Bayu keluar dari kereta kuda untuk melihat-lihat isi kapal yang lebarnya sampai tiga perempat lebar sungai yang besar. Rasanya seperti di atas lautan, tapi masih terlihat dua tepian sungai di kedua sisi.
Sambil berjalan keliling kapal, Bayu diam-diam memperhatikan beberapa orang yang selalu menguntitnya dan pura-pura menjadi penumpang kapal. Juga mendalami rencana yang sudah terpikirkan. Si pemuda hanya berharap rencana yang telah disusun bersama Arya Soma berjalan dengan lancar. Semoga saja bibinya masih percaya bahwa kepala Arya Soma adalah asli. Semakin lama kapal semaki penuh. Penumpang berdatangan dari berbagai arah. Ketika senja tiba kapal jung ini mulai bergerak ke arah selatan. Perjalanan yang cukup berat karena melawan arus, tapi sudah memiliki cara agar kapal tetap melaju. Rombongan Bayu berencana turun di dermaga Nunuk untuk kemudian melakukan perjalanan darat lagi ke arah barat. Sedangkan kapal ini akan berakhirLagi-lagi senjata mereka kandas di tengah-tengah, berjatuhan ke sungai karena tertahan oleh angin yang dikendalikan Bayu tanpa terlihat oleh orang lain. Pada saat itu, tahu-tahu Bayu sudah melesat ke arah pemimpin mereka yang tidak ikut melompat. Si pemimpin terkejut bukan main. Dia tidak sempat selamatkan diri. Tangan kanan Bayu sudah mencengkram lehernya. Setelah berhasil mendarat di atas perahu sambil mencekik leher si pemimpin, Bayu jejakkan lagi kedua kakinya ke lantai perahu. Si pemuda melesat kembali ke atas perahu sambil membawa si pemimpin bagaikan menjinjing seekor kucing saja. Kini si pemimpin berada dalam tawanan Bayu. Semua anak buahnya yang telah kembali mendarat di perahu masing-masing tampak kebingungan. Sementara Bayu sudah memberikan beberapa totokan agar tawanannya tidak bisa bergerak. "Menyerahlah!" seru Bayu. Para penumpang lain dibuat kagum dengan ulah si pe
Sosok Bayu berputar mendatar, melayang di udara di antara sabetan dua pedang. Sekejap kemudian lawan di sebelah kanan menarik tangannya guna menghindari serangan tapak yang datang begitu cepat. Disusul lawan sebelah kiri juga menarik mundur diri karena mendapati kaki kanan Bayu meliuk bebas melewati sisi kosong sabetan pedang. Bayu melakukan hal ini karena ingin mendapat pengalaman bertarung dengan cara tidak selalu mengandalkan tenaga saktinya yang luar biasa. Sesuai anjuran ayahnya dalam mimpi. Sejurus kemudian ketika Bayu sudah berdiri sempurna di atas tanah, dua lawannya sudah menyerang lagi dengan jurus khas dari negeri seberang itu. Untungnya si pemuda sudah paham inti sari jurus serupa sewaktu melihat pertarungan antara Arya Soma dan Yamato. Setelah lewat beberapa jurus, kini Bayu ingat jurus yang digunakan lawan sama persis dengan jurus si topeng dulu. Memiliki gerakan inti membunuh law
