruangan kerja Raka itu.“Mas, kamu kenapa sih?” tanya Sarah yang tampak kebingungan.“Kamu yang kenapa?” ujar Raka balik bertanya. “Lihat, sekarang sudah jam sembilan malam. Seharusnya kamu enggak usah angkat telepon dari Jeno.” Sadar bahwa sang suami sepertinya sedang marah bercampur cemburu, Sarah pun mengangguk maklum. Dia tersenyum tipis lalu memeluknya dengan erat.“Ya udah, maaf ya,” kata Sarah akhirnya. “Kita boleh ke kamar sekarang? Aku ngantuk.” Suaranya berubah manja.Raka mengangguk singkat lantas merengkuh pinggang Sarah dengan posesif. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam seolah ada alarm yang mulai berdering. Terlebih me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   111. SARAH BUKAN BONEKA

    “Aku hanya ingin Sarah mengerti, Pa. Semua kebutuhannya sudah aku penuhi. Dia mau apa lagi di luar?"Raka bersandar di sofa ruang kerja, menghela napas berat. Wajahnya terlihat letih dan kesal.Pak Herman, pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih itu, mengangguk pelan. "Sarah bukan boneka, Ka. Dia perlu ruang untuk dirinya sendiri. Kalau terus-terusan begini, dia akan merasa terkurung."Raka memandang papanya dengan sorot tidak setuju. "Pa, masalahnya bukan cuma soal dia mau kerja. Yang menawarkan pekerjaan itu adalah Jeno. Aku nggak suka, Pa. Aku nggak percaya sama dia."Pak Herman menghela napas panjang. "Tapi, apa kamu yakin cara kamu melarang-larang itu bisa menyelesaikan masalah? Kamu itu suaminya, Ka, bukan penjaganya. Kalau kamu terus memaksakan kehendakmu, Sarah malah akan merasa jauh darimu."Obrolan panjang itu tidak serta-merta membuat Raka menerima sudut pandang papanya\a. Namun, kata-kata barusan terus terngiang di kepala. Malam itu, Raka kembali merenung di kamar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   112. IZIN DARI RAKA

    Pagi itu, suasana di rumah Raka dan Sarah terasa hening, namun ada ketegangan yang sulit diabaikan. Dapur yang biasanya penuh dengan aroma kopi dan sarapan kini berubah. Pak Herman duduk di ruang tengah, membaca koran, tetapi matanya hanya terpaku pada satu titik, menunjukkan bahwa pikirannya sedang melayang entah ke mana.Di dapur, Sarah mencoba menyibukkan dirinya dengan menyiapkan sarapan. Namun, tangannya gemetar saat memotong roti. Ia tahu bahwa hubungan dengan Raka kini di ujung tanduk, dan semua yang terjadi kemarin membuatnya semakin tertekan. Sementara itu, Bu Rini mondar-mandir di ruang tengah sambil menggerutu keras.“Mas, aku sudah bilang, perempuan seperti Sarah itu nggak bisa dipercaya!” serunya sambil menatap tajam ke arah Pak Herman yang tetap diam.Pak Herman mendesah pelan, meletakkan korannya, lalu menatap sang istri. “Rini, cukup. Kamu tahu sendiri itu cuma salah paham. Kenapa harus memperbesar masalah?”“Salah paham, katamu? Aku ini nggak bodoh, Mas! Kamu lupa, ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   113. JANGAN SEMBUNYIKAN APAPUN

    Keesokan paginya, Sarah bangun dengan perasaan campur aduk. Ia melihat Raka yang masih tertidur di sampingnya. Wajah suaminya tampak lelah, seolah dibebani oleh banyak hal. Sarah ingin menyentuh pipi Raka, membangunkannya dengan lembut, tetapi keraguan menghentikan gerakannya.Sarah pun memilih untuk bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan seperti biasa. Di dapur, ia menyeduh kopi untuk Raka dan Pak Herman. Namun, saat ia hendak menyiapkan teh untuk Bu Rini, langkahnya terhenti. Ia mengingat sindiran pedas dari mertuanya kemarin. Sarah menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya.Saat ia menuangkan air panas ke dalam cangkir, suara langkah kaki terdengar mendekat. Raka muncul di pintu dapur, rambutnya masih berantakan, tetapi matanya sudah menatap tajam.“Pagi, Mas,” sapa Sarah dengan senyum kecil.Raka hanya mengangguk. “Aku ada rapat pagi ini. Nggak usah tunggu aku pulang sore nanti. Mungkin aku lembur.”Sarah mengangguk pelan, meskipun hatinya terasa perih. “Baik, Mas. Aku ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   175. TANDA PERPISAHAN (TAMAT)

