Semua Bab PENGENDALI ANGIN PETIR: Bab 21 - Bab 30

70 Bab

Bab 021

Siapakah sebenarnya Mangkubumi ini?Selanjutnya Mangkubumi mengenakan pakaian kebangsawanan lagi, tetapi bagian wajahnya tetap menyamar. Orang tidak bisa terlihat wajah aslinya kecuali keluarga Senapati Pranajaya.Sang senapati sendiri diperintahkan untuk bersiap menghadapi musuh yang akan datang. Mangkubumi sudah menyiapkan rencana apa saja yang harus dikerjakan Senapati Pranajaya.Di rumah kediaman senapati, Pranajaya sudah mengenakan pakaian kebesaran. Sedangkan Nala Ratih dan Asmarini hanya berganti pakaian yang lebih bersih saja.Saat di perjalanan sebelumnya Mangkubumi sudah menjelaskan bahwa hampir semua pejabat di istana Kawali sudah berpihak kepada tiga senapati senior.Mangkubumi sudah mencium gerakan tiga senapati tersebut tidak lama lagi akan menggulingkan dirinya. Dia juga sudah menyelidiki siapa di belakang tiga senapati itu.Malam harinya tiga senapati senior itu sedang berkumpul di satu tempat masih di dalam wilay
Baca selengkapnya

Bab 022

Asmarini, si cantik yang sudah digembleng sejak kecil oleh orang tuanya, terutama sang ibu. Kini sudah tumbuh menjadi pendekar wanita yang tangguh.Satu yang belum dia dapatkan yaitu pusaka Pedang Bidadari, karena senjata itu masih menyatu di dalam tubuh ibunya.Namun, dengan senjata pedang pemberian sang ayah, Asmarini tampak tangguh memainkan jurus-jurus yang kebanyakan didapat dari sang ibu.Gadis cantik yang kini berusia dua puluh satu tahun itu melakoni pertarungan pertamanya melawan Senapati Darsana yang juga sama menggunakan pedang sebagai senjatanya.Memiliki tubuh molek yang membuat gairah lelaki menggelora menjadi senjata lain yang dapat mempengaruhi lawan. Tidak terkecuali Senapati Darsana yang merupakan lelaki normal dan masih suka melihat yang bening-bening."Sialan! Aku tidak bisa memusatkan pikiran!" keluh Senapati Darsana.Lelaki ini tidak bisa memainkan jurusnya dengan mantap. Lekuk tubuh Asmarini yang begitu ind
Baca selengkapnya

Bab 023

Senapati Bardasena tidak bisa menyelamatkan diri. Posisinya yang terdesak menyebabkan ruang geraknya sempit. Akhirnya bobol sudah pertahanannya.Tombak Senapati Pranajaya menembus dalam ke bagian jantungnya. Seketika darah mengucur di bagian yang tertusuk. Tubuh Senapati Bardasena limbung. Bola matanya berputar-putar ke atas. Jeritannya tertahan.Sett! Brukk!Begitu tombak dicabut, tubuh senapati tua ini ambruk tak berkutik lagi. Bersamaan dengan itu pertempuran lainnya terhenti. Kecuali pertarungan antara Mangkubumi dengan Gulutuk Cengir.Senapati Pranajaya memerintahkan prajuritnya membawa para pengkhianat yang masih hidup ke ruang tahanan. Kemudian dia bersama anak dan istrinya menyaksikan pertarungan Mangkubumi.Pada saat para pengkhianat ini digiring, mereka sempat menyaksikan pertarungan Mangkubumi. Ada yang membuat mereka terkejut bukan main. Kecuali keluarga Senapati Pranajaya.Karena saat itu Mangkubumi membuka penyamara
Baca selengkapnya