"Nanti aku ceritakan, apa kau tidak mau menyuguhi kami minum dulu?" "Oh, iya. Mari masuk!" Ternyata Pinasih adalah seorang selir salah satu pejabat di istana Sumedang Larang yang berteman baik dengan kerabat Rukmini yang menjadi senapati di sana. Sampai saat ini Bayu belum tahu siapa nama senapati itu. Sementara dia tidak ingin menanyakan langsung kepada bibinya. Dia ingin mendengarnya tanpa harus bertanya. Pinasih belum memiliki anak. Sang suami akan mengunjunginya setiap satu purnama dan akan berdiam di rumah ini antara tiga sampai tujuh hari lamanya. Kebetulan saat ini Pinasih belum mendapat jatah kedatangan suami. Katanya sekitar sepuluh hari lagi suaminya akan datang. Jadi selama tidak ada suami, Pinasih hanya ditemani seorang pembantu yang sudah tua. Ketika sang tuan rumah menjamu mereka dengan menyuguhkan berbagai makanan dan minuman, Rukmini belum juga memberi tahukan tentang maksudnya
"Apa dia tahu rencana kita?" "Tidak mungkin, dia terlihat biasa saja. Tidak menandakan kalau dia curiga kepada kita!" "Lalu, kenapa tiba-tiba dia menawarkan diri untuk memasak?" "Mungkin bentuk terima kasih karena kau telah memberi tumpangan," "Tapi aku merasa ada yang aneh!" "Sudahlah, kita tunggu saja. Bayu pasti mengantuk juga!" Namun, setelah menunggu lama, Bayu terlihat masih kuat. Bahkan suaranya sampai terdengar ke dalam. Si kusir juga sampai terbawa hanyut dalam obrolan. Sementara rasa kantuk pada dua wanita yang gelisah karena lama tidak merasakan pelukan lelaki ini semakin berat. Akhirnya dua wanita itu terkulai karena tak kuat ingin tidur dan langsung terlelap. Pengaruh ngantuk pada Rukmini dan Pinasih cukup kuat, maka dua wanita ini bangun kesiangan. Pinasih tampak kesal rencananya gagal. Dia tidak mungkin meminta Rukmini menginap satu ma
Semua yang ada di sana terkejut kecuali Bayu. Belum hilang rasa terkejutnya dari balik pagar rumah yang mirip benteng melompat masuk sebelas orang dengan pakaian prajurit dan senjata lengkap. "Kau...!" Telunjuk senapati Hanggara bergetar menunjuk ke wajah orang yang berdiri tegap di depannya. Sementara Rukmini langsung pucat pasi melihat siapa yang baru datang ini. Bahkan sampai tersurut dua langkah saking kagetnya. "Ya, aku yang merencanakan semua ini agar menemukan siapa dalang yang telah merusak nama baikku. Setelah pemuda itu menyebut namamu..." Sosok yang tak lain adalah Arya Soma menunjuk ke Rukmini. "Aku langsung curiga ini pasti ulah kau Hanggara!" lanjut Arya Soma. Bagaimana Arya Soma bersama sebelas prajurit pengikutnya bisa sampai di sini? Karena dimulai ketika berangkat dari perguruan Kembang Sari, Bayu diam-diam mengirimkan informasi lewat burung merpati pengantar surat.
"Keluarkan kemampuanmu Anak sialan, aku tidak takut sekalipun menghadapi bapakmu!" teriak Rukmini bermaksud memancing emosi. "Aku tidak menyangka, di balik kecantikan dan kemolekan tubuh bibi ternyata menyimpan hati yang busuk!" Bayu malah balas memancing kemarahan bibinya. "Bocah laknat, mampus kau!" Rukmini memutar pedang di atas kepala dua kali. Rupanya dia sedang menambah kekuatan. Karena pada putaran ketiga angin yang menyertai pedang tersebut mendadak lebih kuat. Hawa sakti yang keluar dari tubuh Rukmini juga semakin besar tekanannya. Namun, Bayu tetap bergeming di tempatnya. Terpaan angin kuat itu tidak membuatnya tersurut mundur. Sekarang bukan waktunya pura-pura lemah lagi. Sementara serangan Rukmini menjadi semakin berbahaya. Tidak diduga sama sekali, ternyata wanita ini masih menyimpan kekuatan lain. Wajah wanita ini berubah menjadi garang, terkesan menyeramkan seperti
