Home / Pernikahan / Setelah Istriku Memilih Pergi / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Setelah Istriku Memilih Pergi: Chapter 41 - Chapter 50

95 Chapters

41. ANCAMAN BAGI RAKA

Langkah Sarah terhenti begitu matanya menangkap sosok pria yang berdiri di dekat jendela ruangan. Wajah itu terasa akrab, namun ia nyaris tak percaya. Udara di sekitarnya terasa lebih berat seiring dengan munculnya rasa terkejut.Pria itu menoleh perlahan, dan senyumnya mengembang seketika. “Ara?” panggilnya dengan nada tak percaya.“Rafly?” Sarah nyaris berbisik.Pria bernama Rafly tersebut melangkah mendekat, wajahnya memancarkan kegembiraan. “Jadi kamu anak magang pindahan yang diceritakan papaku?”Sarah mengangguk, masih sulit memproses kenyataan bahwa teman masa kecilnya itu kini berdiri tepat di depan mata.“Kamu kerja di sini?” Sarah akhirnya menemukan suaranya.Rafly tertawa kecil. “Bisa dibilang begitu. Papaku baru balik dari dinas luar kota, jadi dia nyuruh aku handle di sini. Dunia sempit banget ya?”Sebelum Sarah sempat menjawab, suara langkah terdengar dari belakangnya. Raka muncul dari pintu ruangan, pandangannya langsung tertuju pada Rafly. Ekspresi wajahnya berubah saa
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

42. RAKA JADI TANTRUM

“Apa?” suara Sarah bergetar, disertai jantung yang berdetak kencang.Bagaimana tidak? Belum pernah sebelumnya dia dan Raka berada di posisi sedekat ini. Suaminya itu kini menatapnya dengan napas yang menyapu permukaan wajah, begitu hangat namun menekan. Bahkan jarak pandang mereka tak sampai satu jengkal.“Kenapa malah diam? Jawab aku, Sarah,” gumam Raka, suaranya mulai merendah, tapi tetap sarat emosi.Sarah masih membeku. Hanya kelopak matanya yang berkedip berulang-ulang, mencoba mengatasi ketegangan yang memuncak. Sementara itu, dada Raka bergemuruh, hampir kehilangan akal sehatnya. Ia mengencangkan rahang, seperti menahan sesuatu yang hendak meluap.Namun, seketika ia menarik diri, berdiri dengan gerakan cepat dan menegakkan badan. “Sial!” desisnya sambil membalikkan badan, melangkah dengan cepat menuju kamar mandi.Sarah yang masih terpaku di atas ranjang hanya bisa memandang punggung Raka yang menghilang di balik pintu kamar mandi dengan tatapan kosong.Sementara di dalam kamar
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

43. RAKA BERBUAT CURANG

"Aku ingin meminta hakku."Suara Raka serak, nyaris berbisik, namun penuh dengan ketegasan yang membuat Sarah membatu. Tatapannya yang gelap dan dalam tak pernah lepas dari matanya, membuat dada Sarah sesak dengan berbagai perasaan yang membaur."Mas..." Sarah berusaha mencari kata-kata, tetapi tenggorokannya tercekat.Raka mendekat, perlahan namun pasti. "Aku suamimu, Sarah," ucapnya, dengan nada yang lebih rendah tapi masih sarat emosi. "Aku lelah berada di posisi ini. Kita menikah, tapi kamu terus membangun dinding yang aku enggak bisa tembus. Sampai kapan kita akan seperti ini?"Sarah menggelengkan kepalanya, mencoba mencari jalan keluar dari perdebatan ini. Namun, Raka sudah melanjutkan. "Aku enggak mau terus merasa seperti tamu di sini. Aku ingin kamu, Sarah. Aku ingin kita benar-benar menjadi suami istri, bukan sekadar status di atas kertas."Tatapan matanya yang tajam melembut, berubah menjadi sorot yang penuh dengan kerinduan dan luka. "Tolong, Sarah," bisiknya. "Aku hanya in
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

