Share

42. RAKA JADI TANTRUM

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2024-11-27 23:11:09

“Apa?” suara Sarah bergetar, disertai jantung yang berdetak kencang.

Bagaimana tidak? Belum pernah sebelumnya dia dan Raka berada di posisi sedekat ini. Suaminya itu kini menatapnya dengan napas yang menyapu permukaan wajah, begitu hangat namun menekan. Bahkan jarak pandang mereka tak sampai satu jengkal.

“Kenapa malah diam? Jawab aku, Sarah,” gumam Raka, suaranya mulai merendah, tapi tetap sarat emosi.

Sarah masih membeku. Hanya kelopak matanya yang berkedip berulang-ulang, mencoba mengatasi ketegangan yang memuncak. Sementara itu, dada Raka bergemuruh, hampir kehilangan akal sehatnya. Ia mengencangkan rahang, seperti menahan sesuatu yang hendak meluap.

Namun, seketika ia menarik diri, berdiri dengan gerakan cepat dan menegakkan badan. “Sial!” desisnya sambil membalikkan badan, melangkah dengan cepat menuju kamar mandi.

Sarah yang masih terpaku di atas ranjang hanya bisa memandang punggung Raka yang menghilang di balik pintu kamar mandi dengan tatapan kosong.

Sementara di dalam kamar
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   43. RAKA BERBUAT CURANG

    "Aku ingin meminta hakku."Suara Raka serak, nyaris berbisik, namun penuh dengan ketegasan yang membuat Sarah membatu. Tatapannya yang gelap dan dalam tak pernah lepas dari matanya, membuat dada Sarah sesak dengan berbagai perasaan yang membaur."Mas..." Sarah berusaha mencari kata-kata, tetapi tenggorokannya tercekat.Raka mendekat, perlahan namun pasti. "Aku suamimu, Sarah," ucapnya, dengan nada yang lebih rendah tapi masih sarat emosi. "Aku lelah berada di posisi ini. Kita menikah, tapi kamu terus membangun dinding yang aku enggak bisa tembus. Sampai kapan kita akan seperti ini?"Sarah menggelengkan kepalanya, mencoba mencari jalan keluar dari perdebatan ini. Namun, Raka sudah melanjutkan. "Aku enggak mau terus merasa seperti tamu di sini. Aku ingin kamu, Sarah. Aku ingin kita benar-benar menjadi suami istri, bukan sekadar status di atas kertas."Tatapan matanya yang tajam melembut, berubah menjadi sorot yang penuh dengan kerinduan dan luka. "Tolong, Sarah," bisiknya. "Aku hanya in

    Last Updated : 2024-11-28
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   44. PANGGILAN SAYANG

    Pandangan semua orang kini tertuju pada Sarah yang baru saja menoleh ke arah belakang. Wanita berkerudung cokelat muda itu membelalakkan mata, terkejut sekaligus malu karena kini menjadi pusat perhatian publik. Tatapannya tertuju pada Raka, yang berdiri tidak jauh dari mobil. Dengan senyum lebarnya, pria tersebut terlihat sangat menikmati momen tersebut."Mas, ada apa lagi? Kenapa manggil aku balik?" tanya Sarah dengan nada setengah berbisik begitu ia mendekat. Wajahnya memerah karena semua mata masih tertuju padanya.Raka, dengan santainya, melangkah mendekati Sarah. Ia mengulurkan tangan, merapikan ujung kerudung istrinya. "Bagian sini terlipat," ucapnya tenang, matanya menatap lekat-lekat ke wajah Sarah. "Aku ingin memperbaikinya."Sarah mengerjap, merasa semakin malu. Tatapan hangat Raka saat tangannya bergerak membenahi kerudung itu membuatnya sedikit salah tingkah."Nah, kalau begini istriku sudah cantik," tambah Raka setelah memastikan semuanya rap

    Last Updated : 2024-11-28
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   45. OBAT PENAWAR CEMBURU

