Home / Pendekar / PENGENDALI ANGIN PETIR / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of PENGENDALI ANGIN PETIR: Chapter 141 - Chapter 150

191 Chapters

Bab 141

Selama perjalanan kembali ke markas perguruan Elang Setan, setiap malam selalu dihabiskan dengan menikmati tubuh Sujiwati yang tiada bosannya.Selama itu pula secara kebetulan dia bertemu dengan satu dua orang muridnya yang terlunta-lunta di jalanan. Mereka senang bisa berjumpa lagi dengan sang guru.Sehingga ketika sampai di markas perguruan yang sudah terbengkalai, murid-murid tersisa yang terkumpul jumlahnya mencapai belasan saja, tapi itu sudah cukup bagi Soca Srenggi."Kita akan menunjukkan kepada dunia bahwa perguruan Elang Setan masih ada dan menjadi ancaman bagi golongan putih. Kita tidak takut dengan Pendekar Angin Petir atau anaknya. Aku sudah memiliki kekuatan baru yang tidak ada tandingannya!"Ucapan Soca Srenggi telah membangkitkan kembali semangat murid-muridnya. Bahu membahu mereka membereskan markas yang tampak berantakan.Sementara Soca Srenggi membawa Sujiwati ke tempat khusus di mana orang lain tidak boleh masuk ke sana
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 142

"Sukarsa mendekati orang yang terjatuh itu yang tidak lain adalah Ki Linggar. Pembunuh itu mengenakan pakaian serba hitam, bentuk tubuhnya biasa saja seperti manusia pada umumnya!"Rahasti menarik napas agak dalam setelah menuturkan ceritanya."Apa yang sedang dikerjakan Ki Linggar waktu itu? Apakah dia sempat mengucapkan sesuatu sebelum meninggal?" tanya Bayu."Tak sepatah katapun, mungkin dia sedang hendak kembali ke pondoknya yang masih berada di sekitar tanah milik juragan Taji,""Apakah ada petunjuk lainnya?"Rahasti mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Secarik kain putih kusam dan robek pada salah satu sisinya. Kain ini diletakkan di meja.Tiba-tiba Bayu langsung mengambil dan memasukannya ke balik ikat pinggang. Untungnya orang lain tidak sempat melihat barang itu karena terhalangi oleh badan Rahasti."Itu ditemukan pada genggaman tangan kanan Ki Linggar. Sepertinya ini direbut dari si pembunuh ketika terjadi
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 143

"Aku rasa itu cukup jelas," kata juragan Taji dengan dingin. "Putraku Sukarsa juga belum tidur, dan kalau ada orang masuk, dia pasti mendengar.""Di mana Tuan Muda duduk?" tanya Rahasti."Aku sedang duduk di kamar!" jawab Sukarsa."Yang mana jendelanya?" Nindya Saroya yang bertanya. Semua memandang ke arah letak kamar Sukarsa."Yang paling kiri, di sebelah jendela kamar ayah saya.""Waktu itu tentunya penerangan di kedua kamar itu masih menyala?" tanya Bayu lagi."Jelas.""Nah di sini terjadi beberapa hal yang unik," kata Bayu sambil tersenyum. "Bukankah tak umum kalau seorang pencuri, apalagi yang sudah berpengalaman dengan sengaja masuk ke sebuah rumah padahal dia tahu bahwa paling tidak dua penghuninya belum tidur?""Dia pastilah orang yang nekat." tukas juragan Taji."Tapi dugaan kamu bahwa pencuri itu sudah masuk ke rumah sebelum Ki Linggar memergokinya, aku kira tak masuk akal. Karena kalau demiki
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 144

