Share

Bab 059

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 12:41:25

Suara kelebatan itu berasal dari atas wuwungan. Dengan tanpa suara juga, Bayu melenting ke langit-langit kamar hingga menempel ke puncak atap bagian dalam.

Dengan jari-jari dia menggeser atap welit yang sangat tebal pada bagian yang lebih rendah sehingga matanya bisa menembus ke luar.

Pemuda ini tidak sembarangan menggeser untuk mengintip, tapi disesuaikan dengan arah suara kelebatan. Ternyata pandangannya mengarah ke bangunan gelap yang tidak terurus itu.

Walaupun agak telat, tetapi masih sempat melihat sekelebat bayangan mendarat ke belakang bangunan tersebut.

Tidak lama kemudian beberapa bayangan tampak berkelebat dari belakang bangunan melesat ke berbagai arah.

Setelah itu tampak satu sosok keluar dari dalam bangunan terbengkalai itu. Walaupun gelap, tidak jelas pakaian dan wajahnya, tapi bentuk tubuhnya jelas seorang wanita.

"Bangunan itu ternyata masih digunakan. Tadi sewaktu makan, Paman Arya bilang sudah terbengkalai lama. Tidak ada yang mengurus dan tak ingin digu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 060

    "Aku akan membuka totokan jalan suaramu, tapi kau harus mau menjawab setiap pertanyaan dengan jujur atau... aku akan menikmati tubuhmu sepuasnya sampai pagi!" Bayu mengancam. Pada saat berkata begitu Bayu memegang bahu si gadis dan merebahkan tubuhnya lalu hendak menindihnya. Sebenarnya si pemuda berdebar juga, karena sebagai lelaki dia tidak memungkiri ada hawa birahi di saat-saat seperti ini. Apalagi kesempatan begitu terbuka. Sementara si gadis tampak makin panik, tapi tak bisa apa-apa. "Kedipkan mata dua kali tanda setuju!" Akhirnya si gadis menuruti kata-kata Bayu. Dia mengedip dua kali dengan jelas. Si pemuda kembali membangunkan si gadis dan menyandarkan ke dinding. Lalu melepas totokan yang menutup jalan suara. Si gadis tampak menghela napas beberapa kali, seolah-olah baru saja menahan napas dalam waktu lama. "Nah, kau pasti sudah tahu apa yang akan aku tanyakan!" "Aku tidak akan mengatakannya walaupun kau membunuhku!" tukas gadis ini. "Bagaimana kalau..."

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 061

    "Bukankah tadi kau berkumpul di dalam bangunan yang tak terurus itu?" Nindira Saroya mengangguk. "Itu tempat kalian berkumpul, bukan. Bangunan itu milik siapa? Rumah ini milik siapa? Kau bilang tidak pernah melihat wajah pemimpinmu, tapi jelas dia seorang perempuan. Aku pikir dia juga tinggal di sini!" Sekali lagi Nindira Saroya terkejut. Karena selama ini dia pikir sang pemimpin hanya memanfaatkan bangunan terbengkalai saja. Tidak ada hubungan dengan pemilik rumahnya. Gadis ini juga akhirnya tahu pemilik rumah ini merupakan mantan senapati, dinyatakan buronan, tapi juga seorang pendekar pedang hebat. Yang tinggal di rumah besar ini, istri sang mantan senapati, dua anaknya, lalu ada adiknya yang kurang waras dan beberapa pembantu. Lalu siapakah sang pemimpin kalau benar tinggal di sini? Apakah istrinya Arya Soma? Tapi dia tidak memiliki kepandaian silat. Atau hanya pura-pura saja.