    Raka menghempaskan ponselnya ke meja dengan wajah yang merah padam. Bibirnya komat-kamit, mengeluarkan serangkaian misuh-misuh yang tak jelas arahnya. "Dasar nggak masuk akal... orang spesial katanya... apaan coba ini!" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.Sarah yang baru saja muncul dari kamar mendekat dengan dahi berkerut. "Mas, ngomong apa sih? Kenapa wajah kamu kayak gitu?" tanyanya sambil menarik kursi dan duduk dengan perlahan. Matanya melirik ke arah ponsel Raka yang masih menyala di meja.Namun, bukannya menjawab, Raka malah melipat kedua tangannya di dada, duduk dengan wajah cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk. "Nggak ada apa-apa," gumamnya pendek.Sarah menaikkan sebelah alis. "Nggak ada apa-apa kok ngomel-ngomel sendiri? Aku jadi penasaran, Mas." Ia menggeser ponsel Raka yang masih ada di meja dan melirik layarnya. Seketika senyumnya merekah. "Oh, ini toh yang bikin Mas ngambek?"Melihat Sarah tersenyum, Raka semakin kesal. "Kamu kok malah ketawa, sih?" prote

    Last Updated : 2024-11-29
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   46. PENUTURAN RAFLY

    Raka tertawa keras, berhasil menangkap bantal sebelum mengenai wajahnya. “Kenapa? Aku kan cuma nanya,” godanya sambil menahan tawa.Sarah mengembuskan napas kesal, tapi rona merah di wajahnya semakin jelas. “Mas ini nggak ada habisnya ya. Udah pagi, loh. Ayo bangun! Aku mau masak buat sarapan,” katanya cepat sambil mencoba bangkit dari tempat tidur.Namun, Raka dengan cepat menahan pergelangan tangannya, membuat Sarah kembali terduduk. “Masak buat sarapan nanti aja. Aku masih mau kamu di sini,” ucapnya dengan nada lembut tapi tegas.Sarah menghela napas panjang, tapi akhirnya menyerah. Meski begitu, ia tetap tak bisa menyembunyikan senyum kecil di sudut bibirnya. Ia tahu, Raka hanya sedang menikmati momen kebersamaan mereka—dan itu adalah sesuatu yang tidak ingin ia sia-siakan.“Mas, jangan nakal,” gumamnya pelan, sebelum menyandarkan kepala ke bahu Raka sejenak.Raka menghela napas puas, menari

    Last Updated : 2024-11-29
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   47. KAMU HARUS TANGGUNG JAWAB!!

    Raka mematung di tempat. Pandangannya menyapu di sekeliling ruangan yang mendadak hening. Kini, dia dan Nadia menjadi pusat perhatian banyak orang. Mata-mata yang menatap penuh rasa ingin tahu membuatnya semakin kaku. Ia tidak pernah menyangka akan menghadapi situasi seperti ini.“Apa-apaan kamu, Nad?” tanyanya dengan nada rendah, meski jelas terdengar ketegangan di dalamnya.Nadia tetap memeluknya erat, tubuhnya bergetar dalam tangis. Air matanya mengalir deras, membasahi kemeja Raka yang kini terasa berat. Gadis itu tidak peduli pada sekitarnya, bahkan tidak peduli pada tatapan penuh bisik-bisik dari rekan kerja mereka.“Aku nggak tahu harus ke mana lagi, Ka,” ucap Nadia dengan suara parau.Raka menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosi yang mulai memuncak. “Nad, kita di kantor. Lepas dulu, kita bisa bicara nanti,” bisiknya, berusaha terdengar setenang mungkin meski amarah dan rasa malu mulai membakar diri.Namun, Nadia justru semakin erat memeluknya, seolah takut Raka

    Last Updated : 2024-11-30
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   48. JADI BAGAIMANA?

    Malam itu udara terasa lebih dingin dari biasanya, namun bukan hanya hawa dingin yang membuat suasana di dalam mobil begitu beku. Raka mengemudikan kendaraan dengan tatapan kosong, sesekali mencuri pandang ke arah Sarah yang duduk diam di sampingnya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka sejak meninggalkan kantor Sarah, tempat Nadia baru saja menciptakan kekacauan yang tak terelakkan.Kata-kata Nadia masih terngiang jelas di telinga Raka, seperti sebuah lonceng peringatan yang terus berdentang tanpa henti. Ia menekan pedal gas sedikit lebih dalam, berusaha mengalihkan pikirannya dari wajah wanita itu, tetapi bayangan Sarah yang bersikap dingin di samping membuat beban itu semakin berat.Sementara Sarah di sisi lain, berusaha sekuat tenaga untuk tidak meluapkan semua pertanyaan yang berkecamuk dalam benaknya. Dia tahu, suasana hati Raka tidak memungkinkan untuk diinterogasi saat ini. Namun, hatinya tetap tergores setiap kali mengingat adegan Nadia yang