Sementara anak perempuan juragan Taji yang masih berumur tujuh belas tahun tampak duduk di sebelahnya dan menunduk menahan tangis."Bagaimana bisa mereka membunuh pembantu yang sudah lama dan setia melayani?" tanya Rahasti.Yang lain juga tampak angguk-angguk setuju dengan ucapan Rahasti. Terlebih lagi juragan Taji adalah keluarga terpandang dan baik hati. Jadi tidak mungkin melakukan hal sekeji itu."Coba lihat wajah mereka!" tunjuk Bayu.Semua memandang ke arah ayah dan anak yang kini sudah duduk di lantai, tapi tidak bisa bergerak. Tampak ekspresi wajah yang sedemikian gamblangnya menyatakan pengakuan rasa bersalah.Yang tua nampak begitu bingung dan terkejut, wajahnya menjadi kusam dan murung. Sebaliknya, penampilan anaknya telah berubah sama sekali dari yang sebelumnya ketus dan dingin.Matanya yang hitam legam memancarkan kekejaman sehingga wajahnya yang agak tampan berubah menjadi menakutkan."Inilah yang sebetuln
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 145

"Aku juga tidak tahu persisnya kapan, tapi dia pendatang yang awalnya membeli tanah milik Ki Rasja. Lalu usahanya berkembang pesat hingga bisa membeli tanah-tanah di sekitarnya dan membangun rumah megah itu,""Apa usahanya?" Miranti yang bertanya."Dia menjalankan usahanya di tempat tinggalnya yang lama. Katanya seorang pedagang besar yang memasok barang ke kota raja,""Aku curiga ini hanya cerita dustanya saja!" duga Asmarini."Bagaimana kau bisa punya anggapan seperti itu?" Rahasti kerutkan dahi karena heran."Dari surat ini!" tunjuk Bayu ke arah surat yang tersusun di lantai."Apa yang bisa kau simpulkan dari tulisan itu?" tanya Rahasti."Sebenarnya Juragan Taji bukan seorang pedagang besar seperti yang kau sebutkan tadi. Dia juga bukan orang kaya. Dia dan keluarganya hanya ketitipan harta yang banyak dan pemilik harta itu adalah orang yang disebut 'Ketua' dalam tulisan ini,"Sekarang Rahasti mengamati tulisa
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 146

"Bawa ke balai desa, kurung dan jaga dengan ketat!" perintah Ki Kuwu."Terima kasih pendekar muda!" ucap Kepala Keamanan kemudian kepada Bayu yang sudah berdiri bersama ketiga istrinya."Sudah menjadi kewajiban saya. Ki Kuwu, maaf saya ada keperluan lain,"Kemudian Bayu pamit bersama tiga Istrinya dan Rahasti berjalan seperti terburu-buru. Arahnya menuju rumah juragan Taji."Kenapa ke sini?" tanya Nindya Saroya.Dari jauh tampak rumah yang paling mewah di desa ini dalam keadaan gelap gulita. Sampai kelima orang ini masuk ke pekarangan rumah yang luas itu, tetap tidak menemukan penerangan."Kenapa rumah seperti sudah terbengkalai lama?" Rahasti heran.Bayu langsung masuk lewat pintu utama yang ternyata terbuka sedikit.Di dalamnya begitu gelap dan sepi. Tidak terdengar sedikit pun suara kehidupan. Kalau Bayu dan tiga Istrinya bisa melihat dalam gelap, lain halnya dengan Rahasti.Rahasti segera mencari al
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 147

"Assalamualaikum!" ucap sosok yang baru datang setelah mendarat. Gerakannya tanpa suara sama sekali, menandakan ilmu meringankan tubuhnya sudah sangat sempurna."Waaalikum salam!" jawab serentak empat orang sambil menjura."Bagaimana Ayah bisa tahu kami berada di sini?" tanya Bayu kepada orang baru datang yang tidak lain adalah Panji Saksana Pendekar Angin Petir. Pertanyaan yang sebenarnya hanya basa basi saja."Untuk apa punya Nini Padma dan Ki Baplang?" tukas sang ayah."Oh, iya. Aku lupa!""Itulah walaupun daya ingatmu sangat kuat, tapi dalam hal ini tetap saja kurang!"Tiga istri Bayu segera sungkem kepada ayah mertua mereka setelah sang suami yang pertama sungkem."Ada keperluan apa kah sehingga Ayah jauh-jauh ngajugjug ke sini?" tanya Bayu."Sepertinya kau melanjutkan bulan madu dengan salah satu istrimu saja. Yang dua sedang dibutuhkan di rumah."Bayu langsung menoleh ke Nindya Saroya. "Saat ini
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 148