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 062

    Apalagi Bayu sudah tahu kau kemana lawan bergerak sehingga selalu menemui jalan buntu. Wanita bertopeng mulai berpikir bagaimana cara untuk kabur. Sementara Arya Soma tampak sudah melangkah mendekat, ingin tahu lebih jelas lagi apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Bayu kini mengubah sikap, dari bertahan ke menyerang. Tidak memberi ruang sedikit pun pada si topeng yang hendak kabur. Beberapa saat Arya Soma melihat jalannya pertarungan. Dari sini dia bisa membaca kalau Bayu akan mampu mengatasi lawannya. Kemudian sang tuan rumah ini memilih masuk ke bangunan tua yang sudah banyak kerusakan pada dindingnya itu. Betapa terkejutnya ketika sampai di dalam. Keadaan di dalam tampak bersih seperti ada yang mengurusnya. Dia juga menemukan kamar yang berisi kotak-kotak daun lontar. "Apa ini, seperti kumpulan nama-nama orang. Siapa yang menggunakan tempat ini secara diam-diam, kenapa aku sampai lengah. I

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 063

    "Tinggalkan bayaran terakhir anak buahmu di rumah itu dan juga pesan agar mereka mencari jalan hidup masing-masing. Gagak Setan telah musnah dari dunia!" Begitulah pesan Arya Soma kepada Permani. Rencananya malam nanti mereka sekeluarga akan meninggalkan rumah yang telah lama di tempati ini. Para pembantu yang sudah setia bekerja di sana, diberi upah yang layak dan diperbolehkan mencari pekerjaan yang lain. Mereka tidak diberi tahu kemana sang majikan akan pergi. Sementara Bayu pun pamit untuk kembali ke Perguruan Kembang Sari melanjutkan penyelidikan yang semakin rumit ini. Pemuda ini sudah jauh melangkah meninggalkan kediaman Arya Soma. Namun, sepanjang jalan dia merasa ada yang mengikuti langkahnya. Awalnya dia mengira orang yang biasa selalu menguntitnya, tetapi setelah dirasakan lebih lama, ternyata bukan. Setelah ditunggu lama pun tidak ada pergerakan lagi selain membuntuti langkahnya dal

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 064

    Bayu keluar dari kereta kuda untuk melihat-lihat isi kapal yang lebarnya sampai tiga perempat lebar sungai yang besar. Rasanya seperti di atas lautan, tapi masih terlihat dua tepian sungai di kedua sisi. Sambil berjalan keliling kapal, Bayu diam-diam memperhatikan beberapa orang yang selalu menguntitnya dan pura-pura menjadi penumpang kapal. Juga mendalami rencana yang sudah terpikirkan. Si pemuda hanya berharap rencana yang telah disusun bersama Arya Soma berjalan dengan lancar. Semoga saja bibinya masih percaya bahwa kepala Arya Soma adalah asli. Semakin lama kapal semaki penuh. Penumpang berdatangan dari berbagai arah. Ketika senja tiba kapal jung ini mulai bergerak ke arah selatan. Perjalanan yang cukup berat karena melawan arus, tapi sudah memiliki cara agar kapal tetap melaju. Rombongan Bayu berencana turun di dermaga Nunuk untuk kemudian melakukan perjalanan darat lagi ke arah barat. Sedangkan kapal ini akan berakhir

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 065

    Lagi-lagi senjata mereka kandas di tengah-tengah, berjatuhan ke sungai karena tertahan oleh angin yang dikendalikan Bayu tanpa terlihat oleh orang lain. Pada saat itu, tahu-tahu Bayu sudah melesat ke arah pemimpin mereka yang tidak ikut melompat. Si pemimpin terkejut bukan main. Dia tidak sempat selamatkan diri. Tangan kanan Bayu sudah mencengkram lehernya. Setelah berhasil mendarat di atas perahu sambil mencekik leher si pemimpin, Bayu jejakkan lagi kedua kakinya ke lantai perahu. Si pemuda melesat kembali ke atas perahu sambil membawa si pemimpin bagaikan menjinjing seekor kucing saja. Kini si pemimpin berada dalam tawanan Bayu. Semua anak buahnya yang telah kembali mendarat di perahu masing-masing tampak kebingungan. Sementara Bayu sudah memberikan beberapa totokan agar tawanannya tidak bisa bergerak. "Menyerahlah!" seru Bayu. Para penumpang lain dibuat kagum dengan ulah si pe

