Share

Bab 142

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 08:03:08

"Sukarsa mendekati orang yang terjatuh itu yang tidak lain adalah Ki Linggar. Pembunuh itu mengenakan pakaian serba hitam, bentuk tubuhnya biasa saja seperti manusia pada umumnya!"

Rahasti menarik napas agak dalam setelah menuturkan ceritanya.

"Apa yang sedang dikerjakan Ki Linggar waktu itu? Apakah dia sempat mengucapkan sesuatu sebelum meninggal?" tanya Bayu.

"Tak sepatah katapun, mungkin dia sedang hendak kembali ke pondoknya yang masih berada di sekitar tanah milik juragan Taji,"

"Apakah ada petunjuk lainnya?"

Rahasti mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Secarik kain putih kusam dan robek pada salah satu sisinya. Kain ini diletakkan di meja.

Tiba-tiba Bayu langsung mengambil dan memasukannya ke balik ikat pinggang. Untungnya orang lain tidak sempat melihat barang itu karena terhalangi oleh badan Rahasti.

"Itu ditemukan pada genggaman tangan kanan Ki Linggar. Sepertinya ini direbut dari si pembunuh ketika terjadi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 143

    "Aku rasa itu cukup jelas," kata juragan Taji dengan dingin. "Putraku Sukarsa juga belum tidur, dan kalau ada orang masuk, dia pasti mendengar.""Di mana Tuan Muda duduk?" tanya Rahasti."Aku sedang duduk di kamar!" jawab Sukarsa."Yang mana jendelanya?" Nindya Saroya yang bertanya. Semua memandang ke arah letak kamar Sukarsa."Yang paling kiri, di sebelah jendela kamar ayah saya.""Waktu itu tentunya penerangan di kedua kamar itu masih menyala?" tanya Bayu lagi."Jelas.""Nah di sini terjadi beberapa hal yang unik," kata Bayu sambil tersenyum. "Bukankah tak umum kalau seorang pencuri, apalagi yang sudah berpengalaman dengan sengaja masuk ke sebuah rumah padahal dia tahu bahwa paling tidak dua penghuninya belum tidur?""Dia pastilah orang yang nekat." tukas juragan Taji."Tapi dugaan kamu bahwa pencuri itu sudah masuk ke rumah sebelum Ki Linggar memergokinya, aku kira tak masuk akal. Karena kalau demiki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 144

    Sementara anak perempuan juragan Taji yang masih berumur tujuh belas tahun tampak duduk di sebelahnya dan menunduk menahan tangis."Bagaimana bisa mereka membunuh pembantu yang sudah lama dan setia melayani?" tanya Rahasti.Yang lain juga tampak angguk-angguk setuju dengan ucapan Rahasti. Terlebih lagi juragan Taji adalah keluarga terpandang dan baik hati. Jadi tidak mungkin melakukan hal sekeji itu."Coba lihat wajah mereka!" tunjuk Bayu.Semua memandang ke arah ayah dan anak yang kini sudah duduk di lantai, tapi tidak bisa bergerak. Tampak ekspresi wajah yang sedemikian gamblangnya menyatakan pengakuan rasa bersalah.Yang tua nampak begitu bingung dan terkejut, wajahnya menjadi kusam dan murung. Sebaliknya, penampilan anaknya telah berubah sama sekali dari yang sebelumnya ketus dan dingin.Matanya yang hitam legam memancarkan kekejaman sehingga wajahnya yang agak tampan berubah menjadi menakutkan."Inilah yang sebetuln

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 145

    "Aku juga tidak tahu persisnya kapan, tapi dia pendatang yang awalnya membeli tanah milik Ki Rasja. Lalu usahanya berkembang pesat hingga bisa membeli tanah-tanah di sekitarnya dan membangun rumah megah itu,""Apa usahanya?" Miranti yang bertanya."Dia menjalankan usahanya di tempat tinggalnya yang lama. Katanya seorang pedagang besar yang memasok barang ke kota raja,""Aku curiga ini hanya cerita dustanya saja!" duga Asmarini."Bagaimana kau bisa punya anggapan seperti itu?" Rahasti kerutkan dahi karena heran."Dari surat ini!" tunjuk Bayu ke arah surat yang tersusun di lantai."Apa yang bisa kau simpulkan dari tulisan itu?" tanya Rahasti."Sebenarnya Juragan Taji bukan seorang pedagang besar seperti yang kau sebutkan tadi. Dia juga bukan orang kaya. Dia dan keluarganya hanya ketitipan harta yang banyak dan pemilik harta itu adalah orang yang disebut 'Ketua' dalam tulisan ini,"Sekarang Rahasti mengamati tulisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 146

