Home / Pendekar / PENGENDALI ANGIN PETIR / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of PENGENDALI ANGIN PETIR: Chapter 161 - Chapter 170

191 Chapters

Bab 161

"Meskipun sudah mengundurkan diri, beliau masih bersedia membimbing. Seperti aku yang akhirnya bisa mengendalikan air dan hujan," ujar Asmarini."Mudah-mudahan saja Nenek Pancasari berumur panjang supaya bisa membimbing Mayang Asih setelah usianya cukup," harap Paramita."Tapi Ayah bisa meminta petunjuk sejak dari sekarang untuk diterapkan nanti kepada Rayi Mayang Asih. Kan, Ayah memiliki kehebatan dalam daya ingat seperti Kang Bayu?" ujar Asmarini."Itu juga bagus, tapi nanti saja. Sekarang kita akan mengadakan syukuran atas kelahiran putriku!""Juga aku!" sambung Nindya Saroya."Kamu?" Panji dan Paramita berbarengan."Mereka bertiga sudah mengandung!" sambar Nini Padma. "Aku sudah memeriksa semuanya. Yang paling tua usia kandungannya yaitu Nden Miranti, kemudian Nden Asmarini dan Nden Nindya!"Panji dan Paramita tertawa bareng. Betapa bahagianya mereka. Baru saja memperoleh anak kedua, sekarang akan mendapatkan cucu se
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 162

Sepanjang jalan Dadang Koswara menceritakan bahwa dia dihadang beberapa orang yang mengaku sedang mencari dana untuk membiayai pemberontakan Cakrawarman.Orang-orang itu memaksa seperti perampok saja. Sehingga terjadi pertarungan yang tidak seimbang. Dadang Koswara yang memiliki kepandaian biasa saja tidak mampu melawan mereka.Sehingga dia roboh terluka. Barang dagangannya diambil, tapi kereta kudanya ditinggalkan.Menurut Dadang Koswara dia hendak melaporkan hal ini kepada gurunya di desa Kulur.***Sesuai petunjuk, kereta kuda yang membawa Bayu dan Dadang Koswara sampai di sebuah hutan kecil di ujung desa Kulur.Hutan yang jauh dari perkampungan, tapi di hutan itu ada satu rumah panggung kecil terbuat dari papan. Ke situlah tujuan mereka.Bayu memapah Dadang Koswara yang masih dalam keadaan lemah."Sampurasun!" ucap Dadang Koswara lemah dan tersengal-sengal mengatur nafasnya.Dari dalam rumah keluar
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 163

Bayu menggeleng pelan."Aku hanya tidak puas atas sikap kakakku, tapi aku tetap menghormati keputusan itu,""Terus kenapa memberontak?" tak sadar Bayu bertanya seperti itu karena kepolosannya.Cakrawarman tersenyum. "Aku hanya dimanfaatkan,""Maksud ,Gusti?""Mereka yang mengetahui ketidakpuasanku memanfaatkan hal ini untuk membujukku agar aku memberontak merebut tahta. Dan ternyata yang mendukung juga banyak,""Apakah Gusti Panglima sebenarnya tidak ingin memberontak?"Cakrawarman menggeleng. Tatapannya kosong ke depan."Terus peristiwa penyusup yang hampir membunuh Gusti Maharaja?""Itu fitnah, aku tidak pernah menyuruhnya,""Jadi, sekarang bagaimana?""Sudah terlanjur, aku sudah dinyatakan pemberontak. Sekarang hanya mencoba peruntungan saja," Cakrawarman mendesah.Bayu angguk-angguk kepala. Memang benar apa yang terlihat atau terdengar kadang-kadang berbeda dari kenyataan
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 164