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 066

    Sosok Bayu berputar mendatar, melayang di udara di antara sabetan dua pedang. Sekejap kemudian lawan di sebelah kanan menarik tangannya guna menghindari serangan tapak yang datang begitu cepat. Disusul lawan sebelah kiri juga menarik mundur diri karena mendapati kaki kanan Bayu meliuk bebas melewati sisi kosong sabetan pedang. Bayu melakukan hal ini karena ingin mendapat pengalaman bertarung dengan cara tidak selalu mengandalkan tenaga saktinya yang luar biasa. Sesuai anjuran ayahnya dalam mimpi. Sejurus kemudian ketika Bayu sudah berdiri sempurna di atas tanah, dua lawannya sudah menyerang lagi dengan jurus khas dari negeri seberang itu. Untungnya si pemuda sudah paham inti sari jurus serupa sewaktu melihat pertarungan antara Arya Soma dan Yamato. Setelah lewat beberapa jurus, kini Bayu ingat jurus yang digunakan lawan sama persis dengan jurus si topeng dulu. Memiliki gerakan inti membunuh law

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 067

    "Nanti aku ceritakan, apa kau tidak mau menyuguhi kami minum dulu?" "Oh, iya. Mari masuk!" Ternyata Pinasih adalah seorang selir salah satu pejabat di istana Sumedang Larang yang berteman baik dengan kerabat Rukmini yang menjadi senapati di sana. Sampai saat ini Bayu belum tahu siapa nama senapati itu. Sementara dia tidak ingin menanyakan langsung kepada bibinya. Dia ingin mendengarnya tanpa harus bertanya. Pinasih belum memiliki anak. Sang suami akan mengunjunginya setiap satu purnama dan akan berdiam di rumah ini antara tiga sampai tujuh hari lamanya. Kebetulan saat ini Pinasih belum mendapat jatah kedatangan suami. Katanya sekitar sepuluh hari lagi suaminya akan datang. Jadi selama tidak ada suami, Pinasih hanya ditemani seorang pembantu yang sudah tua. Ketika sang tuan rumah menjamu mereka dengan menyuguhkan berbagai makanan dan minuman, Rukmini belum juga memberi tahukan tentang maksudnya

Bab terbaru

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 068

    "Apa dia tahu rencana kita?" "Tidak mungkin, dia terlihat biasa saja. Tidak menandakan kalau dia curiga kepada kita!" "Lalu, kenapa tiba-tiba dia menawarkan diri untuk memasak?" "Mungkin bentuk terima kasih karena kau telah memberi tumpangan," "Tapi aku merasa ada yang aneh!" "Sudahlah, kita tunggu saja. Bayu pasti mengantuk juga!" Namun, setelah menunggu lama, Bayu terlihat masih kuat. Bahkan suaranya sampai terdengar ke dalam. Si kusir juga sampai terbawa hanyut dalam obrolan. Sementara rasa kantuk pada dua wanita yang gelisah karena lama tidak merasakan pelukan lelaki ini semakin berat. Akhirnya dua wanita itu terkulai karena tak kuat ingin tidur dan langsung terlelap. Pengaruh ngantuk pada Rukmini dan Pinasih cukup kuat, maka dua wanita ini bangun kesiangan. Pinasih tampak kesal rencananya gagal. Dia tidak mungkin meminta Rukmini menginap satu ma

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 067

    "Nanti aku ceritakan, apa kau tidak mau menyuguhi kami minum dulu?" "Oh, iya. Mari masuk!" Ternyata Pinasih adalah seorang selir salah satu pejabat di istana Sumedang Larang yang berteman baik dengan kerabat Rukmini yang menjadi senapati di sana. Sampai saat ini Bayu belum tahu siapa nama senapati itu. Sementara dia tidak ingin menanyakan langsung kepada bibinya. Dia ingin mendengarnya tanpa harus bertanya. Pinasih belum memiliki anak. Sang suami akan mengunjunginya setiap satu purnama dan akan berdiam di rumah ini antara tiga sampai tujuh hari lamanya. Kebetulan saat ini Pinasih belum mendapat jatah kedatangan suami. Katanya sekitar sepuluh hari lagi suaminya akan datang. Jadi selama tidak ada suami, Pinasih hanya ditemani seorang pembantu yang sudah tua. Ketika sang tuan rumah menjamu mereka dengan menyuguhkan berbagai makanan dan minuman, Rukmini belum juga memberi tahukan tentang maksudnya