44. PANGGILAN SAYANG

Pandangan semua orang kini tertuju pada Sarah yang baru saja menoleh ke arah belakang. Wanita berkerudung cokelat muda itu membelalakkan mata, terkejut sekaligus malu karena kini menjadi pusat perhatian publik. Tatapannya tertuju pada Raka, yang berdiri tidak jauh dari mobil. Dengan senyum lebarnya, pria tersebut terlihat sangat menikmati momen tersebut."Mas, ada apa lagi? Kenapa manggil aku balik?" tanya Sarah dengan nada setengah berbisik begitu ia mendekat. Wajahnya memerah karena semua mata masih tertuju padanya.Raka, dengan santainya, melangkah mendekati Sarah. Ia mengulurkan tangan, merapikan ujung kerudung istrinya. "Bagian sini terlipat," ucapnya tenang, matanya menatap lekat-lekat ke wajah Sarah. "Aku ingin memperbaikinya."Sarah mengerjap, merasa semakin malu. Tatapan hangat Raka saat tangannya bergerak membenahi kerudung itu membuatnya sedikit salah tingkah."Nah, kalau begini istriku sudah cantik," tambah Raka setelah memastikan semuanya rap
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

45. OBAT PENAWAR CEMBURU

Raka menghempaskan ponselnya ke meja dengan wajah yang merah padam. Bibirnya komat-kamit, mengeluarkan serangkaian misuh-misuh yang tak jelas arahnya. "Dasar nggak masuk akal... orang spesial katanya... apaan coba ini!" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.Sarah yang baru saja muncul dari kamar mendekat dengan dahi berkerut. "Mas, ngomong apa sih? Kenapa wajah kamu kayak gitu?" tanyanya sambil menarik kursi dan duduk dengan perlahan. Matanya melirik ke arah ponsel Raka yang masih menyala di meja.Namun, bukannya menjawab, Raka malah melipat kedua tangannya di dada, duduk dengan wajah cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk. "Nggak ada apa-apa," gumamnya pendek.Sarah menaikkan sebelah alis. "Nggak ada apa-apa kok ngomel-ngomel sendiri? Aku jadi penasaran, Mas." Ia menggeser ponsel Raka yang masih ada di meja dan melirik layarnya. Seketika senyumnya merekah. "Oh, ini toh yang bikin Mas ngambek?"Melihat Sarah tersenyum, Raka semakin kesal. "Kamu kok malah ketawa, sih?" prote
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

46. PENUTURAN RAFLY

Raka tertawa keras, berhasil menangkap bantal sebelum mengenai wajahnya. “Kenapa? Aku kan cuma nanya,” godanya sambil menahan tawa.Sarah mengembuskan napas kesal, tapi rona merah di wajahnya semakin jelas. “Mas ini nggak ada habisnya ya. Udah pagi, loh. Ayo bangun! Aku mau masak buat sarapan,” katanya cepat sambil mencoba bangkit dari tempat tidur.Namun, Raka dengan cepat menahan pergelangan tangannya, membuat Sarah kembali terduduk. “Masak buat sarapan nanti aja. Aku masih mau kamu di sini,” ucapnya dengan nada lembut tapi tegas.Sarah menghela napas panjang, tapi akhirnya menyerah. Meski begitu, ia tetap tak bisa menyembunyikan senyum kecil di sudut bibirnya. Ia tahu, Raka hanya sedang menikmati momen kebersamaan mereka—dan itu adalah sesuatu yang tidak ingin ia sia-siakan.“Mas, jangan nakal,” gumamnya pelan, sebelum menyandarkan kepala ke bahu Raka sejenak.Raka menghela napas puas, menari
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

