Cahaya tersebut terpental lalu tertarik mendekati telapak tangan Bayu asli.
Tepp!Bayu menangkap cahaya berbentuk bulat itu dengan sepasang telapak tangannya. Dia baru saja menciptakan ilmu baru dengan petunjuk Kitab Buana Sampurna.Ilmu tersebut diciptakan dari campuran tenaga angin, petir dan bintang yang fungsinya seperti Labu Ajaib yaitu menarik dan menyimpan roh siluman."Kena kau!" ujar Bayu tua. Kemudian dia memasukkan gumpalan cahaya itu ke dalam tangannya.Sekarang dia akan menggunakan roh siluman Birawayaksa untuk mengancam Ganggasara.Sudah jelas sekarang, Birawayaksa merasuki tubuh seseorang kemudian mengubah bentuk menjadi dirinya. Begitu rupanya.Orang-orang segera menghampiri tubuh Bayu palsu yang terkapar tak berdaya. Yang paling depan adalah Ki Lurah Sangkan.Semua orang menyaksikan termasuk Bayu tua. Sosok Bayu palsu perlahan berubah. Dari yang kekar menjadi tubuh kerempeng.Dari wajahOrang-orang yang entah siapa itu pasti akan melakukan segala cara demi meraih keinginannya."Kalau begitu kita harus membuat rencana untuk menghadapi mereka, tapi mungkin hanya aku dengan Aki dan Nini saja yang bertindak," kata Panji.Siapakah yang mengincar calon anak-anak Bayu?***Jaman Tarumanagara.Walaupun Birawayaksa sudah terpenjara dalam ilmu yang baru diciptakan Bayu berupa wadah bersifat gaib yang mampu menyimpan makhluk lelembut seperti siluman, tapi Bayu tidak bisa menguak di mana keberadaan Ganggasara.Akhirnya Bayu melakukan pencarian ulang. Di mulai dari Ki Brajaseti yang merupakan sahabat Prabu Satyaguna.Dia akan mengunjungi rumah kakek tersebut karena sewaktu dia ikut bersama Panglima Cakrawarman, kakek itu juga hendak pulang bersama muridnya.Karena dia masih terasa asing di jaman ini, maka Bayu lebih banyak bertanya kepada orang yang dia temui di jalan. Setelah mendapat petunjuk, dia bergera
Semuanya diam. Tak ada yang berani menjawab. Sampai terdengar satu seruan dari arah belakang Prabu Satyaguna."Bagus! Ternyata benar, Cupunagara tengah mempersiapkan pemberontakan!"Prabu Satyaguna menoleh ke arah sumber suara. "Senapati Ragabelawa, anda masuk tanpa izin. Mau apa?""Mau apa?" dengkus Ragabelawa. "Sudah kulihat dengan mata kepala sendiri. Kau sedang mempersiapkan pemberontakan, masih mau mengelak?""Semuanya tidak seperti yang kau duga, Ragabelawa!""Dugaanku tidak salah, semua kegiatanmu ini tak lepas dari pengawasan telik sandi sejak menantumu tewas sebagai pemberontak!"Panas hati Prabu Satyaguna mendengarnya. Amarahnya menggebu, rasanya dia ingin melabrak Ragabelawa saat itu juga. Tapi dia berusaha tenang. Ini pasti fitnah!"Saya bisa menjelaskan semuanya," kata Prabu Satyaguna melunak."Jelaskan nanti di hadapan Maharaja, sekarang menyerah dan bersedia dibawa ke pusat atau akan kubumiratakan
"Ah, Raden suka merendah. Saya juga belum banyak pengalaman." Dalam hati, maksud Bayu yaitu pengalaman di jaman ini."Oh, ya. Sewaktu peristiwa pemberontakan Ayahanda, aku tidak diperkenankan ikut terlibat oleh Ibunda. Jadi aku tidak bisa melihat saat-saat terakhir Ayahandaku. Bisakah kau ceritakan saat kau bersama Ayahanda?"Walaupun nantinya akan membuat Cakra Diwangsa bersedih, Bayu tetap menceritakan semua yang dia alami saat bersama Panglima Cakrawarman. Dan benar saja, putra sang Panglima ini tampak berkaca-kaca."Ibunda benar, Ayahanda hanya dimanfaatkan oleh pengikutnya. Kakek juga bilang bahwa Ayahanda sebenarnya tidak mau memberontak,""Dari mana kita mulai penyelidikan?" tanya Bayu mengalihkan pembicaraan agar Cakra Diwangsa tidak larut dalam kesedihan."Ke desa Gantar, kita cari dua orang yang jadi senapati bernama Jaladipa dan Singgih. Aku sudah tahu tempat tinggalnya."Begitulah kereta kuda melaju sedang saja. Hari
Lima serangan luput karena dengan mudah Bayu melesatkan badannya lebih atas lagi. Lima brewok mendarat lagi begitu serangan mereka gagal.Akan tetapi tidak disangka begitu menginjakan kaki di tanah, tahu-tahu sosok Bayu sudah meluncur cepat mengirimkan tendangan.Tak dapat menghindar lagi kening kelima orang ini terkena hantaman kaki Bayu dalam sekali gerak.Duk! Duk! Duk!Duk! Duk!Lima brewok terjengkang, sementara Bayu melayang lagi ke atas sambil tersenyum mengejek."Turun kau, jurig gelo!" umpat salah satu si brewok setelah dia dan kawan-kawannya sudah berdiri lagi.Bayu pun turun. Mendarat dengan pelan dan indah. Lima brewok langsung mengurung dan menyerang dengan menyabetkan goloknya seperti hendak membelah kayu.Pengendali Angin Petir merendahkan tubuhnya. Jongkok. Satu tangan melintang di atas kepala dengan telapak seperti memayungi kepalanya.Trang! Trang!Babatan Lima golok terlihat