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 066

    Sosok Bayu berputar mendatar, melayang di udara di antara sabetan dua pedang. Sekejap kemudian lawan di sebelah kanan menarik tangannya guna menghindari serangan tapak yang datang begitu cepat. Disusul lawan sebelah kiri juga menarik mundur diri karena mendapati kaki kanan Bayu meliuk bebas melewati sisi kosong sabetan pedang. Bayu melakukan hal ini karena ingin mendapat pengalaman bertarung dengan cara tidak selalu mengandalkan tenaga saktinya yang luar biasa. Sesuai anjuran ayahnya dalam mimpi. Sejurus kemudian ketika Bayu sudah berdiri sempurna di atas tanah, dua lawannya sudah menyerang lagi dengan jurus khas dari negeri seberang itu. Untungnya si pemuda sudah paham inti sari jurus serupa sewaktu melihat pertarungan antara Arya Soma dan Yamato. Setelah lewat beberapa jurus, kini Bayu ingat jurus yang digunakan lawan sama persis dengan jurus si topeng dulu. Memiliki gerakan inti membunuh law

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 065

    Lagi-lagi senjata mereka kandas di tengah-tengah, berjatuhan ke sungai karena tertahan oleh angin yang dikendalikan Bayu tanpa terlihat oleh orang lain. Pada saat itu, tahu-tahu Bayu sudah melesat ke arah pemimpin mereka yang tidak ikut melompat. Si pemimpin terkejut bukan main. Dia tidak sempat selamatkan diri. Tangan kanan Bayu sudah mencengkram lehernya. Setelah berhasil mendarat di atas perahu sambil mencekik leher si pemimpin, Bayu jejakkan lagi kedua kakinya ke lantai perahu. Si pemuda melesat kembali ke atas perahu sambil membawa si pemimpin bagaikan menjinjing seekor kucing saja. Kini si pemimpin berada dalam tawanan Bayu. Semua anak buahnya yang telah kembali mendarat di perahu masing-masing tampak kebingungan. Sementara Bayu sudah memberikan beberapa totokan agar tawanannya tidak bisa bergerak. "Menyerahlah!" seru Bayu. Para penumpang lain dibuat kagum dengan ulah si pe

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 064

    Bayu keluar dari kereta kuda untuk melihat-lihat isi kapal yang lebarnya sampai tiga perempat lebar sungai yang besar. Rasanya seperti di atas lautan, tapi masih terlihat dua tepian sungai di kedua sisi. Sambil berjalan keliling kapal, Bayu diam-diam memperhatikan beberapa orang yang selalu menguntitnya dan pura-pura menjadi penumpang kapal. Juga mendalami rencana yang sudah terpikirkan. Si pemuda hanya berharap rencana yang telah disusun bersama Arya Soma berjalan dengan lancar. Semoga saja bibinya masih percaya bahwa kepala Arya Soma adalah asli. Semakin lama kapal semaki penuh. Penumpang berdatangan dari berbagai arah. Ketika senja tiba kapal jung ini mulai bergerak ke arah selatan. Perjalanan yang cukup berat karena melawan arus, tapi sudah memiliki cara agar kapal tetap melaju. Rombongan Bayu berencana turun di dermaga Nunuk untuk kemudian melakukan perjalanan darat lagi ke arah barat. Sedangkan kapal ini akan berakhir