Sementara Arya Soma langsung memanfaatkan peluang ini. Dia mengirim serangan bertubi-tubi dengan kecepatan tinggi. Senapati Hanggara dibuat kerepotan. Dia dipaksa bergerak lebih cepat dari sebelumnya dan ini membuatnya semakin tidak fokus. Pertahanan terbuka di mana-mana. Sementara di dalam tubuhnya mengalami kekagetan karena harus mengerahkan tenaga dua kali lipat secara mendadak. Ditambah luka-luka yang tadi terasa semakin perih dan panasnya menusuk hingga ke dalam. Akhirnya senapati yang ternyata anak seorang selir dari raja terdahulu dan berambisi ingin merebut kekuasaan ini menjadi bulan-bulanan pedang panjang milik Arya Soma. Tubuhnya semakin banyak goresan dan sayatan yang menimbulkan panas perih. Lebih naas lagi ketika tebasan pedang Arya Soma mengenai urat-urat penting yang bisa menghimpun hawa sakti. Dengan putusnya urat-urat ini maka dia akan lumpuh. Tidak bisa menghim
Kumba alias Iblis Petir melangkah ke ujung ruangan. Di sana memang tampak seperti tidak ada lagi jalan atau ruangan lain. Namun, begitu tangan kanan Iblis Petir mengibas terdengar suara gemuruh memenuhi ruangan gua tersebut. Rukmini yang sudah berdiri di samping Iblis Petir melihat ujung ruangan yang berupa dinding batu itu bergerak perlahan, bergeser ke samping kanan lalu tampaklah sebuah lorong di balik batu yang bergeser tadi. Dari dalam lorong yang cukup jauh itu tampak cahaya merah menyala keluar ditambah udara yang terasa panas bertiup dari dalam sana. Iblis Petir melangkah Lagi memasuki lorong tersebut yang panjangnya sampai lima tombak. Rukmini mengikutinya dari belakang. Di ujung lorong itu ternyata ada sebuah ruangan yang cukup luas. Di tengah ruangan tersebut tampak satu sosok yang tengah duduk bersila. Yang membuat kedua mata rok mini terbelalak adalah sosok tersebut tengah dikabari api besar yang
Parwati menoleh dan langsung kaget. Begitu juga Wirapati yang masih berendam di sungai langsung melesat ke samping Istrinya. Sepasang suami istri ini memang sedang dalam perjalanan menuju desa Rancawaru yang menjadi markas Laskar Raja Api. "Mau apa kau?" sentak Wirapati seraya langsung menyiapkan tenaga sakti. Tentu saja karena sekarang Kupra bukan yang dulu lagi. Sekarang Kupra menjadi pemimpin Laskar Raja Api. "Mau mengambil Parwati!" kata Kupra lantang dengan sorot mata tajam mengancam Wirapati. "Sejak pertama kali melihat dia, aku sudah jatuh hati. Sekarang ada kesempatan untuk membawanya tinggal bersamaku!" "Setan keparat, lancang!" umpat Wirapati. Kupra tertawa lantang sambil melepas hawa sakti panas guna menekan Wirapati. "Sekarang tidak ada lagi yang aku takutkan. Aku bisa membunuhmu semudah membalikkan telapak tangan. Aku adalah penguasa rimba persilatan. Yang kuat yang berkuasa!"