Dua lelaki ini mengikuti langkah wanita itu masuk ke ruang tengah rumah besar ini. Ruang yang besar. Ada banyak wanita muda dan cantik tampak duduk berbaris di bangku panjang di sisi ruangan.Wanita-wanita tersebut menyapa dengan genit. Memamerkan bentuk tubuhnya yang indah. Berusaha memikat dua lelaki yang baru datang itu.Dengan perasaan berdebar Bayu mencoba untuk tidak melirik apalagi menggubris mereka. Dia terus melangkah hingga dipersilakan duduk di atas tikar besar yang di tengah-tengahnya telah terhidang makanan dan buah- buahan."Silakan menunggu, saya akan memanggil Nyai."Tidak berapa lama wanita itu muncul lagi bersama wanita lain yang tampak lebih tua tapi berpakaian lebih mentereng dan berdandan sedemikian rupa hingga tetap terlihat cantik."Baru pertama ke sini, ya, Raden...?" tanya Nyai Sudarmi menggantung."Saya Cakra Diwangsa, dan ini sepupu saya, Bayu!""Oh, apakah ini putra Panglima yang perkasa itu?"
Dengan berat hati karena tidak bisa ikut menguburkan jasad Winengsih, Cakra Diwangsa dan Bayu meninggalkan Lembah Kupu-kupu.Sementara Lastri tampak sedih berlipat ganda. Selain karena kematian temannya, juga karena ditinggalkan Bayu. Wanita ini sudah jatuh hati kepada pemuda itu.Dalam perjalanan Bayu membeberkan keterangan yang diperoleh dari Lastri.Cakra Diwangsa sadar bahwa dalam pencariannya ada yang menguntit dan mencoba membungkam orang-orang yang terlibat agar tidak memberikan keterangan. Sayangnya ada satu orang yang selamat."Menurutmu apa penyerang gelap itu mengetahui salah satu sasarannya selamat?" tanya Cakra Diwangsa."Tidak, karena dia sekaligus melemparkan dua senjata ini bersamaan lalu cepat kabur," Bayu mengacungkan senjata pisau kecil yang berbentuk ular itu."Sepertinya itu senjata sekaligus sebuah lambang.""Ya, padepokan Sanca Wulung!""Untung Lastri segera memberi tahu, kalau tidak kita
Lelaki serba hijau ini harus menunggu sampai agak malam untuk mengintai dua orang buruannya. Dia harus mengetahui isi pembicaraan mereka.Ada banyak kamar di penginapan ini, tapi dia tidak tahu di kamar mana dua orang incarannya beristirahat karena tadi dia tidak sempat mengikuti.Akhirnya dia harus melompat ke atas atap untuk memeriksa setiap kamarnya. Si keriting ini bernafas lega saat menemukan dua orang incarannya.Namun, sedikit kecewa karena dua orang itu telah tertidur pulas. Dia tidak sempat mendengar obrolan mereka. Lalu dia kembali ke kamarnya. Masih ada hari esok. Selama dia masih bisa mengikuti mereka, pasti akan mendapat keterangan yang dia buru.Pagi-pagi saat 'Haneut Moyan' lelaki berpakaian serba hijau ini terkejut mendapati dua orang buruannya sudah tidak ada di kamarnya. Segera dia keluar.Hatinya lega ketika melihat kereta kuda masih ada di halaman depan penginapan. Mungkin mereka sedang makan di kedai yang letaknya di
Padepokan Sanca Wulung.Ki Sanca tampak marah-marah kepada dua orang murid pentolannya. Wirat dan Soka. Mereka berdua yang memimpin murid-murid lain untuk menggagalkan rencana Cakra Diwangsa dan Bayu."Kenapa kalian malah kembali? Belegug, sial" damprat Ki Sanca."Mereka sudah kehilangan jejak, sudah tersesat," kilah Wirat."Justru kalian yang kehilangan jejak! Iya, kan?"Wirat dan Soka tak menjawab. Mereka menunduk. Wirat berkata demikian karena semua orang yang mengetahui tentang padepokan Sanca Wulung telah dilenyapkan.Mereka tidak tahu, salah satu dari dua wanita Lembah Kupu-kupu masih selamat, yaitu Lastri. Karena hanya dua wanita itu yang tahu.Padepokan Sanca Wulung sengaja tidak memperkenalkan diri ke dunia luar. Karena murid- muridnya dididik untuk menjadi pendekar bayaran. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya.Itulah kenapa mereka selalu berusaha mencegah Bayu dan Cakra Diwangsa menyamba
Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark
Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak
Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K
Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta
Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya
Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika
Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak
Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K
Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.