Kedai tampak terang oleh beberapa damar dan obor. Masih ada beberapa orang pengunjung yang sepertinya orang yang sedang dalam perjalanan.Luhcitra dan lelaki itu langsung menyewa satu kamar. Mereka mengaku sebagai sepasang suami istri agar bisa menempati satu kamar.Sedangkan Bayu dan Nindya Saroya memilih masuk ke kedai. Mereka memesan makanan dan juga kamar untuk menginap.Selesai menghabiskan hidangan, Bayu dan Nindya Saroya segara memasuki kamar sewaannya."Aku akan menyelidiki mereka, apa yang mereka bicarakan, Dinda tunggu saja di sini," kata Bayu kemudian dia mengaktifkan Rompi Halimunan.Sosok Bayu menghilang. Dalam sekejap sudah berada di dalam kamar yang disewa Luhcitra dan pemuda yang diduga Lembana itu. Dia segera pasang telinga.Di dalam, lelaki yang diduga Lembana dan Luhcitra tampak sama-sama berbaring di atas tempat tidur berdampingan. Mereka tidur miring saling berhadapan. Bahkan sepasang tangan mereka melingkar
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 149

Ketika sampai di pantai utara tampak ada satu kapal layar besar berlabuh. Hanya ada satu-satunya. Pantai ini terlihat sepi. Di atas kapal sepertinya sudah ada beberapa awak kapal yang sedang menunggu.Begitu Luhcitra dan Lembana sampai di sana, salah seorang awak kapal langsung turun menyambut dan membawa mereka naik ke kapal tersebut.Tidak lama kemudian rombongan yang membawa kereta kuda berisi peti harta sampai di sana. Kereta tersebut juga naik ke kapal melalui tangga penghubung yang rata.Bayu tentu saja sudah melesat ke atas geladak kapal bersama Nindya Saroya tanpa terlihat orang lain. Mereka berdiri tangan-tangan tiang layar paling besar yang berada di tengah-tengah.Berdiri di sana agar bisa melihat dengan leluasa ke berbagai arah sehingga mudah mengawasi keadaan."Hari masih siang, tidak mungkin akan berlayar sekarang. Pasti menunggu malam di mana angin bergerak ke laut," ujar Bayu."Mungkin masih menunggu yang lain," s
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 150

Ujung pintu tersebut ternyata tengah-tengah ruangan yang lantainya masih ke bawah. Ada undakan tangga lagi untuk turun ke bawah.Yang mengejutkan mereka adalah yang terlihat di lantai. Ada puluhan wanita rata-rata masih muda tampak duduk berkumpul dengan wajah memelas.Ketika Bayu dan Nindya Saroya muncul setelah menonaktifkan Rompi Halimunan, wajah para wanita semakin ketakutan karena kaget tiba-tiba saja ada orang muncul di ujung pintu tanpa terlihat bayangannya sebelumnya."Jangan takut!" seru Nindya Saroya langsung mengerti keadaan mereka.Kemudian sepasang suami istri ini melompat ke bawah. Ternyata para wanita ini tangan dan kakinya dirantai dan dikaitkan satu sama lainnya."Kurang ajar, sudah dikurung masih diikat pula!" maki Nindya Saroya."Kalian ini siapa?" tanya Bayu.Beberapa saat tidak ada yang menjawab karena mengira kedua orang baru datang itu satu komplotan dengan orang yang mengurung mereka di sini.
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status