Sekarang Bayu akan mencari kesempatan untuk mendekati Ganggasara. Tentunya tanpa sepengetahuan sang Panglima.
"Dia tidak membawa senjata apa pun. Di mana Tombak Kawijayan disimpan?" batin bayu.Malam makin larut, Panglima Cakrawarman telah masuk ke tendanya. Bayu masih di sana. Dia memperhatikan terus gerak-gerik Ganggasara yang sepertinya menunggu kesempatan.Begitu junjungan semua orang di sini beristirahat, pemuda ini langsung pergi entah kemana, tapi dia tidak tahu kalau gerak-geriknya diawasi Bayu dengan mengaktifkan Rompi Halimunan.Di suatu tempat yang jauh dari perkemahan, yang tidak bisa dilihat siapapun. Kecuali Bayu. Ganggasara tampak berdiri seperti menunggu seseorang. Bayu memperhatikan dari atas pohon. Indra pendengarannya dikuatkan sejelas mungkin.Lalu muncul satu sosok pendek bulat. Lelaki berbadan gemuk dan pendek yang wajahnya brewokan sedikit seram. Siapa dia?Dengan seksama Bayu menguping pembicaraan mereka.Inilah yang di maksud Bayu ketika dia hendak memberitahukan sesuatu.Sebelumnya waktu Bayu menguntit Ganggasara bertemu dengan sosok yang dipanggil Eyang. Pemuda tinggi besar memberitahukan bahwa hutan Palutungan akan dijadikan markas dan meminta bantuan agar Eyang pendek gemuk itu mengirimkan pasukan guriang.Namun, si Eyang mengajukan syarat. Seperti yang telah diketahui dalam percakapan tadi.Kemudian secara diam-diam Bayu bersama Panglima menguntit mereka. Tentu saja si pemuda menggunakan Rompi Halimunan agar tidak terdeteksi oleh tiga orang tersebut.Mereka terkejut melihat kedatangan Cakrawarman yang tiba-tiba. Hastabahu dan Dewaraja sama-sama memandang Ganggasara. Maksudnya, kenapa bisa ada penguntit? Sedangkan tadi bilangnya tidak ada!Sedangkan Ganggasara tampak jadi orang yang paling panik."Aku tidak menyangka, Ganggasara! Kau telah berkhianat kepada guru dengan mempunyai guru lain. Orang yang sangat kupercaya ternyata
Ada juga Prabu Sela Lingganagara yang menjadi penghubung raja-raja, adik Prabu Wiryabanyu, Babarkalih buyut Wanagiri, Jarandewa mentri Tua, Wisagni mentri Muda dan Brahmanaresi Samhitaka pendeta Wisnu pembawa sangkala penanggung jawab pertapaan dan sungai Gangga.Prabu Wiryabanyu membuka percakapan. "Pasukan akan dibagi dua. Panglima Limbur Sakti membawa pasukan pertama menyusuri sungai Cimanuk. Nantinya akan bergabung dengan pasukan Manukrawa yang dipimpin panglima Welutbraja.Dan pasukan kedua akan dipimpin oleh saya bersama Panglima Ragabelawa. Kita akan bergerak ke selatan dulu lalu berbelok ke barat dan kembali ke utara di mana pasukan Cakrawarman berada. Penyerangan akan dilakukan waktu Balebat."Demikian arahan sang Prabu yang langsung disetujui oleh semua yang hadir.***Pagi hari waktu Balebat, pasukan Cakrawarman yang sebagian besarnya sedang terlelap dikejutkan oleh suara gemuruh."Musuh datang!" teriak seorang prajur
Pinggiran hutan tempat dia memasukinya semula kini hilang. Yang terlihat adalah belantara lebat bagai tanpa ujung.Kemudian dia berputar lagi menghadap kanan. Ajaib. Kini dia berada di tengah belantara sepi dan lembab bahkan agak remang karena sedikit mendapat cahaya surya.Pemuda ini tersenyum puas seperti baru saja memecahkan sebuah teka-teki. Benar, hutan ini memang aneh. Tidak sembarang orang memasukinya.Bayu menarik nafas lega. Kini dia harus memecahkan teka-teka teki selanjutnya untuk menemukan tempat tinggal Birawayaksa. Dia yakin bisa.***"Sampurasun!"Suara itu terdengar melengking, menggema, bahkan menggetarkan jiwa. Mengandung tekanan tenaga dalam yang cukup besar. Bukan orang sembarangan yang mampu melakukannya. Terlebih lagi di tengah hutan Mandapa, rimba yang belum terjamah manusia biasa.Hanya orang tertentu yang bisa masuk ke tempat tersembunyi ini, yaitu Birawayaksa dan murid-muridnya. Namun, di hari y
Kaku dan kelunya Ki Lurah tadi adalah perbuatan Bayu. Sekarang pemimpin desa itu bersikap lembut. Mungkin karena tahu anak muda yang dituduh pembunuh ini bukan orang sembarangan."Rahasiakan keberadaan saya di sini, jangan sampai warga desa mengetahuinya. Cukup Ki lurah dan keluarga saja. Biarkan orang-orang menganggap saya kabur dan tidak mau bertanggung jawab." menjelaskan Bayu."Selanjutnya bagaimana?""Hanya menunggu perkembangan berikutnya. Saya pastikan, saya akan menyelesaikan masalah ini sampai tuntas,""Tapi, kau kan pembunuhnya?""Saya tidak bisa menjelaskan sekarang. Jangan takut. Saya akan bertanggung jawab."Ki Lurah tidak mengerti sama sekali dengan rencana Bayu. Dilihat dari cara bicaranya, anak muda ini seperti orang baik. Begitu pikiran Ki Lurah."Tenanglah, Ki Lurah. Saya tidak akan lari. Yang penting ikuti saja saran saya.Lama Ki Lurah tampak berpikir. Suasana jadi tampak sunyi."Bai