Sekarang Bayu akan mencari kesempatan untuk mendekati Ganggasara. Tentunya tanpa sepengetahuan sang Panglima."Dia tidak membawa senjata apa pun. Di mana Tombak Kawijayan disimpan?" batin bayu.Malam makin larut, Panglima Cakrawarman telah masuk ke tendanya. Bayu masih di sana. Dia memperhatikan terus gerak-gerik Ganggasara yang sepertinya menunggu kesempatan.Begitu junjungan semua orang di sini beristirahat, pemuda ini langsung pergi entah kemana, tapi dia tidak tahu kalau gerak-geriknya diawasi Bayu dengan mengaktifkan Rompi Halimunan.Di suatu tempat yang jauh dari perkemahan, yang tidak bisa dilihat siapapun. Kecuali Bayu. Ganggasara tampak berdiri seperti menunggu seseorang. Bayu memperhatikan dari atas pohon. Indra pendengarannya dikuatkan sejelas mungkin.Lalu muncul satu sosok pendek bulat. Lelaki berbadan gemuk dan pendek yang wajahnya brewokan sedikit seram. Siapa dia?Dengan seksama Bayu menguping pembicaraan mereka.
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 165

Inilah yang di maksud Bayu ketika dia hendak memberitahukan sesuatu.Sebelumnya waktu Bayu menguntit Ganggasara bertemu dengan sosok yang dipanggil Eyang. Pemuda tinggi besar memberitahukan bahwa hutan Palutungan akan dijadikan markas dan meminta bantuan agar Eyang pendek gemuk itu mengirimkan pasukan guriang.Namun, si Eyang mengajukan syarat. Seperti yang telah diketahui dalam percakapan tadi.Kemudian secara diam-diam Bayu bersama Panglima menguntit mereka. Tentu saja si pemuda menggunakan Rompi Halimunan agar tidak terdeteksi oleh tiga orang tersebut.Mereka terkejut melihat kedatangan Cakrawarman yang tiba-tiba. Hastabahu dan Dewaraja sama-sama memandang Ganggasara. Maksudnya, kenapa bisa ada penguntit? Sedangkan tadi bilangnya tidak ada!Sedangkan Ganggasara tampak jadi orang yang paling panik."Aku tidak menyangka, Ganggasara! Kau telah berkhianat kepada guru dengan mempunyai guru lain. Orang yang sangat kupercaya ternyata
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 166

Ada juga Prabu Sela Lingganagara yang menjadi penghubung raja-raja, adik Prabu Wiryabanyu, Babarkalih buyut Wanagiri, Jarandewa mentri Tua, Wisagni mentri Muda dan Brahmanaresi Samhitaka pendeta Wisnu pembawa sangkala penanggung jawab pertapaan dan sungai Gangga.Prabu Wiryabanyu membuka percakapan. "Pasukan akan dibagi dua. Panglima Limbur Sakti membawa pasukan pertama menyusuri sungai Cimanuk. Nantinya akan bergabung dengan pasukan Manukrawa yang dipimpin panglima Welutbraja.Dan pasukan kedua akan dipimpin oleh saya bersama Panglima Ragabelawa. Kita akan bergerak ke selatan dulu lalu berbelok ke barat dan kembali ke utara di mana pasukan Cakrawarman berada. Penyerangan akan dilakukan waktu Balebat."Demikian arahan sang Prabu yang langsung disetujui oleh semua yang hadir.***Pagi hari waktu Balebat, pasukan Cakrawarman yang sebagian besarnya sedang terlelap dikejutkan oleh suara gemuruh."Musuh datang!" teriak seorang prajur
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 167

Pinggiran hutan tempat dia memasukinya semula kini hilang. Yang terlihat adalah belantara lebat bagai tanpa ujung.Kemudian dia berputar lagi menghadap kanan. Ajaib. Kini dia berada di tengah belantara sepi dan lembab bahkan agak remang karena sedikit mendapat cahaya surya.Pemuda ini tersenyum puas seperti baru saja memecahkan sebuah teka-teki. Benar, hutan ini memang aneh. Tidak sembarang orang memasukinya.Bayu menarik nafas lega. Kini dia harus memecahkan teka-teka teki selanjutnya untuk menemukan tempat tinggal Birawayaksa. Dia yakin bisa.***"Sampurasun!"Suara itu terdengar melengking, menggema, bahkan menggetarkan jiwa. Mengandung tekanan tenaga dalam yang cukup besar. Bukan orang sembarangan yang mampu melakukannya. Terlebih lagi di tengah hutan Mandapa, rimba yang belum terjamah manusia biasa.Hanya orang tertentu yang bisa masuk ke tempat tersembunyi ini, yaitu Birawayaksa dan murid-muridnya. Namun, di hari y
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 168