Amoksa langsung berkelebat dan berdiri di samping Lasmini. Gadis ini baru saja mengeringkan badan beserta pakaiannya menggunakan hawa saktinya. "Memangnya siapa dia sampai-sampai kau seperti melindunginya?" "Dia Lasmini putrinya Ki Rembong!" Belasan laki-laki itu langsung berubah sikap. Mereka membuang hasratnya yang tadi ingin menikmati tubuh Lasmini. Tentu saja karena tidak ingin kena semprot wakil ketua yaitu Ki Rembong. Mereka langsung memberi jalan ketika Amoksa hendak membawa Lasmini ke markas. Tiba di markas Amoksa menyuruh salah seorang untuk melaporkan bahwa Lasmini telah ditemukan. Tentu saja Ki Rembong sangat gembira mendengar kedatangan putrinya. Lasmini langsung disambut dan dibawa ke ruang utama bertemu dengan Ketua Agnibali. Pada saat itulah Kupra terbelalak matanya begitu melihat keanggunan Lasmini. Si gadis mencoba bersikap santun sebagaimana layaknya menghadap s
Ki Abiasa menarik napas sebelum berkata. "Kalau Eyang Resi sudah memerintahkan, apa lagi yang saya cemaskan. Saya sangat yakin dengan keputusan Eyang. Baiklah, saya akan membawa mereka segera bertindak." Hawa sakti berputar-putar di dalam ruangan menghasilkan tiupan udara lembut, lalu perlahan menghilang pertanda seseorang yang dipanggil Eyang tadi juga sudah pergi. Ki Abiasa menghembuskan napas lega. "Akhirnya Eyang Resi Kuncung Putih datang juga!" Tidak menunggu lama lagi, segera Ki Abiasa mengumpulkan empat murid Resi Kuncung Putih dan para pendekar lain yang sudah berkumpul di padepokan. ***000*** Malam hari sebelum Lasmini berangkat. Sepasang kekasih ini sudah diberikan kamar khusus untuk mereka. Walaupun belum terikat pernikahan, tetapi hubungan mereka sudah terlalu dalam. Sebelum Radika pulang dan sebelum Lasmini datang ke sini saja, mereka sudah sangat intim bag
Ada empat perguruan aliran hitam yang sudah bergabung dengan Laskar Raja Api yang diketuai oleh Kupra alias Agnibali. Selain perguruan Cengkar Wulung dan Oray Hideung ditambah perguruan Gunung Sindu yang dipimpin Kalacakra dan perguruan Elang Setan yang diketuai oleh Soca Srenggi. Laskar Raja Api menduduki sebuah desa yang akan dijadikan markas. Desa Rancawaru jadi sasaran karena tempatnya yang strategis, jauh dari desa-desa di sekitarnya dan juga subur. Ki Kuwu beserta perangkat desa sampai sesepuh dibunuh tanpa ampun. Balai desa dijadikan pusat markas. Penduduk desa juga menjadi sasaran kesemena-menaan mereka. Yang laki-laki dipaksa menjadi budak yang harus bekerja melayani segala keperluan mereka. Para wanita yang masih layak sudah pasti dijadikan pemuas nafsu. Sedangkan anak-anak dan orang yang sudah tua renta dihabisi karena tenaga mereka dianggap tidak berguna. Situasi yang mengerikan di
Segera saja gadis ini berkelebat ke arah sumber suara. Namun, belasan tombak sebelum tempat kejadian, Lasmini langsung bersembunyi naik ke atas pohon yang di dekatnya. "Itu murid-murid ayah sedang mengeroyok sekelompok gadis. Kurang ajar sekali mereka! Dasar golongan hitam!" umpat Lasmini. Lasmini memang anak seorang tokoh golongan hitam, tapi dalam hatinya menentang sifat dan watak buruk yang selalu ditonjolkan oleh ayah dan murid-muridnya. Di depan sana tampak satu kelompok murid perguruan Cengkar Wulung yang sedang bertugas mencari Lasmini berjumlah empat belas orang tengah mengeroyok tujuh orang gadis. Tujuh gadis yang rata-rata berusia dua puluhan itu adalah murid Nyai Purbasari yang sedang dalam perjalanan menuju Gunung Cakrabuana. Pertarungan itu tampak tidak seimbang. Karena kelompok murid perguruan Cengkar Wulung jumlahnya lebih banyak dan terlihat tujuh gadis itu sudah terkurung dan terdesak.
