Home / Pendekar / PENGENDALI ANGIN PETIR / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of PENGENDALI ANGIN PETIR: Chapter 151 - Chapter 160

191 Chapters

Bab 151

Kini sosok Ki Ula Sendok berupa badan ular raksasa yang bagian atasnya terdapat tiga ular yang lebih kecil yaitu dari dua tangan dan lehernya.Sebelum mendapatkan resiko berbahaya, Bayu segera lakukan tindakan. Dia hentakkan satu kaki ke bawah sambil merapal mantra."Membelah Tanah Menarik Sukma!"Dess!Tempat di mana Ki Ula Sendok berdiri terbelah. Lalu dari dalam seperti ada kekuatan yang menarik kedua kaki manusia ular tersebut sehingga amblas ke bawah.Rett!Bagian yang belah tadi kembali menutup dan menggencet kaki Ki Ula Sendok. Manusia ular kaget bukan main ketika kedua kakinya tidak bisa digerakkan."Apa lagi ini?""Wah, ternyata bisa membelah batu juga!" ujar Bayu tampak senang. Dia mengira ilmu ini hanya untuk membelah tanah saja.Akhirnya Ki Ula Sendok hanya meliuk-liuk saja. Menyerang Bayu dengan tiga kepala ularnya tidak bisa, sementara kedua kakinya terkunci."Untung kau tidak ber
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 152

Sementara Nindya Saroya sendiri langsung mengendap di balik gundukan peti berisi harta.Rupanya dia melihat ada beberapa orang yang baru saja menaruh peti harta di sini. Tentu saja peti yang baru dibawa dari kapal.Untungnya orang-orang itu sudah keluar dan menutup pintu ruangan ini yang juga berupa lembaran batu.Setelah memastikan aman, barulah Nindya Saroya menyuruh para wanita itu masuk. Mereka langsung tercengang melihat tumpukan peti kayu.Ada salah satu yang tampak terbuka karena muatannya terlalu banyak sehingga tidak bisa ditutup. Isi di dalamnya itulah yang membuat tercengang.Berupa gundukan perhiasan emas. Walaupun tampak menggiurkan, apalagi mereka wanita yang suka perhiasan, tapi mereka lebih memikirkan nyawa sendiri.Sementara Nindya Saroya sudah berada di dekat pintu. Rapat tiada celah sedikit pun, tapi udara masih bisa masuk. Seandainya dia punya Rompi Halimunan, dia bisa menembus pintu batu tersebut."T
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 153

Rupanya tenaga dalam Lembana masih imbang dengan Nindya Saroya. Mungkin kelebihannya memiliki ilmu yang bisa mengeluarkan racun ular kobra.Nindya Saroya harus hati-hati dengan ilmu tersebut. Untuk itu dia mencegah lawan mengeluarkannya dengan terus menyerang Lembana bertubi-tubi.Murid Ki Grengseng ini mengeluarkan semua kemampuan demi merobohkan lawan yang merupakan murid pengkhianat yang telah melukai gurunya.Sementara Luhcitra tampak bingung harus bagaimana ia bertindak. Tidak mungkin dia ikut campur dalam pertarungan antara Bayu dengan Ki Ula Sendok.Sedangkan dia sendiri ragu hendak membantu kekasihnya. Tidak disangka rencananya akan menghadapi hambatan berat seperti ini.Apalagi setelah tahu suami Nindya Saroya adalah yang bergelar Si Pengendali Angin Petir. Menurutnya Lembana tidak akan bisa mewujudkan rencananya.Melihat Ki Ula Sendok sendiri tampak tengah kepayahan menghadapi Bayu. Tubuh manusia ular yang tadinya raksa
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 154