Si pemuda terbahak-bahak, "Aku suka anak gadismu, aku mau dia!""Tidak!" hardik si ibu."Eneng, kau cepat lari! Ibu, beritahu Ki Lurah. Biar aku yang menghadapi bajingan in!"Si gadis segera berlari ke belakang. Si ibu juga bergegas menuju Ki Lurah, dan si ayah langsung menerjang ke arah si pemuda dengan kemampuan yang dimilikinya. Inginnya dia menggunakan senjata, tapi tidak ada sesuatu pun yang ada di dekatnya.Si pemuda dengan congkak melayani serangan lelaki setengah baya itu. Dia menganggap enteng lawannya."Punya ilmu apa kau? Berani melawanku!"Tentu saja kemampuan si ayah yang tak seberapa itu dengan mudah dipatahkan. Bahkan berbalik, si ayah menjadi bulan-bulanan si pemuda yang begitu gampangnya menghujaninya dengan pukulan-pukulan telak. Sehingga keadaannya menjadi babak belur lalu ambruk dengan tubuh penuh luka."Tunggu di sini, aku akan mencari anakmu!"Si pemuda mengejar ke arah si gadis tadi berlar
Dengan terburu-buru tanpa menambatkan kudanya lagi, Ki Lurah turun dan berlari memasuki rumah besar itu."Ki Jembara...Ki Jembara…!""Ada apa? Kenapa seperti dikejar jurig, Ki?" seorang pembantu menyapa dengan terheran-heran."Panggilkan Lurahmu!"Si pembantu segera menghilang. Tak lama muncul lagi bersama Ki Jembara, lurah desa itu."Ki Sangkan, ada apa ini?""Gawat, Ki Jembara, gawat!""Iya...iya...kenapa? Ceritakan dengan tenang dan jelas,"Lalu Ki Jembara menyilahkan duduk kepada Ki Lurah dan Bayu di ruang tamu."Sangat gawat, Ki." ujar Ki Lurah sedikit tenang. "Kami sedang mengejar seorang pembunuh dan pemerkosa di desa kami. Dia lari ke sini, ke desa ini!""Benar katamu, Ki?" tanya Ki Jembara."Sudah dua, tiga warga saya jadi korban. Mohon Ki Jembara segera siagakan keamanan. Saya takut dia mencari korban juga di sini."Ki Jembara mulai panik. Dari raut wajah Ki Sangkan
"Bongkeng,""Bongkeng, ya, Bongkeng…""Bagaimana caranya?""Kau hanya perlu menyiapkan tubuhmu sebagai wadah,"Bongkeng mengkerutkan kening."Aku ini dewa, akan masuk ke dalam ragamu. Setelah itu kau bisa menjadikan dirimu apa saja sesuai keinginanmu,"Bongkeng masih mematung. Belum sempat bicara lagi, Bongkeng melihat kakek itu berubah jadi asap putih lagi. Asap itu bergerak mendekat.Bentuknya memanjang kecil lalu masuk ke badan melalui hidung. Yang dirasakan Bongkeng seperti tak sengaja menghirup asap itu hingga habis, seluruhnya masuk ke dalam raganya.Sesaat kemudian Bongkeng merasakan tubuhnya menjadi segar, ringan dan juga bertenaga."Putar tubuhmu!"Suara si kakek mengiang di telinganya. Bongkeng melakukan perintahnya."Lihat tubuhmu!"Bongkeng terkejut, badannya yang kurus hampir seperti tengkorak kini menjadi berisi. Kekar, tegap."Pergilah ke sungai, lihat
Cahaya tersebut terpental lalu tertarik mendekati telapak tangan Bayu asli.Tepp!Bayu menangkap cahaya berbentuk bulat itu dengan sepasang telapak tangannya. Dia baru saja menciptakan ilmu baru dengan petunjuk Kitab Buana Sampurna.Ilmu tersebut diciptakan dari campuran tenaga angin, petir dan bintang yang fungsinya seperti Labu Ajaib yaitu menarik dan menyimpan roh siluman."Kena kau!" ujar Bayu tua. Kemudian dia memasukkan gumpalan cahaya itu ke dalam tangannya.Sekarang dia akan menggunakan roh siluman Birawayaksa untuk mengancam Ganggasara.Sudah jelas sekarang, Birawayaksa merasuki tubuh seseorang kemudian mengubah bentuk menjadi dirinya. Begitu rupanya.Orang-orang segera menghampiri tubuh Bayu palsu yang terkapar tak berdaya. Yang paling depan adalah Ki Lurah Sangkan.Semua orang menyaksikan termasuk Bayu tua. Sosok Bayu palsu perlahan berubah. Dari yang kekar menjadi tubuh kerempeng.Dari wajah
Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark
Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak
Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K
Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta
Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya
Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika
Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak
Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K
Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.