"Sudah kubilang aku Agnibali. Kalau kalian ingin lebih jelas, Iblis Petir adalah guruku!" Ki Rembong sedikit terkesiap. Beberapa waktu lalu sempat tersiar kabar bahwa Iblis Petir muncul lagi. Ternyata bukan kabar burung, bahkan sekarang muridnya yang muncul. Muridnya saja sudah begini sakti, apalagi gurunya. Tidak ada jalan lain, untuk menyelamatkan nyawanya dan juga murid-muridnya, mungkin harus menuruti kemauan si Agnibali ini. "Baiklah, tarik seranganmu. Kita bicarakan secara baik-baik!" pinta Ki Rembong. Untuk sementara tidak mengapa menjadi bawahan orang ini. Seketika kobaran api raksasa tertarik ke dalam tubuh Agnibali yang tidak lain adalah Kupra muridnya Iblis Petir. Api yang menyala di tubuhnya juga tampak menipis. "Bagus, seharusnya dari tadi begini!" Para murid perguruan Cengkar Wulung akhirnya menarik napas lega. Di antara mereka ada yang ilmunya rendah hampir saja tewas akibat hawa
Sementara itu di belakang padepokan agak naik mendekati puncak gunung, di bawah sebuah pohon besar. Bayu Bentar tengah duduk bersila sambil memejamkan kedua mata. Dulu selama dalam perjalanan bersama Eyang Ismaya, dia sering berkomunikasi lewat batin. Sekarang dia mencoba hal itu, barangkali bisa terdengar sampai alam dimensi lain tempatnya Eyang Ismaya berada. Ternyata upayanya tidak sia-sia. Dia tahu Eyang Ismaya bisa keluar dari alam dimensi lain ke tempat yang dikehendaki. Telinga Bayu mendengar suara kesiur udara di depannya. Lalu muncullah sebuah pintu transparan. Pintu itu tampak membuka, lalu dari dalamnya muncul orang yang dinantikan Bayu. "Assalamualaikum, Eyang!" ucap Bayu sambil membuka matanya. "Waaalikum salam!" "Akhirnya Eyang mendengar panggilan saya." "Kebetulan karena aku juga sudah merindukanmu, jadi langsung bisa mendengar suara batinmu, Bayu!"
Memang raut muka orang ini terlihat muram walaupun sudah dibasuh dengan air sungai. Pada mulanya dia kurang senang hati melihat Bayu, tapi merasa tidak ada masalah apa pun akhirnya dia buang perasaan tidak enaknya, lagi pula itu hanya perasaan yang timbul akibat sedikit iri saja. Seorang pemuda seumuran dengan Bayu ini tidak lain adalah Radika anak pasangan pendekar Wirapati dan Parwati. Dulu memang ada sekelumit rasa benci saat gagal mendekati Asmarini karena gadis itu malah dekat dengan Bayu. Sekarang perasaan itu telah dibuangnya. Tidak lagi menyalahkan orang lain, tapi justru introspeksi diri saja. Perlahan rasa tidak suka kepada Bayu pun memudar. "Sepertinya kau pandai membaca pikiran orang," ujar Radika mencoba lebih akrab dengan Bayu. "Oh, ya. Tidak aneh, kau pernah memecahkan kasus pembunuhan di istana Sanghyang Dora." "Hanya menebak saja, aku lihat wajahmu ditekuk. Kalau boleh tahu apa yang terjadi?" tanya Bayu.
Kumba alias Iblis Petir melangkah ke ujung ruangan. Di sana memang tampak seperti tidak ada lagi jalan atau ruangan lain. Namun, begitu tangan kanan Iblis Petir mengibas terdengar suara gemuruh memenuhi ruangan gua tersebut. Rukmini yang sudah berdiri di samping Iblis Petir melihat ujung ruangan yang berupa dinding batu itu bergerak perlahan, bergeser ke samping kanan lalu tampaklah sebuah lorong di balik batu yang bergeser tadi. Dari dalam lorong yang cukup jauh itu tampak cahaya merah menyala keluar ditambah udara yang terasa panas bertiup dari dalam sana. Iblis Petir melangkah Lagi memasuki lorong tersebut yang panjangnya sampai lima tombak. Rukmini mengikutinya dari belakang. Di ujung lorong itu ternyata ada sebuah ruangan yang cukup luas. Di tengah ruangan tersebut tampak satu sosok yang tengah duduk bersila. Yang membuat kedua mata rok mini terbelalak adalah sosok tersebut tengah dikabari api besar yang