Kaku dan kelunya Ki Lurah tadi adalah perbuatan Bayu. Sekarang pemimpin desa itu bersikap lembut. Mungkin karena tahu anak muda yang dituduh pembunuh ini bukan orang sembarangan."Rahasiakan keberadaan saya di sini, jangan sampai warga desa mengetahuinya. Cukup Ki lurah dan keluarga saja. Biarkan orang-orang menganggap saya kabur dan tidak mau bertanggung jawab." menjelaskan Bayu."Selanjutnya bagaimana?""Hanya menunggu perkembangan berikutnya. Saya pastikan, saya akan menyelesaikan masalah ini sampai tuntas,""Tapi, kau kan pembunuhnya?""Saya tidak bisa menjelaskan sekarang. Jangan takut. Saya akan bertanggung jawab."Ki Lurah tidak mengerti sama sekali dengan rencana Bayu. Dilihat dari cara bicaranya, anak muda ini seperti orang baik. Begitu pikiran Ki Lurah."Tenanglah, Ki Lurah. Saya tidak akan lari. Yang penting ikuti saja saran saya.Lama Ki Lurah tampak berpikir. Suasana jadi tampak sunyi."Bai
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 169

Si pemuda terbahak-bahak, "Aku suka anak gadismu, aku mau dia!""Tidak!" hardik si ibu."Eneng, kau cepat lari! Ibu, beritahu Ki Lurah. Biar aku yang menghadapi bajingan in!"Si gadis segera berlari ke belakang. Si ibu juga bergegas menuju Ki Lurah, dan si ayah langsung menerjang ke arah si pemuda dengan kemampuan yang dimilikinya. Inginnya dia menggunakan senjata, tapi tidak ada sesuatu pun yang ada di dekatnya.Si pemuda dengan congkak melayani serangan lelaki setengah baya itu. Dia menganggap enteng lawannya."Punya ilmu apa kau? Berani melawanku!"Tentu saja kemampuan si ayah yang tak seberapa itu dengan mudah dipatahkan. Bahkan berbalik, si ayah menjadi bulan-bulanan si pemuda yang begitu gampangnya menghujaninya dengan pukulan-pukulan telak. Sehingga keadaannya menjadi babak belur lalu ambruk dengan tubuh penuh luka."Tunggu di sini, aku akan mencari anakmu!"Si pemuda mengejar ke arah si gadis tadi berlar
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 170

Dengan terburu-buru tanpa menambatkan kudanya lagi, Ki Lurah turun dan berlari memasuki rumah besar itu."Ki Jembara...Ki Jembara…!""Ada apa? Kenapa seperti dikejar jurig, Ki?" seorang pembantu menyapa dengan terheran-heran."Panggilkan Lurahmu!"Si pembantu segera menghilang. Tak lama muncul lagi bersama Ki Jembara, lurah desa itu."Ki Sangkan, ada apa ini?""Gawat, Ki Jembara, gawat!""Iya...iya...kenapa? Ceritakan dengan tenang dan jelas,"Lalu Ki Jembara menyilahkan duduk kepada Ki Lurah dan Bayu di ruang tamu."Sangat gawat, Ki." ujar Ki Lurah sedikit tenang. "Kami sedang mengejar seorang pembunuh dan pemerkosa di desa kami. Dia lari ke sini, ke desa ini!""Benar katamu, Ki?" tanya Ki Jembara."Sudah dua, tiga warga saya jadi korban. Mohon Ki Jembara segera siagakan keamanan. Saya takut dia mencari korban juga di sini."Ki Jembara mulai panik. Dari raut wajah Ki Sangkan
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more
PREV
1
...
151617181920
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status