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 063

    "Tinggalkan bayaran terakhir anak buahmu di rumah itu dan juga pesan agar mereka mencari jalan hidup masing-masing. Gagak Setan telah musnah dari dunia!" Begitulah pesan Arya Soma kepada Permani. Rencananya malam nanti mereka sekeluarga akan meninggalkan rumah yang telah lama di tempati ini. Para pembantu yang sudah setia bekerja di sana, diberi upah yang layak dan diperbolehkan mencari pekerjaan yang lain. Mereka tidak diberi tahu kemana sang majikan akan pergi. Sementara Bayu pun pamit untuk kembali ke Perguruan Kembang Sari melanjutkan penyelidikan yang semakin rumit ini. Pemuda ini sudah jauh melangkah meninggalkan kediaman Arya Soma. Namun, sepanjang jalan dia merasa ada yang mengikuti langkahnya. Awalnya dia mengira orang yang biasa selalu menguntitnya, tetapi setelah dirasakan lebih lama, ternyata bukan. Setelah ditunggu lama pun tidak ada pergerakan lagi selain membuntuti langkahnya dal

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 062

    Apalagi Bayu sudah tahu kau kemana lawan bergerak sehingga selalu menemui jalan buntu. Wanita bertopeng mulai berpikir bagaimana cara untuk kabur. Sementara Arya Soma tampak sudah melangkah mendekat, ingin tahu lebih jelas lagi apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Bayu kini mengubah sikap, dari bertahan ke menyerang. Tidak memberi ruang sedikit pun pada si topeng yang hendak kabur. Beberapa saat Arya Soma melihat jalannya pertarungan. Dari sini dia bisa membaca kalau Bayu akan mampu mengatasi lawannya. Kemudian sang tuan rumah ini memilih masuk ke bangunan tua yang sudah banyak kerusakan pada dindingnya itu. Betapa terkejutnya ketika sampai di dalam. Keadaan di dalam tampak bersih seperti ada yang mengurusnya. Dia juga menemukan kamar yang berisi kotak-kotak daun lontar. "Apa ini, seperti kumpulan nama-nama orang. Siapa yang menggunakan tempat ini secara diam-diam, kenapa aku sampai lengah. I

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 061

    "Bukankah tadi kau berkumpul di dalam bangunan yang tak terurus itu?" Nindira Saroya mengangguk. "Itu tempat kalian berkumpul, bukan. Bangunan itu milik siapa? Rumah ini milik siapa? Kau bilang tidak pernah melihat wajah pemimpinmu, tapi jelas dia seorang perempuan. Aku pikir dia juga tinggal di sini!" Sekali lagi Nindira Saroya terkejut. Karena selama ini dia pikir sang pemimpin hanya memanfaatkan bangunan terbengkalai saja. Tidak ada hubungan dengan pemilik rumahnya. Gadis ini juga akhirnya tahu pemilik rumah ini merupakan mantan senapati, dinyatakan buronan, tapi juga seorang pendekar pedang hebat. Yang tinggal di rumah besar ini, istri sang mantan senapati, dua anaknya, lalu ada adiknya yang kurang waras dan beberapa pembantu. Lalu siapakah sang pemimpin kalau benar tinggal di sini? Apakah istrinya Arya Soma? Tapi dia tidak memiliki kepandaian silat. Atau hanya pura-pura saja.

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 060

    "Aku akan membuka totokan jalan suaramu, tapi kau harus mau menjawab setiap pertanyaan dengan jujur atau... aku akan menikmati tubuhmu sepuasnya sampai pagi!" Bayu mengancam. Pada saat berkata begitu Bayu memegang bahu si gadis dan merebahkan tubuhnya lalu hendak menindihnya. Sebenarnya si pemuda berdebar juga, karena sebagai lelaki dia tidak memungkiri ada hawa birahi di saat-saat seperti ini. Apalagi kesempatan begitu terbuka. Sementara si gadis tampak makin panik, tapi tak bisa apa-apa. "Kedipkan mata dua kali tanda setuju!" Akhirnya si gadis menuruti kata-kata Bayu. Dia mengedip dua kali dengan jelas. Si pemuda kembali membangunkan si gadis dan menyandarkan ke dinding. Lalu melepas totokan yang menutup jalan suara. Si gadis tampak menghela napas beberapa kali, seolah-olah baru saja menahan napas dalam waktu lama. "Nah, kau pasti sudah tahu apa yang akan aku tanyakan!" "Aku tidak akan mengatakannya walaupun kau membunuhku!" tukas gadis ini. "Bagaimana kalau..."

DMCA.com Protection Status