47. KAMU HARUS TANGGUNG JAWAB!!

Raka mematung di tempat. Pandangannya menyapu di sekeliling ruangan yang mendadak hening. Kini, dia dan Nadia menjadi pusat perhatian banyak orang. Mata-mata yang menatap penuh rasa ingin tahu membuatnya semakin kaku. Ia tidak pernah menyangka akan menghadapi situasi seperti ini.“Apa-apaan kamu, Nad?” tanyanya dengan nada rendah, meski jelas terdengar ketegangan di dalamnya.Nadia tetap memeluknya erat, tubuhnya bergetar dalam tangis. Air matanya mengalir deras, membasahi kemeja Raka yang kini terasa berat. Gadis itu tidak peduli pada sekitarnya, bahkan tidak peduli pada tatapan penuh bisik-bisik dari rekan kerja mereka.“Aku nggak tahu harus ke mana lagi, Ka,” ucap Nadia dengan suara parau.Raka menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosi yang mulai memuncak. “Nad, kita di kantor. Lepas dulu, kita bisa bicara nanti,” bisiknya, berusaha terdengar setenang mungkin meski amarah dan rasa malu mulai membakar diri.Namun, Nadia justru semakin erat memeluknya, seolah takut Raka
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

48. JADI BAGAIMANA?

Malam itu udara terasa lebih dingin dari biasanya, namun bukan hanya hawa dingin yang membuat suasana di dalam mobil begitu beku. Raka mengemudikan kendaraan dengan tatapan kosong, sesekali mencuri pandang ke arah Sarah yang duduk diam di sampingnya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka sejak meninggalkan kantor Sarah, tempat Nadia baru saja menciptakan kekacauan yang tak terelakkan.Kata-kata Nadia masih terngiang jelas di telinga Raka, seperti sebuah lonceng peringatan yang terus berdentang tanpa henti. Ia menekan pedal gas sedikit lebih dalam, berusaha mengalihkan pikirannya dari wajah wanita itu, tetapi bayangan Sarah yang bersikap dingin di samping membuat beban itu semakin berat.Sementara Sarah di sisi lain, berusaha sekuat tenaga untuk tidak meluapkan semua pertanyaan yang berkecamuk dalam benaknya. Dia tahu, suasana hati Raka tidak memungkinkan untuk diinterogasi saat ini. Namun, hatinya tetap tergores setiap kali mengingat adegan Nadia yang
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

49. TELEPON PENTING

“Kenapa kamu malah nanya begitu?” Raka memandang Sarah dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia bingung dengan arah pembicaraan ini.Sarah menghela napas, menatap Raka dengan mata yang kini mulai terlihat lelah. “Wajar dong, Mas. Dari tadi yang aku dengar, Mas terus nyalahin diri sendiri dan kasihan sama Mbak Nadia.”Nada suara Sarah terdengar ringan, tetapi ada sesuatu yang lain di sana—sesuatu yang menyentuh ego dan rasa bersalah Raka. Ia tahu, istrinya sedang cemburu.“Kamu cemburu?” tanya Raka, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.Sarah mendengus kecil, pandangannya beralih ke arah jendela. Angin malam menggesek dedaunan di luar sana, menciptakan suara samar yang membuat keheningan di dalam kamar mereka terasa semakin nyata. “Mas pikir?”“Kamu istriku, Sarah. Mana mungkin aku masih mikirin orang lain,” jawab Raka dengan suara yang lebih rendah, seperti mencoba menenangkan
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

50. RAKA TIDAK PULANG

Hujan terus mengguyur deras malam itu, seperti melukiskan kekacauan yang sedang terjadi di dalam hati Raka. Pesan dari Nadia yang penuh keputusasaan membuat pikirannya semakin buntu. Waktu seperti berlari terlalu cepat, tetapi jawabannya tetap tak kunjung ia temukan.Dia kembali membaca pesan itu, mencoba memahami di mana Nadia mungkin berada. Kalimat tadi terus mengganggu pikiran Raka. Ia harus menemukannya sebelum terlambat.Setelah merenung sebentar, Raka teringat sesuatu. Nadia pernah menyebutkan sebuah tempat ketika mereka masih bersama dulu—jembatan tua di luar kota. Tempat itu adalah tempat favorit Nadia untuk menenangkan diri ketika ia merasa terbebani.Tanpa berpikir panjang, Raka mengarahkan mobilnya ke sana. Jalan menuju jembatan tua itu semakin sepi dan gelap. Pohon-pohon tinggi berdiri di kedua sisi jalan, menggambarkan suasana yang semakin mencekam.Sesampainya di jembatan, Raka segera mematikan mesin mobil. Hujan yang terus turun memb
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status