Sujiwati tidak bersuara sama sekali. Keadaannya benar-benar lemah. Kesaktian yang dia miliki seolah terkunci sehingga tak bisa digunakan.Akhirnya gadis ini seperti orang gila dalam pasungan. Bahkan ketika ditinggal Soca Srenggi keluar, dia tidak mampu membuka pintu.Seperti saat ini, Soca Srenggi sudah keluar hendak menemui seseorang dan membuat perhitungan dengannya.Dia meninggalkan perguruan dengan menunggangi kuda. Dia melarikan kuda tersebut ke arah barat. Perjalanan yang akan ditentukan cukup jauh.Dalam perjalanan itu terbayang kembali kejadian tempo dulu yang telah membuat hancur hatinya.Tiga puluh tahun lalu, ketika Soca Srenggi masih sosok pemuda gagah nan tampan dan belum lama terjun ke dunia persilatan. Waktu itu dia belum beralih halauan menjadi golongan hitam.Soca Srenggi muda berkenalan dengan seorang gadis, tapi sayangnya gadis itu anak pendekar golongan hitam. Padahal dia sudah kepincut hatinya oleh gadis ters
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 155

"Bunuh saja aku kalau membuat hatimu puas!" ujar Mandita. Sepertinya dia sudah pasrah.Dia memang sudah tua dan mungkin sudah saatnya ajal datang menjemput, tapi dia masih berkubang dalam lumpur hitam. Belum tobat, karena dia punya rencana menjadi orang baik."Selama aku hidup, hatiku selalu tersiksa bila mengingat penghinaanmu. Untuk apa aku mempercepat kematianmu. Aku ingin melihatmu merintih kesakitan terlebih dahulu!"Soca Srenggi mendekat, lalu salah satu kakinya menendang betis kana Mandita.Krekk!"Aaah...!"Betis kanan nenek ini patah, membuat Mandita tidak seimbang berdiri sehingga roboh ke tanah sambil menjerit kesakitan.Krakk!"Oooh.... Bunuh saja aku Soca Srenggi!" teriak Mandita ketika lelaki itu menginjak tangan kirinya hingga patah lagi."Sabar, sedikit-sedikit," ujar Soca Srenggi.Krekk! Krekk!Tangan dan kaki Mandita yang satunya kini menjadi sasaran. Nenek tua ini se
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 156

Tubuh Asmarini lebih berat, lebih berisi, tapi tetap ramping. Sepasang gunung kembarnya juga terasa lebih padat saat mengganjal dalam rangkulan.Namun, antara keduanya memiliki sensasi kenikmatan yang berbeda yang membuat Bayu selalu bergairah. Termasuk istri ketiganya yaitu Miranti."Ini aku, Kang. Bukan Miranti atau Nindya Saroya!" ucapan Asmarini sedikit mengagetkan Bayu. Pemuda ini langsung merundukkan kepalanya, mencium leher si istri."Ah! Nanti jatuh, Kang!" jerit Asmarini."Tidak akan, aku bisa saja membuat angin jadi kasur. Sepertinya bercinta di awang-awang menyenangkan!""Jangan macam-macam, Kang. Apa tidak malu dilihat banyak orang di bawah?""Tidak akan bisa lihat, aku akan bawa Nya ke angkasa yang paling tinggi!""Tidak, ah! Nanti saja, aku inggis. Kita sedang menjalankan tugas!"Bayu mengekeh. Menambah kecepatan. Asmarini semakin erat merangkul suaminya. Kiranya Bayu hanya menggoda saja. Tidak sun
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 157

"Itu yang aku tidak tahu," jawab KI Gunaraksa lalu menyerahkan batu tersebut kepada Bayu. "Hanya ini yang bisa aku bantu, selanjutnya aku serahkan kepada kalian."Akhirnya hanya itu yang didapat dari gunung Cupu. Untung Ki Gunaraksa masih hidup dan rupanya sedang menunggu kedatangan orang dari istana Kawali atau Galuh.Lalu Bayu dan Asmarini pun pamit. Mereka hendak melaporkan hasilnya ke Senapati Pranajaya. Kemudian mungkin hanya Bayu saja yang akan mengejar Ganggasara untuk mengambil kembali Tombak Kawijayan.Bayu Bentar kembali menggunakan ilmu meringankan tubuh sambil menggendong istrinya kembali ke istana Kawali.Namun, ketika melintasi gunung Cakrabuana, mereka melihat keramaian yang tidak biasa. Sepertinya ada kegaduhan di sana. Masalah apa lagi yang menimpa Padepokan Cakrabuana?Terpaksa Bayu harus singgah dulu ke sana untuk mengetahui apa yang tengah terjadi. Dari jauh dia sudah merasakan hawa sakti yang saling bergulung di udara
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 158