    Last Updated : 2024-11-30
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   49. TELEPON PENTING

    “Kenapa kamu malah nanya begitu?” Raka memandang Sarah dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia bingung dengan arah pembicaraan ini.Sarah menghela napas, menatap Raka dengan mata yang kini mulai terlihat lelah. “Wajar dong, Mas. Dari tadi yang aku dengar, Mas terus nyalahin diri sendiri dan kasihan sama Mbak Nadia.”Nada suara Sarah terdengar ringan, tetapi ada sesuatu yang lain di sana—sesuatu yang menyentuh ego dan rasa bersalah Raka. Ia tahu, istrinya sedang cemburu.“Kamu cemburu?” tanya Raka, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.Sarah mendengus kecil, pandangannya beralih ke arah jendela. Angin malam menggesek dedaunan di luar sana, menciptakan suara samar yang membuat keheningan di dalam kamar mereka terasa semakin nyata. “Mas pikir?”“Kamu istriku, Sarah. Mana mungkin aku masih mikirin orang lain,” jawab Raka dengan suara yang lebih rendah, seperti mencoba menenangkan

    Last Updated : 2024-12-01
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   50. RAKA TIDAK PULANG

    Hujan terus mengguyur deras malam itu, seperti melukiskan kekacauan yang sedang terjadi di dalam hati Raka. Pesan dari Nadia yang penuh keputusasaan membuat pikirannya semakin buntu. Waktu seperti berlari terlalu cepat, tetapi jawabannya tetap tak kunjung ia temukan.Dia kembali membaca pesan itu, mencoba memahami di mana Nadia mungkin berada. Kalimat tadi terus mengganggu pikiran Raka. Ia harus menemukannya sebelum terlambat.Setelah merenung sebentar, Raka teringat sesuatu. Nadia pernah menyebutkan sebuah tempat ketika mereka masih bersama dulu—jembatan tua di luar kota. Tempat itu adalah tempat favorit Nadia untuk menenangkan diri ketika ia merasa terbebani.Tanpa berpikir panjang, Raka mengarahkan mobilnya ke sana. Jalan menuju jembatan tua itu semakin sepi dan gelap. Pohon-pohon tinggi berdiri di kedua sisi jalan, menggambarkan suasana yang semakin mencekam.Sesampainya di jembatan, Raka segera mematikan mesin mobil. Hujan yang terus turun memb

    Last Updated : 2024-12-01

Latest chapter

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   175. TANDA PERPISAHAN (TAMAT)

    Hari itu, udara terasa begitu tenang. Raka dan Sarah tengah duduk berdua di ruang keluarga, ditemani oleh Nasha yang sedang bermain dengan mainan di lantai. Meskipun suasana terasa begitu damai, ada sesuatu yang terasa berat di hati Raka. Ada semacam pertanda yang tak terucapkan, seolah dunia sedang mengingatkan mereka untuk lebih menghargai waktu yang ada. Beberapa hari sebelumnya, mereka baru saja merayakan ulang tahun pertama Nasha dengan penuh kebahagiaan. Momen itu, yang dipenuhi dengan tawa anak-anak panti asuhan dan sentuhan kasih sayang keluarga besar, memberikan Raka dan Sarah sebuah pemahaman baru tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Pak Herman kini mendatangi Raka yang sedang bersantai di taman belakang. Suaranya yang berat dan penuh makna terasa sangat berbeda dari biasanya. “Raka, ada hal penting yang ingin Papa sampaikan padamu,” kata Pak Herman saat teleponnya berbunyi. Suaranya terdengar agak lemah, namun tetap penuh kehangatan. Raka segera duduk tegak, khawat

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   174. ULANG TAHUN PERTAMA NASHA

    Hari itu, langit tampak cerah, seakan ikut merayakan hari istimewa dalam keluarga kecil Raka dan Sarah. Nasha genap berusia satu tahun. Bukan pesta besar yang mereka persiapkan, tetapi sebuah acara syukuran sederhana yang penuh makna. Raka dan Sarah sepakat untuk merayakan ulang tahun pertama putri mereka dengan berbagi kebahagiaan di sebuah panti asuhan.Panti asuhan itu bukan tempat yang asing bagi mereka. Sejak kejadian penculikan Nasha dan konspirasi Bu Rini yang membuat mereka hampir kehilangan segalanya, Raka dan Sarah lebih banyak merenungi arti keluarga dan kasih sayang. Mereka ingin mengajarkan kepada Nasha bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya tentang perayaan mewah, tetapi juga tentang berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.Pagi itu, suasana panti asuhan sudah mulai ramai. Anak-anak di sana terlihat bersemangat menyambut kedatangan tamu istimewa mereka. Beberapa dari mereka bahkan sudah mengenal Sarah dan Raka karena kunjungan-kunjungan sebelumnya. Pak

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   173. AKHIRNYA ..

