Home / Pendekar / PENGENDALI ANGIN PETIR / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of PENGENDALI ANGIN PETIR: Chapter 51 - Chapter 60

70 Chapters

Bab 051

Begitu menghantam lantai, gelombang angin ini terpecah mengarah ke kaki para pendekar bagaikan ular yang mengejar mangsanya. Pada saat itu Ki Teja Maruta sudah melompat setengah tombak. Para pendekar yang tengah menyerang langsung urungkan serangan masing-masing lalu melompat juga guna menyelamatkan diri dari serangan gelombang tenaga angin dan petir ini. Maka terbukalah jarak yang lebih lebar dari sebelumnya. Kejap berikutnya Bayu mendarat bersamaan dengan Ki Teja Maruta. Begitu juga pendekar lainnya. "Angin petir!" seru Ki Raga Alit sepertinya mengetahui tenaga sakti yang dikeluarkan Bayu Bentar. Sutasoma merasakan ilmu ini begitu dahsyat. Dia merasa bergidik. Pendekar muda yang baru dikenalnya ini ternyata tidak bisa dianggap remeh. "Kenapa kau malah membela dia?" sentak Nini Rumpaka. "Saya harap kita saling menghormati!" ujar Bayu. "Saya sudah berjanji akan menemukan pelaku pembunuhan dalam
Read more

Bab 052

Lalu Bayu melihat dua orang murid yang sedang berjalan membawa bakul yang sudah kosong. Mereka habis mengantarkan makanan kepada para tamu di kamar masing-masing. Ketika melewati Bayu, mereka berhenti seraya menjura. "Makanan sudah kami antarkan ke kamar!" kata salah satunya memberi tahu. "Terima kasih!" "Baik, kami permisi!" "Eh, maaf tunggu. Boleh saya bertanya?" "Silakan, Tuan!" "Apa mereka semua ada di kamarnya?" "Tidak semuanya, Ki Raga Alit dan Nini Rumpaka sedang tidak ada di kamar!" "Oh, terima kasih!" "Sama-sama, mari!" Sekali lagi mereka menjura lalu pergi. Ini suatu kebetulan buat Bayu. Segera saja dia pergi menuju halaman belakang istana. Firasatnya tidak mungkin siang-siang begini salah satunya ada di halaman tengah. Ketika sampai di tempat yang sepi, Bayu melesat ke atas atap. Sesekali dia me
Read more

Bab 053

Kembali Nini Rumpaka tertawa lantang. "Itu artinya kau menantangku bocah kemarin sore!" "Benar, tapi sebelum itu saya ingin bertanya dulu, Paman!" "Silakan!" "Kuburan siapa ini?" Bayu menunjuk pada makam yang terdapat daun lontarnya. "Kakak seperguruanku, Sadewa!" "Tidak salah lagi. Kemarin saya lupa menanyakan, jadi saya tanya pada Jaya Purana tentang bagaimana kematian Paman Sadewa ini. Saya menduga wanita yang kemarin saya lihat adalah kekasih Paman Sadewa dan dia datang ke sini bermaksud membalas dendam," Semua orang kembali menatap Nini Rumpaka. Ki Teja Maruta yang tampak berpikir keras seperti sedang mencoba menembus apa yang ada di balik wajah wanita yang tampak tua itu. "Saya yakin, semua yang terbunuh ini terlibat dalam tewasnya Paman Sadewa, sasaran selanjutnya mungkin Paman sendiri. Saya juga ingat Ki Raga Alit dan Pendekar Tangan Guntur datang ke sini karena undangan,
Read more