Pada saat itulah Bayu dan Asmarini datang dengan cara melayang dari udara. Mereka langsung mendarat di samping sang ayah."Ayah berkeringat banyak, apakah habis berlari dari kaki gunung ke sini? Padahal ilmu meringankan tubuh Ayah sangat hebat!" tanya Bayu masih bisa bercanda di situasi seperti ini. Padahal waktu kecil dia orang pendiam."Tubuh orang itu sepertinya terbuat dari logam neraka!" tunjuk Panji ke arah Soca Srenggi. Tidak membalas candaan anaknya."Oh, rupanya dia masih hidup. Sudah diberi kesempatan beberapa kali ternyata belum tobat juga," sahut Bayu."Kau punya cara mengalahkannya?""Aku ingin lihat dulu. Silakan Ayah dan yang lainnya mencoba lagi," ujar Bayu membuat sang ayah menatapnya dengan mengerutkan alis.Lalu Panji menoleh pada Asmarini dan Miranti sebagai tanda isyarat. Ayah dan kedua menantu kini menyerang bersama.Miranti masih mencoba lagi dengan Pedang Pembelah Langit. Sedangkan Asmarini menari
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 159

Panji dan yang lainnya pun pamit. Ketika hendak kembali pulang, Bayu memberitahukan tentang tugas yang dia emban dari mertuanya.Karena jaraknya lebih dekat ke istana Kawali, maka terlebih dahulu mereka ke sana untuk memberitahu Senapati Pranajaya tentang Ganggasara. Setelah itu baru pulang ke rumah.***Cara menggunakan Batu Pemutar Waktu yaitu dengan cara menekan kedua ujungnya dengan jari telunjuk dan jempol. Lalu mengucapkan ke mana tempat atau jaman yang ingin dikunjungi."Bawa aku ke tempat atau jaman yang membawa Pusaka Tombak Kawijayan." Begitulah yang diucapkan Bayu ketika menggunakan batu tersebut.Kemudian pemuda ini menunggu sambil mendongak ke langit. Seketika angin berputar di sekeliling tubuh Bayu.Karena Batu Pemutar Waktu hanya bisa digunakan untuk satu orang, maka dengan berat Bayu harus meninggalkan ketiga istrinya. Padahal dia ingin berpetualang dengan mereka.Beberapa saat kemudian langit yang tengah
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 160

Yang menjadi pimpinan namanya Jayagana, dia seorang panglima kerajaan Sabhara, salah satu bawahan Tarumanagara. Empat orang lainnya adalah bawahannya yang setia.Jayagana ternyata memihak kepada Panglima Angkatan Perang Tarumanagara yaitu Cakrawarman. Rencananya mereka akan bertemu pendukung Cakrawarman lainnya di suatu tempat.Rombongan Jayagana memasuki sebuah kampung kecil. Mereka mengunjungi sebuah rumah yang agak besar. Di dalam rumah tersebut ternyata sudah menunggu beberapa orang lainnya.Jayagana dan empat bawahannya langsung dibawa masuk. Pintu rumah segera ditutup kembali. Namun, tentu saja Bayu bisa menerobos masuk berkat Rompi Halimunan.Di ruang depan yang cukup luas sudah berkumpul empat orang lainnya. Jadi semuanya berjumlah sembilan duduk bersila menyandar ke dinding. Di tengah tampak banyak makanan yang terhidang."Terima kasih, kalian cepat datang sehingga kabar yang kubawa akan segera tersampaikan," kata salah seorang y
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status