    Setelah berhasil menyelamatkan Nasha dari tangan penculiknya, Raka, Sarah, dan Jeno kembali ke tempat persembunyian sementara mereka. Malam itu mereka beristirahat sejenak, meski pikiran mereka masih dipenuhi ketegangan. Namun, mereka tahu bahwa semua ini belum benar-benar berakhir.Keesokan paginya, Jeno menerima laporan dari timnya bahwa beberapa anak buah Bu Rini yang terlibat dalam penculikan telah tertangkap. Namun, dalang utama di balik kejadian ini masih menjadi misteri."Aku sudah melacak transaksi dan komunikasi mereka. Satu nama yang terus muncul adalah seorang pria bernama Anton," kata Jeno dengan serius. "Dia adalah tangan kanan Bu Rini yang selama ini bekerja di balik layar. Sepertinya dialah yang mengatur segalanya."Raka mengepalkan tangannya. "Jadi, dia yang selama ini mengancam keluargaku?"Jeno mengangguk. "Dia sangat licin dan punya banyak koneksi. Tapi aku sudah menghubungi seseorang yang bisa membantu kita menangkapnya."Tak la

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   172. APAKAH ADA TITIK TERANG?

    Malam semakin larut, tetapi Raka, Sarah, dan Jeno masih terjaga. Pikiran mereka penuh dengan kekhawatiran dan strategi. Pesan singkat yang baru saja diterima Raka seolah menjadi alarm bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu lagi."Kita harus menemukan keberadaan mereka sebelum mereka melakukan sesuatu yang lebih gila," kata Jeno dengan nada serius. "Aku sudah menghubungi seseorang yang pernah bekerja untuk Bu Rini. Dia setuju untuk bertemu, tapi dengan syarat kita harus berhati-hati."Raka mengangguk. "Di mana kita bisa menemuinya?""Sebuah gudang tua di pinggiran kota. Dia bilang tempat itu aman, jauh dari pantauan orang-orang yang mungkin bekerja untuk Bu Rini," jawab Jeno.Sarah menggenggam tangan Raka erat. "Aku takut, Mas. Bagaimana jika ini jebakan?"Raka menatap dalam ke mata istrinya. "Kita tidak punya pilihan lain, Sayang. Ini satu-satunya petunjuk yang kita punya. Aku janji, aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau Nasha."Jeno menghela napas. "Baiklah, kita be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   171. SIAPA DALANGNYA?

    Sarah menggigit bibirnya, mencoba menahan isak tangis yang hampir pecah lagi. Raka masih duduk di sebelahnya, ponsel di tangannya terasa dingin, seperti ancaman yang baru saja mereka terima. Jeno, yang berdiri di seberang mereka, mengetik sesuatu di ponselnya dengan cepat. Pria itu kemudian menatap Raka dengan sorot mata penuh kewaspadaan."Aku sudah menghubungi seseorang untuk melacak sumber video itu. Butuh waktu, tapi kita akan menemukan mereka," kata Jeno dengan suara dalam.Raka mengangguk, tangannya masih menggenggam jemari Sarah erat. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh Nasha lebih lama lagi. Tapi kita harus berhati-hati, mereka jelas tahu pergerakan kita."Sarah menelan ludah, mencoba mengusir rasa takut yang menggerogoti hatinya. "Siapa yang cukup kejam untuk melakukan ini, Mas? Aku yakin ini bukan Ratna. Dia ada di penjara. Lalu siapa?"Hening. Raka menatap Sarah, begitu pula Jeno. Tidak ada yang bisa menjawabnya saat itu.Namun, di balik keheningan itu, otak Raka be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   170. NASHA DICULIK

