Share

Bab 156

last update Last Updated: 2024-12-10 08:01:26

Tubuh Asmarini lebih berat, lebih berisi, tapi tetap ramping. Sepasang gunung kembarnya juga terasa lebih padat saat mengganjal dalam rangkulan.

Namun, antara keduanya memiliki sensasi kenikmatan yang berbeda yang membuat Bayu selalu bergairah. Termasuk istri ketiganya yaitu Miranti.

"Ini aku, Kang. Bukan Miranti atau Nindya Saroya!" ucapan Asmarini sedikit mengagetkan Bayu. Pemuda ini langsung merundukkan kepalanya, mencium leher si istri.

"Ah! Nanti jatuh, Kang!" jerit Asmarini.

"Tidak akan, aku bisa saja membuat angin jadi kasur. Sepertinya bercinta di awang-awang menyenangkan!"

"Jangan macam-macam, Kang. Apa tidak malu dilihat banyak orang di bawah?"

"Tidak akan bisa lihat, aku akan bawa Nya ke angkasa yang paling tinggi!"

"Tidak, ah! Nanti saja, aku inggis. Kita sedang menjalankan tugas!"

Bayu mengekeh. Menambah kecepatan. Asmarini semakin erat merangkul suaminya. Kiranya Bayu hanya menggoda saja. Tidak sun
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 157

    "Itu yang aku tidak tahu," jawab KI Gunaraksa lalu menyerahkan batu tersebut kepada Bayu. "Hanya ini yang bisa aku bantu, selanjutnya aku serahkan kepada kalian."Akhirnya hanya itu yang didapat dari gunung Cupu. Untung Ki Gunaraksa masih hidup dan rupanya sedang menunggu kedatangan orang dari istana Kawali atau Galuh.Lalu Bayu dan Asmarini pun pamit. Mereka hendak melaporkan hasilnya ke Senapati Pranajaya. Kemudian mungkin hanya Bayu saja yang akan mengejar Ganggasara untuk mengambil kembali Tombak Kawijayan.Bayu Bentar kembali menggunakan ilmu meringankan tubuh sambil menggendong istrinya kembali ke istana Kawali.Namun, ketika melintasi gunung Cakrabuana, mereka melihat keramaian yang tidak biasa. Sepertinya ada kegaduhan di sana. Masalah apa lagi yang menimpa Padepokan Cakrabuana?Terpaksa Bayu harus singgah dulu ke sana untuk mengetahui apa yang tengah terjadi. Dari jauh dia sudah merasakan hawa sakti yang saling bergulung di udara

    Last Updated : 2024-12-10
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 158

    Pada saat itulah Bayu dan Asmarini datang dengan cara melayang dari udara. Mereka langsung mendarat di samping sang ayah."Ayah berkeringat banyak, apakah habis berlari dari kaki gunung ke sini? Padahal ilmu meringankan tubuh Ayah sangat hebat!" tanya Bayu masih bisa bercanda di situasi seperti ini. Padahal waktu kecil dia orang pendiam."Tubuh orang itu sepertinya terbuat dari logam neraka!" tunjuk Panji ke arah Soca Srenggi. Tidak membalas candaan anaknya."Oh, rupanya dia masih hidup. Sudah diberi kesempatan beberapa kali ternyata belum tobat juga," sahut Bayu."Kau punya cara mengalahkannya?""Aku ingin lihat dulu. Silakan Ayah dan yang lainnya mencoba lagi," ujar Bayu membuat sang ayah menatapnya dengan mengerutkan alis.Lalu Panji menoleh pada Asmarini dan Miranti sebagai tanda isyarat. Ayah dan kedua menantu kini menyerang bersama.Miranti masih mencoba lagi dengan Pedang Pembelah Langit. Sedangkan Asmarini menari

    Last Updated : 2024-12-10
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 159

    Panji dan yang lainnya pun pamit. Ketika hendak kembali pulang, Bayu memberitahukan tentang tugas yang dia emban dari mertuanya.Karena jaraknya lebih dekat ke istana Kawali, maka terlebih dahulu mereka ke sana untuk memberitahu Senapati Pranajaya tentang Ganggasara. Setelah itu baru pulang ke rumah.***Cara menggunakan Batu Pemutar Waktu yaitu dengan cara menekan kedua ujungnya dengan jari telunjuk dan jempol. Lalu mengucapkan ke mana tempat atau jaman yang ingin dikunjungi."Bawa aku ke tempat atau jaman yang membawa Pusaka Tombak Kawijayan." Begitulah yang diucapkan Bayu ketika menggunakan batu tersebut.Kemudian pemuda ini menunggu sambil mendongak ke langit. Seketika angin berputar di sekeliling tubuh Bayu.Karena Batu Pemutar Waktu hanya bisa digunakan untuk satu orang, maka dengan berat Bayu harus meninggalkan ketiga istrinya. Padahal dia ingin berpetualang dengan mereka.Beberapa saat kemudian langit yang tengah

    Last Updated : 2024-12-10
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 160