Bab 054

Rimasuri langsung menyerang Ki Teja Maruta yang berada di depannya dengan pukulan tenaga dalam yang tinggi. Akan tetapi Ki Teja Maruta sudah waspada dari awal. Tangannya yang sudah dilapisi tenaga dalam dan sebuah ilmu pukulan langsung bergerak menahan serangan. Desss! Tinju Nini Rumpaka terbentur telapak tangan Ki Teja Maruta yang menyala putih. Dua tenaga dalam beradu, tetapi yang satu lebih kuat dari yang lainnya. Rimasuri seperti memukul sebuah tebing batu besar. Celakanya dia kerahkan seluruh kekuatan. Tindakannya bagaikan burung kecil yang menghantamkan kepalanya sendiri ke tebing batu Brukk! Rimasuri alias Nini Rumpaka terpental keras sampai membentur dinding benteng istana. Dari mulutnya menyembur darah segar, lalu tubuhnya ambruk ke tanah. Beberapa saat dia menggelepar kemudian diam tak berkutik lagi. Nyawanya lepas begitu saja. Ilmu yang dikerahkan Ki Teja Maruta ternya
Read more

Bab 055

Menurut keterangan Ki Teja Maruta, orang yang sedang dicarinya yaitu Arya Soma berada di suatu tempat dan tidak pernah keluar sejak ditetapkan sebagai buronan kerajaan. Hal ini tentunya menjadi aneh apabila dihubungkan dengan kejadian yang menimpa desanya. Sedangkan perkataan Ki Teja Maruta tidak mungkin dusta. Karena dia sudah bicara sejujur-jujurnya. Hal ini juga membuat Bayu mempunyai dugaan lain. Dia akan mencoba menguraikan dan mengungkapkan apa sebenarnya yang terjadi. Yang paling penting dia harus segera menemui Arya Soma dalam situasi apapun. Kalaupun harus bertarung karena terseret oleh kabar ini, dia sudah siap. Setidaknya jangan sampai tewas. Hari ini Bayu menuju bukit di atas air terjun Cilutung yang jaraknya cukup jauh dari bukit Gajah Depa tempat istana Sanghyang Dora. Butuh waktu tiga hari berjalan kaki ke sana. Bayu menempuh perjalanan dengan tidak terburu-buru. Dia sengaja melakukannya.
Read more

Bab 056

"Bangsaku sangat menjunjung tinggi sifat kesatria!" ujar si orang asing, "aku tidak kenal dia, tidak juga mendompleng agar bisa menemukan persembunyianmu. Aku punya kemampuan sendiri!" Bayu menarik napas lega walau masih ada rasa khawatir, sepertinya Arya Soma keras kepala. Tidak akan mudah percaya. "Sudah jelas, Paman?" tanya Bayu sedikit menaikkan sebelah alisnya. Namun, Arya Soma tampak acuh. Sepertinya tidak mempedulikan pemuda ini. Padahal nama keduanya sudah menggegerkan belakangan ini dan tidak menutup kemungkinan Arya Soma juga ingin tahu lebih banyak tentang Bayu. Mantan senapati ini malah saling menatap tajam dengan orang asing yang datang belakangan. "Yamato, kau masih belum puas?" tanya Arya Soma. Orang asing yang ternyata bernama Yamato mendengkus keras. "Aku mencarimu untuk membalas dendam atas kematian guruku. Kalian guru dan murid telah mencurangi g
Read more

Bab 057

Yamato berteriak kencang seraya kembali menerjang dengan serangan yang lebih ganas. Gerakan pedangnya bagaikan angin yang tak terlihat. Namun, Arya Soma tidak gentar sama sekali. Dia malah menyeringai sembari menyambut serangan lawan dengan ayunan pedang yang tampak pelan saja. "Mati saja sendiri, jangan ajak-ajak orang lain. Aku masih ingin hidup seribu tahun lagi!" teriak Arya Soma juga. Trang! Serangan Yamato kandas. Benturan pedang lebih keras lagi. Getarannya sampai terasa bagai menusuk ke ulu hati. Keseimbangan Yamato goyah, menciptakan kelengahan. Walau kecil, tapi sangat berbahaya. Arya Soma tidak melewatkan kesempatan ini. Pedangnya berkelebat, menebas dari kiri ke kanan. Leher lawan yang dituju. Yamato sadar ini adalah serangan paling ganas yang membuat nama Arya Soma melambung tinggi di dunia persilatan berkat jurus ini. Tebasan Satu Titik. Sayangnya pendekar dari negeri seberang ini sedikit terlambat mengangkat pedangnya guna melindungi dirinya. Akibatnya
Read more