    Hari itu, udara terasa begitu tenang. Raka dan Sarah tengah duduk berdua di ruang keluarga, ditemani oleh Nasha yang sedang bermain dengan mainan di lantai. Meskipun suasana terasa begitu damai, ada sesuatu yang terasa berat di hati Raka. Ada semacam pertanda yang tak terucapkan, seolah dunia sedang mengingatkan mereka untuk lebih menghargai waktu yang ada. Beberapa hari sebelumnya, mereka baru saja merayakan ulang tahun pertama Nasha dengan penuh kebahagiaan. Momen itu, yang dipenuhi dengan tawa anak-anak panti asuhan dan sentuhan kasih sayang keluarga besar, memberikan Raka dan Sarah sebuah pemahaman baru tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Pak Herman kini mendatangi Raka yang sedang bersantai di taman belakang. Suaranya yang berat dan penuh makna terasa sangat berbeda dari biasanya. “Raka, ada hal penting yang ingin Papa sampaikan padamu,” kata Pak Herman saat teleponnya berbunyi. Suaranya terdengar agak lemah, namun tetap penuh kehangatan. Raka segera duduk tegak, khawat

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   174. ULANG TAHUN PERTAMA NASHA

    Hari itu, langit tampak cerah, seakan ikut merayakan hari istimewa dalam keluarga kecil Raka dan Sarah. Nasha genap berusia satu tahun. Bukan pesta besar yang mereka persiapkan, tetapi sebuah acara syukuran sederhana yang penuh makna. Raka dan Sarah sepakat untuk merayakan ulang tahun pertama putri mereka dengan berbagi kebahagiaan di sebuah panti asuhan.Panti asuhan itu bukan tempat yang asing bagi mereka. Sejak kejadian penculikan Nasha dan konspirasi Bu Rini yang membuat mereka hampir kehilangan segalanya, Raka dan Sarah lebih banyak merenungi arti keluarga dan kasih sayang. Mereka ingin mengajarkan kepada Nasha bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya tentang perayaan mewah, tetapi juga tentang berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.Pagi itu, suasana panti asuhan sudah mulai ramai. Anak-anak di sana terlihat bersemangat menyambut kedatangan tamu istimewa mereka. Beberapa dari mereka bahkan sudah mengenal Sarah dan Raka karena kunjungan-kunjungan sebelumnya. Pak

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   173. AKHIRNYA ..

    Setelah berhasil menyelamatkan Nasha dari tangan penculiknya, Raka, Sarah, dan Jeno kembali ke tempat persembunyian sementara mereka. Malam itu mereka beristirahat sejenak, meski pikiran mereka masih dipenuhi ketegangan. Namun, mereka tahu bahwa semua ini belum benar-benar berakhir.Keesokan paginya, Jeno menerima laporan dari timnya bahwa beberapa anak buah Bu Rini yang terlibat dalam penculikan telah tertangkap. Namun, dalang utama di balik kejadian ini masih menjadi misteri."Aku sudah melacak transaksi dan komunikasi mereka. Satu nama yang terus muncul adalah seorang pria bernama Anton," kata Jeno dengan serius. "Dia adalah tangan kanan Bu Rini yang selama ini bekerja di balik layar. Sepertinya dialah yang mengatur segalanya."Raka mengepalkan tangannya. "Jadi, dia yang selama ini mengancam keluargaku?"Jeno mengangguk. "Dia sangat licin dan punya banyak koneksi. Tapi aku sudah menghubungi seseorang yang bisa membantu kita menangkapnya."Tak la

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   172. APAKAH ADA TITIK TERANG?

    Malam semakin larut, tetapi Raka, Sarah, dan Jeno masih terjaga. Pikiran mereka penuh dengan kekhawatiran dan strategi. Pesan singkat yang baru saja diterima Raka seolah menjadi alarm bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu lagi."Kita harus menemukan keberadaan mereka sebelum mereka melakukan sesuatu yang lebih gila," kata Jeno dengan nada serius. "Aku sudah menghubungi seseorang yang pernah bekerja untuk Bu Rini. Dia setuju untuk bertemu, tapi dengan syarat kita harus berhati-hati."Raka mengangguk. "Di mana kita bisa menemuinya?""Sebuah gudang tua di pinggiran kota. Dia bilang tempat itu aman, jauh dari pantauan orang-orang yang mungkin bekerja untuk Bu Rini," jawab Jeno.Sarah menggenggam tangan Raka erat. "Aku takut, Mas. Bagaimana jika ini jebakan?"Raka menatap dalam ke mata istrinya. "Kita tidak punya pilihan lain, Sayang. Ini satu-satunya petunjuk yang kita punya. Aku janji, aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau Nasha."Jeno menghela napas. "Baiklah, kita be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   171. SIAPA DALANGNYA?

    Sarah menggigit bibirnya, mencoba menahan isak tangis yang hampir pecah lagi. Raka masih duduk di sebelahnya, ponsel di tangannya terasa dingin, seperti ancaman yang baru saja mereka terima. Jeno, yang berdiri di seberang mereka, mengetik sesuatu di ponselnya dengan cepat. Pria itu kemudian menatap Raka dengan sorot mata penuh kewaspadaan."Aku sudah menghubungi seseorang untuk melacak sumber video itu. Butuh waktu, tapi kita akan menemukan mereka," kata Jeno dengan suara dalam.Raka mengangguk, tangannya masih menggenggam jemari Sarah erat. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh Nasha lebih lama lagi. Tapi kita harus berhati-hati, mereka jelas tahu pergerakan kita."Sarah menelan ludah, mencoba mengusir rasa takut yang menggerogoti hatinya. "Siapa yang cukup kejam untuk melakukan ini, Mas? Aku yakin ini bukan Ratna. Dia ada di penjara. Lalu siapa?"Hening. Raka menatap Sarah, begitu pula Jeno. Tidak ada yang bisa menjawabnya saat itu.Namun, di balik keheningan itu, otak Raka be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   170. NASHA DICULIK