Bab 024

"Sebenarnya aku lebih dendam kepada Jawara Bentar alias Dewa Petir, tapi dia sudah tiada. Tinggal satu orang yaitu Ismaya, aku harus membalas sakit hatiku!""Dewa Petir memiliki penerus, dan itu menjadi urusanku karena aku juga menyimpan dendam kepadanya!" sahut Orang serba hitam."Kau duduklah di situ!" perintah sosok serba merah sambil menunjuk ke batu tempat duduknya tadi.Orang serba hitam langsung menuruti tanpa banyak kata. Dia duduk bersila di atas batu tersebut menghadap ke arah sosok serba merah yang merupakan gurunya."Silangkan tanganmu, tatap mataku!"Kembali orang serba hitam melakukan yang disuruh oleh sosok serba merah.Beberapa kejap berikutnya terasa hawa sakti panas memenuhi ruangan ini. Lalu mengepul asap merah keluar dari kepala bagian belakang sosok serba merah.Keduanya saling tatap tak berkedip. Bahkan berusaha sekuat mungkin agar tidak mengedipkan mata. Lalu terdengar suara menggeram.Syu
Baca selengkapnya

Bab 025

"Itu membuktikan bahwa bumbung bambu tidak berisi air, tapi sesuatu yang lebih berat dari air. Yang benar adalah patung emas itu ada di dalamnya!" lanjut Bayu.Benda berat itulah yang menyebabkan tali bumbung menekan kuat seperti mencekik sehingga menimbulkan bekas di kulit bahu."Beraninya kau bicara sembarangan!" Bayan angkat goloknya hendak hendak menebas kepala Bayu.Akan tetapi, orang ke empat yang dari tadi diam saja tiba-tiba bergerak menjambret bumbung bambu yang masih menggantung di bahu Bayan seraya langsung membantingnya ke lantai.Brakk!Bumbung bambu pecah dan mencelatlah sebuah benda berat berguling ke lantai. Patung kecil berwarna kuning berbentuk rupa dewa Whisnu."Bayan, beraninya kau berbohong!" bentak Barep langsung naik pitam.Pada saat itu Bayan hendak kabur, tapi orang ke empat tadi langsung menyarangkan beberapa pukulan yang menyebabkan Bayan tersungkur.Orang ke empat ini segera menotok
Baca selengkapnya

Bab 026

Di salah satu teras bangunan sebelah utara tampak tiga orang tua yang beberapa hari lalu menyaksikan pertarungan Bayu di bukit kecil. Mereka adalah dua kakek-kakek dan satu nenek-nenek.Sementara di sisi selatan tampak berdiri dua orang menghadap ke arah para pendekar. Sepertinya mereka yang akan memimpin pertemuan ini.Mereka adalah tokoh yang berhubungan dengan padepokan ini. Sepasang suami istri, sepasang pendekar yang telah menorehkan nama besar mereka.Yang laki-laki bisa dibilang satu-satunya murid Padepokan Cakrabuana yang masih ada yaitu Wirapati yang juluk Si Tapak Sakti.Yang satunya adalah istrinya. Murid terbaik perguruan Teratai Emas yang juga telah hancur yaitu Parwati Si Walet Putih.Di antara pendekar lainnya ada juga Jaya Antea Pendekar Cakar Sakti.Beberapa saat kemudian Wirapati tampak maju beberapa langkah ke tengah. Dia mengangkat satu tangannya pertanda meminta perhatian kepada para hadirin."Sampur
Baca selengkapnya

Bab 027

Banyak orang sudah menyangka Ki Abiasa ikut terbunuh dalam pembantaian di Padepokan Cakrabuana delapan tahun lalu. Sekarang mereka melihat dengan jelas kalau sang sesepuh padepokan tersebut masih hidup.Kalau saja mukanya tidak ditutup kain, orang serba hitam ini menunjukkan rasa terkejutnya."Yang Maha Kuasa masih menghendaki aku tetap hidup untuk mengungkap kebenaran. Justru Pendekar Angin Petir-lah yang menyelamatkan aku saat sekarat sampai akhirnya bisa pulih seperti yang kalian lihat sekarang!"Meski separuhnya sudah terbongkar siapa pelaku pembantaian yang sebenarnya, tapi orang serba hitam sepertinya tidak gentar sama sekali. Dia begitu yakin dengan kekuatan yang dimilikinya."Saya juga bersaksi kalau Pendekar Angin Petir bukan pelakunya!" Suara ini berasal dari salah satu kakek yang berdiri di teras bangunan sebelah utara.Semuanya menoleh ke arah sana. Si kakek tersebut lalu menarik jenggot dan rambut putihnya yang ternyata palsu
Baca selengkapnya