    Yang menjadi pimpinan namanya Jayagana, dia seorang panglima kerajaan Sabhara, salah satu bawahan Tarumanagara. Empat orang lainnya adalah bawahannya yang setia.Jayagana ternyata memihak kepada Panglima Angkatan Perang Tarumanagara yaitu Cakrawarman. Rencananya mereka akan bertemu pendukung Cakrawarman lainnya di suatu tempat.Rombongan Jayagana memasuki sebuah kampung kecil. Mereka mengunjungi sebuah rumah yang agak besar. Di dalam rumah tersebut ternyata sudah menunggu beberapa orang lainnya.Jayagana dan empat bawahannya langsung dibawa masuk. Pintu rumah segera ditutup kembali. Namun, tentu saja Bayu bisa menerobos masuk berkat Rompi Halimunan.Di ruang depan yang cukup luas sudah berkumpul empat orang lainnya. Jadi semuanya berjumlah sembilan duduk bersila menyandar ke dinding. Di tengah tampak banyak makanan yang terhidang."Terima kasih, kalian cepat datang sehingga kabar yang kubawa akan segera tersampaikan," kata salah seorang y

    Last Updated : 2024-12-10
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 161

    "Meskipun sudah mengundurkan diri, beliau masih bersedia membimbing. Seperti aku yang akhirnya bisa mengendalikan air dan hujan," ujar Asmarini."Mudah-mudahan saja Nenek Pancasari berumur panjang supaya bisa membimbing Mayang Asih setelah usianya cukup," harap Paramita."Tapi Ayah bisa meminta petunjuk sejak dari sekarang untuk diterapkan nanti kepada Rayi Mayang Asih. Kan, Ayah memiliki kehebatan dalam daya ingat seperti Kang Bayu?" ujar Asmarini."Itu juga bagus, tapi nanti saja. Sekarang kita akan mengadakan syukuran atas kelahiran putriku!""Juga aku!" sambung Nindya Saroya."Kamu?" Panji dan Paramita berbarengan."Mereka bertiga sudah mengandung!" sambar Nini Padma. "Aku sudah memeriksa semuanya. Yang paling tua usia kandungannya yaitu Nden Miranti, kemudian Nden Asmarini dan Nden Nindya!"Panji dan Paramita tertawa bareng. Betapa bahagianya mereka. Baru saja memperoleh anak kedua, sekarang akan mendapatkan cucu se

    Last Updated : 2024-12-11
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 162

    Sepanjang jalan Dadang Koswara menceritakan bahwa dia dihadang beberapa orang yang mengaku sedang mencari dana untuk membiayai pemberontakan Cakrawarman.Orang-orang itu memaksa seperti perampok saja. Sehingga terjadi pertarungan yang tidak seimbang. Dadang Koswara yang memiliki kepandaian biasa saja tidak mampu melawan mereka.Sehingga dia roboh terluka. Barang dagangannya diambil, tapi kereta kudanya ditinggalkan.Menurut Dadang Koswara dia hendak melaporkan hal ini kepada gurunya di desa Kulur.***Sesuai petunjuk, kereta kuda yang membawa Bayu dan Dadang Koswara sampai di sebuah hutan kecil di ujung desa Kulur.Hutan yang jauh dari perkampungan, tapi di hutan itu ada satu rumah panggung kecil terbuat dari papan. Ke situlah tujuan mereka.Bayu memapah Dadang Koswara yang masih dalam keadaan lemah."Sampurasun!" ucap Dadang Koswara lemah dan tersengal-sengal mengatur nafasnya.Dari dalam rumah keluar

    Last Updated : 2024-12-11
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 163

    Bayu menggeleng pelan."Aku hanya tidak puas atas sikap kakakku, tapi aku tetap menghormati keputusan itu,""Terus kenapa memberontak?" tak sadar Bayu bertanya seperti itu karena kepolosannya.Cakrawarman tersenyum. "Aku hanya dimanfaatkan,""Maksud ,Gusti?""Mereka yang mengetahui ketidakpuasanku memanfaatkan hal ini untuk membujukku agar aku memberontak merebut tahta. Dan ternyata yang mendukung juga banyak,""Apakah Gusti Panglima sebenarnya tidak ingin memberontak?"Cakrawarman menggeleng. Tatapannya kosong ke depan."Terus peristiwa penyusup yang hampir membunuh Gusti Maharaja?""Itu fitnah, aku tidak pernah menyuruhnya,""Jadi, sekarang bagaimana?""Sudah terlanjur, aku sudah dinyatakan pemberontak. Sekarang hanya mencoba peruntungan saja," Cakrawarman mendesah.Bayu angguk-angguk kepala. Memang benar apa yang terlihat atau terdengar kadang-kadang berbeda dari kenyataan

    Last Updated : 2024-12-11
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 164

    Sekarang Bayu akan mencari kesempatan untuk mendekati Ganggasara. Tentunya tanpa sepengetahuan sang Panglima."Dia tidak membawa senjata apa pun. Di mana Tombak Kawijayan disimpan?" batin bayu.Malam makin larut, Panglima Cakrawarman telah masuk ke tendanya. Bayu masih di sana. Dia memperhatikan terus gerak-gerik Ganggasara yang sepertinya menunggu kesempatan.Begitu junjungan semua orang di sini beristirahat, pemuda ini langsung pergi entah kemana, tapi dia tidak tahu kalau gerak-geriknya diawasi Bayu dengan mengaktifkan Rompi Halimunan.Di suatu tempat yang jauh dari perkemahan, yang tidak bisa dilihat siapapun. Kecuali Bayu. Ganggasara tampak berdiri seperti menunggu seseorang. Bayu memperhatikan dari atas pohon. Indra pendengarannya dikuatkan sejelas mungkin.Lalu muncul satu sosok pendek bulat. Lelaki berbadan gemuk dan pendek yang wajahnya brewokan sedikit seram. Siapa dia?Dengan seksama Bayu menguping pembicaraan mereka.

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 191

    Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 190

    Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 189

    Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 188

    Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 187

    Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 186

    Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 185

    Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 184

    Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 183

    Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status