    "NASHA?"Suara Sarah memekik lantang. Tangannya gemetar saat ia melihat layar ponselnya. Tak lama kemudian, sebuah kiriman video berputar otomatis, menampilkan seorang bayi mungil berusia tiga bulan yang menangis keras. Mata Sarah membelalak, napasnya tercekat. Itu Nasha. Anak mereka telah diculik.Raka segera meraih ponsel dari tangan Sarah, matanya membelalak saat melihat rekaman itu. Nasha berada di dalam ruangan yang remang-remang, hanya diterangi cahaya redup dari lampu gantung. Tangisan bayi mereka menggema, membuat dada Sarah dan Raka terasa sesak. Tak ada suara lain dalam video itu, hanya isakan kecil yang semakin memilukan.Sebuah pesan muncul sesaat setelah video berakhir."Kalian ingin Nasha kembali? Jangan hubungi polisi. Kami akan memberitahu langkah selanjutnya."Sarah menatap Raka dengan wajah penuh ketakutan. "Mas... kita harus melakukan sesuatu. Nasha masih kecil, dia butuh kita."Raka mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyen

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   169. HARI PERSIDANGAN

    Aula pengadilan dipenuhi dengan desas-desus dan tatapan tajam dari berbagai pihak. Sidang gugatan terhadap Ratna akhirnya dimulai, menjadi momen yang akan menentukan nasib keluarga Raka. Dengan bukti yang hilang, mereka harus mencari celah lain untuk melawan Ratna di hadapan hakim.Raka dan Sarah duduk di barisan penggugat, didampingi oleh pengacara mereka, Pak Rendy. Di seberang, Ratna tampak percaya diri dengan pengacara handalnya, seorang pria berpenampilan rapi dengan senyum yang mengintimidasi. Sorot matanya penuh dengan kesombongan, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Hakim mengetuk palu tanda sidang dimulai. "Sidang gugatan keluarga Raka Prasetya terhadap Ratna Wijayanti dibuka. Penggugat, silakan sampaikan tuntutan Anda."Pak Rendy berdiri. "Yang Mulia, kami memiliki bukti kuat bahwa tergugat telah memindahkan aset keluarga secara ilegal ke rekening pribadinya, tanpa persetujuan dari pewaris sah, yang menyebabkan kerugian besar bagi kel

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   168. BUKTI YANG HILANG

    Kehidupan Raka dan Sarah dalam beberapa minggu terakhir terasa seperti berjalan di atas bara api. Terlebih saat Jeno diserang oleh beberapa orang tak dikenal.Saat ini gugatan hukum terhadap Ratna telah menjadi berita utama di keluarga besar dan di luar sana. Ratna, seperti yang diperkirakan, tidak tinggal diam. Ia menggunakan segala cara, dari intimidasi hingga permainan kotor untuk menggagalkan perjuangan Raka dan Sarah.Hari itu, Raka dan Sarah sedang mengatur dokumen-dokumen penting di ruang kerja kecil di rumah mereka. Flash drive yang berisi dokumen-dokumen penting, termasuk bukti transfer aset ilegal Ratna, menjadi inti dari rencana mereka. Raka memastikan semua file telah dicadangkan dengan baik.“Sayang, aku rasa kita harus menyimpan salinan file ini di tempat yang lebih aman. Flash drive ini terlalu berisiko kalau hanya kita simpan di sini,” kata Raka sambil memegang benda kecil itu.Sarah mengangguk, setuju dengan saran suaminya. &l

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   167. JENO CELAKA

    Raka masih memikirkan ancaman terselubung Ratna saat sidang sementara Sarah merasa tertekan setelah mengetahui kondisi Pak Herman kembali memburuk. Beban dari kasus ini mulai menyusup ke dalam hubungan mereka.“Mas, kamu yakin bukti itu aman di tangan Jeno?” tanya Sarah sambil menuangkan kopi ke cangkir.Raka yang duduk di kursi makan, hanya mengangguk tanpa menatap Sarah. “Jeno sudah buktikan dia bisa dipercaya, Sayang. Aku rasa kita nggak punya pilihan lain.”Sarah menghela napas panjang. “Tapi kita juga harus waspada. Ratna mungkin akan bertindak lebih gila kalau dia tahu Jeno berpihak pada kita.”Raka menatap istrinya dengan mata yang penuh beban. “Aku tahu kamu khawatir, Sayang. Tapi kita sudah sampai sejauh ini. Kalau kita goyah sekarang, Ratna yang menang.”Sarah menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa kesal. “Aku bukan goyah, Mas. Aku cuma… aku cuma nggak mau kehilangan apa yang sudah kita perjuangkan.”Raka berdiri dan berjalan mendekati Sarah, menyentuh pundaknya lemb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status