Bab 028

Ki Abiasa berhasil mengimbangi lawan walaupun mengeluarkan tenaga yang lebih menguras.Pada saat itulah Bayu segera mengirim suara batinnya setelah mendapatkan inti sari ilmu dan jurus yang digunakan Kupra dalam kitab Buana Sampurna baris sekian halaman sekian.Bayu memberikan petunjuk baik gerakan sebagai perlawanan jurus lawan atau bagaimana cara mengalirkan hawa sakti dan tenaga dalam guna menghalau ilmu Jari Petir yang menjadi andalan Kupra.Semua yang menyaksikan terperanjat termasuk Kupra juga. Yang awalnya menebak Ki Abiasa akan terdesak dalam beberapa jurus justru tiba-tiba saja mampu mengimbangi lawan.Bahkan petir-petir yang melesat dari jari-jari Kupra dibuat meleset, hanya menemui tempat kosong.Sementara pertarungan terus berlangsung sengit. Panji malah terpusat kepada Asmarini. Tentu saja karena wajah gadis itu sangat mirip dengan ibunya."Nyai, lihat gadis itu!" kata Panji kepada istrinya."Siapa dia, Kang
Baca selengkapnya

Bab 029

Kupra laksana ditimpa gunung. Bangunan terdekat di sebelah selatan ikut hancur terkana hantaman telapak tangan raksasa itu.Sementara tubuh Kupra terdengar retak tulang-tulangnya, tapi sosoknya masih tampak menggeliat-geliat kesakitan. Dari sepuluh jarinya masih keluar petir-petir kecil.Semua pendekar bersorak girang, tapi tak ada satu pun yang bertindak tidak kesatria. Kalau mau bisa saja mereka turun mengeroyok menghabisi musuh yang selama ini telah meresahkan dunia persilatan.Agak jauh di tempat terpisah, tampak seorang wanita berumur tiga puluhan tahun menatap penuh kepuasan saat melihat Kupra tersiksa sedemikian rupa.Di sebelah kirinya wanita ini menggandeng seorang anak laki-laki yang berumur tujuh tahun. Anak ini tampak polos saja menyaksikan kejadian mengerikan itu.Tanpa disadari wanita ini sejak tadi menjadi perhatian Jaya Antea alias Pendekar Cakar Sakti. Sepertinya satu-satunya murid perguruan Lodaya Sakti yang tersisa ini
Baca selengkapnya

Bab 030

Wanita yang membawa anak juga tengah berjalan menuruni lereng. Di belakangnya Jaya Antea tampak selalu mengikuti. Percakapan beberapa waktu lalu hanya berupa perkenalan saja.Jaya Antea sepertinya ingin selalu menemani wanita yang membawa anak itu. Namun, wanita itu seperti tidak nyaman. Hingga akhirnya wanita ini berhenti melangkah lalu berbalik."Kenapa kau mengikutiku?"Jaya Antea terdiam tidak bisa menjawab. Ada perasaan halus terhadap perempuan ini. Perasaan yang belum pernah dia alami sebelumnya."Aku, aku ...." Mulut Jaya Antea jadi kelu."Apa maksudmu?""Aku ... Ingin menikahimu!"Wanita ini terperanjat mendengar ucapan Jaya Antea yang terkesan dipaksakan berani. Sedangkan Jaya Antea menahan debaran keras dalam dadanya.Setelah mengucapkan kalimat tadi, dia merasa seperti baru saja menghancurkan belenggu yang mengunci mulutnya."Apa-apaan kau ini. Baru saja bertemu hari ini, kau sudah macam-maca
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status