    "NASHA?"Suara Sarah memekik lantang. Tangannya gemetar saat ia melihat layar ponselnya. Tak lama kemudian, sebuah kiriman video berputar otomatis, menampilkan seorang bayi mungil berusia tiga bulan yang menangis keras. Mata Sarah membelalak, napasnya tercekat. Itu Nasha. Anak mereka telah diculik.Raka segera meraih ponsel dari tangan Sarah, matanya membelalak saat melihat rekaman itu. Nasha berada di dalam ruangan yang remang-remang, hanya diterangi cahaya redup dari lampu gantung. Tangisan bayi mereka menggema, membuat dada Sarah dan Raka terasa sesak. Tak ada suara lain dalam video itu, hanya isakan kecil yang semakin memilukan.Sebuah pesan muncul sesaat setelah video berakhir."Kalian ingin Nasha kembali? Jangan hubungi polisi. Kami akan memberitahu langkah selanjutnya."Sarah menatap Raka dengan wajah penuh ketakutan. "Mas... kita harus melakukan sesuatu. Nasha masih kecil, dia butuh kita."Raka mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyen

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   169. HARI PERSIDANGAN

    Aula pengadilan dipenuhi dengan desas-desus dan tatapan tajam dari berbagai pihak. Sidang gugatan terhadap Ratna akhirnya dimulai, menjadi momen yang akan menentukan nasib keluarga Raka. Dengan bukti yang hilang, mereka harus mencari celah lain untuk melawan Ratna di hadapan hakim.Raka dan Sarah duduk di barisan penggugat, didampingi oleh pengacara mereka, Pak Rendy. Di seberang, Ratna tampak percaya diri dengan pengacara handalnya, seorang pria berpenampilan rapi dengan senyum yang mengintimidasi. Sorot matanya penuh dengan kesombongan, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Hakim mengetuk palu tanda sidang dimulai. "Sidang gugatan keluarga Raka Prasetya terhadap Ratna Wijayanti dibuka. Penggugat, silakan sampaikan tuntutan Anda."Pak Rendy berdiri. "Yang Mulia, kami memiliki bukti kuat bahwa tergugat telah memindahkan aset keluarga secara ilegal ke rekening pribadinya, tanpa persetujuan dari pewaris sah, yang menyebabkan kerugian besar bagi kel

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   168. BUKTI YANG HILANG

    Kehidupan Raka dan Sarah dalam beberapa minggu terakhir terasa seperti berjalan di atas bara api. Terlebih saat Jeno diserang oleh beberapa orang tak dikenal.Saat ini gugatan hukum terhadap Ratna telah menjadi berita utama di keluarga besar dan di luar sana. Ratna, seperti yang diperkirakan, tidak tinggal diam. Ia menggunakan segala cara, dari intimidasi hingga permainan kotor untuk menggagalkan perjuangan Raka dan Sarah.Hari itu, Raka dan Sarah sedang mengatur dokumen-dokumen penting di ruang kerja kecil di rumah mereka. Flash drive yang berisi dokumen-dokumen penting, termasuk bukti transfer aset ilegal Ratna, menjadi inti dari rencana mereka. Raka memastikan semua file telah dicadangkan dengan baik.“Sayang, aku rasa kita harus menyimpan salinan file ini di tempat yang lebih aman. Flash drive ini terlalu berisiko kalau hanya kita simpan di sini,” kata Raka sambil memegang benda kecil itu.Sarah mengangguk, setuju dengan saran suaminya. &l

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   167. JENO CELAKA

    Raka masih memikirkan ancaman terselubung Ratna saat sidang sementara Sarah merasa tertekan setelah mengetahui kondisi Pak Herman kembali memburuk. Beban dari kasus ini mulai menyusup ke dalam hubungan mereka.“Mas, kamu yakin bukti itu aman di tangan Jeno?” tanya Sarah sambil menuangkan kopi ke cangkir.Raka yang duduk di kursi makan, hanya mengangguk tanpa menatap Sarah. “Jeno sudah buktikan dia bisa dipercaya, Sayang. Aku rasa kita nggak punya pilihan lain.”Sarah menghela napas panjang. “Tapi kita juga harus waspada. Ratna mungkin akan bertindak lebih gila kalau dia tahu Jeno berpihak pada kita.”Raka menatap istrinya dengan mata yang penuh beban. “Aku tahu kamu khawatir, Sayang. Tapi kita sudah sampai sejauh ini. Kalau kita goyah sekarang, Ratna yang menang.”Sarah menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa kesal. “Aku bukan goyah, Mas. Aku cuma… aku cuma nggak mau kehilangan apa yang sudah kita perjuangkan.”Raka berdiri dan berjalan mendekati Sarah, menyentuh pundaknya lemb

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status