Bab 058

"Benar!" Lelaki hampir tua ini mengumpulkan ingatannya. Terutama tentang jurus pedangnya. Dia mengumpulkan beberapa kemungkinan dalam benaknya. "Paman sepertinya pernah ada hubungan khusus dengan Bibi Rukmini?" "Dulu kami adalah sepasang kekasih yang saling mencintai dan berjanji akan sehidup semati. Namun, ternyata orang tua kami telah menentukan jodoh masing-masing dan kami tidak berdaya melawannya. Jadi kami terpisahkan!" kenang Arya Soma. "Begitu," ujar Bayu sambil menghela napas pelan. "Ada lagi, Paman!" "Apa?" "Melihat gerakan jurus Tebasan Satu Titik sepertinya bukan berasal dari negeri ini, benarkah?" "Benar," jawab Arya Soma pelan agak mendesah. "Berbeda dengan yang lain, aku dipertemukan dengan seorang pengembara dari negeri seberang dan menjadi muridnya," Ternyata benar dugaan Bayu. Pendekar dari negeri asing ini bernama Nobunaga. Dari dialah Arya Soma menjelma menjadi pendekar pedang yabg hebat. Bahkan sampai direkrut jadi senapati. "Nah, sekarang siapa y
Read more

Bab 059

Suara kelebatan itu berasal dari atas wuwungan. Dengan tanpa suara juga, Bayu melenting ke langit-langit kamar hingga menempel ke puncak atap bagian dalam. Dengan jari-jari dia menggeser atap welit yang sangat tebal pada bagian yang lebih rendah sehingga matanya bisa menembus ke luar. Pemuda ini tidak sembarangan menggeser untuk mengintip, tapi disesuaikan dengan arah suara kelebatan. Ternyata pandangannya mengarah ke bangunan gelap yang tidak terurus itu. Walaupun agak telat, tetapi masih sempat melihat sekelebat bayangan mendarat ke belakang bangunan tersebut. Tidak lama kemudian beberapa bayangan tampak berkelebat dari belakang bangunan melesat ke berbagai arah. Setelah itu tampak satu sosok keluar dari dalam bangunan terbengkalai itu. Walaupun gelap, tidak jelas pakaian dan wajahnya, tapi bentuk tubuhnya jelas seorang wanita. "Bangunan itu ternyata masih digunakan. Tadi sewaktu makan, Paman Arya bilang sudah terbengkalai lama. Tidak ada yang mengurus dan tak ingin digu
Read more

Bab 060

"Aku akan membuka totokan jalan suaramu, tapi kau harus mau menjawab setiap pertanyaan dengan jujur atau... aku akan menikmati tubuhmu sepuasnya sampai pagi!" Bayu mengancam. Pada saat berkata begitu Bayu memegang bahu si gadis dan merebahkan tubuhnya lalu hendak menindihnya. Sebenarnya si pemuda berdebar juga, karena sebagai lelaki dia tidak memungkiri ada hawa birahi di saat-saat seperti ini. Apalagi kesempatan begitu terbuka. Sementara si gadis tampak makin panik, tapi tak bisa apa-apa. "Kedipkan mata dua kali tanda setuju!" Akhirnya si gadis menuruti kata-kata Bayu. Dia mengedip dua kali dengan jelas. Si pemuda kembali membangunkan si gadis dan menyandarkan ke dinding. Lalu melepas totokan yang menutup jalan suara. Si gadis tampak menghela napas beberapa kali, seolah-olah baru saja menahan napas dalam waktu lama. "Nah, kau pasti sudah tahu apa yang akan aku tanyakan!" "Aku tidak akan mengatakannya walaupun kau membunuhku!" tukas gadis ini. "Bagaimana kalau..."
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status