    "Bawa ke balai desa, kurung dan jaga dengan ketat!" perintah Ki Kuwu."Terima kasih pendekar muda!" ucap Kepala Keamanan kemudian kepada Bayu yang sudah berdiri bersama ketiga istrinya."Sudah menjadi kewajiban saya. Ki Kuwu, maaf saya ada keperluan lain,"Kemudian Bayu pamit bersama tiga Istrinya dan Rahasti berjalan seperti terburu-buru. Arahnya menuju rumah juragan Taji."Kenapa ke sini?" tanya Nindya Saroya.Dari jauh tampak rumah yang paling mewah di desa ini dalam keadaan gelap gulita. Sampai kelima orang ini masuk ke pekarangan rumah yang luas itu, tetap tidak menemukan penerangan."Kenapa rumah seperti sudah terbengkalai lama?" Rahasti heran.Bayu langsung masuk lewat pintu utama yang ternyata terbuka sedikit.Di dalamnya begitu gelap dan sepi. Tidak terdengar sedikit pun suara kehidupan. Kalau Bayu dan tiga Istrinya bisa melihat dalam gelap, lain halnya dengan Rahasti.Rahasti segera mencari al

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 147

    "Assalamualaikum!" ucap sosok yang baru datang setelah mendarat. Gerakannya tanpa suara sama sekali, menandakan ilmu meringankan tubuhnya sudah sangat sempurna."Waaalikum salam!" jawab serentak empat orang sambil menjura."Bagaimana Ayah bisa tahu kami berada di sini?" tanya Bayu kepada orang baru datang yang tidak lain adalah Panji Saksana Pendekar Angin Petir. Pertanyaan yang sebenarnya hanya basa basi saja."Untuk apa punya Nini Padma dan Ki Baplang?" tukas sang ayah."Oh, iya. Aku lupa!""Itulah walaupun daya ingatmu sangat kuat, tapi dalam hal ini tetap saja kurang!"Tiga istri Bayu segera sungkem kepada ayah mertua mereka setelah sang suami yang pertama sungkem."Ada keperluan apa kah sehingga Ayah jauh-jauh ngajugjug ke sini?" tanya Bayu."Sepertinya kau melanjutkan bulan madu dengan salah satu istrimu saja. Yang dua sedang dibutuhkan di rumah."Bayu langsung menoleh ke Nindya Saroya. "Saat ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 148

    Kedai tampak terang oleh beberapa damar dan obor. Masih ada beberapa orang pengunjung yang sepertinya orang yang sedang dalam perjalanan.Luhcitra dan lelaki itu langsung menyewa satu kamar. Mereka mengaku sebagai sepasang suami istri agar bisa menempati satu kamar.Sedangkan Bayu dan Nindya Saroya memilih masuk ke kedai. Mereka memesan makanan dan juga kamar untuk menginap.Selesai menghabiskan hidangan, Bayu dan Nindya Saroya segara memasuki kamar sewaannya."Aku akan menyelidiki mereka, apa yang mereka bicarakan, Dinda tunggu saja di sini," kata Bayu kemudian dia mengaktifkan Rompi Halimunan.Sosok Bayu menghilang. Dalam sekejap sudah berada di dalam kamar yang disewa Luhcitra dan pemuda yang diduga Lembana itu. Dia segera pasang telinga.Di dalam, lelaki yang diduga Lembana dan Luhcitra tampak sama-sama berbaring di atas tempat tidur berdampingan. Mereka tidur miring saling berhadapan. Bahkan sepasang tangan mereka melingkar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 149

    Ketika sampai di pantai utara tampak ada satu kapal layar besar berlabuh. Hanya ada satu-satunya. Pantai ini terlihat sepi. Di atas kapal sepertinya sudah ada beberapa awak kapal yang sedang menunggu.Begitu Luhcitra dan Lembana sampai di sana, salah seorang awak kapal langsung turun menyambut dan membawa mereka naik ke kapal tersebut.Tidak lama kemudian rombongan yang membawa kereta kuda berisi peti harta sampai di sana. Kereta tersebut juga naik ke kapal melalui tangga penghubung yang rata.Bayu tentu saja sudah melesat ke atas geladak kapal bersama Nindya Saroya tanpa terlihat orang lain. Mereka berdiri tangan-tangan tiang layar paling besar yang berada di tengah-tengah.Berdiri di sana agar bisa melihat dengan leluasa ke berbagai arah sehingga mudah mengawasi keadaan."Hari masih siang, tidak mungkin akan berlayar sekarang. Pasti menunggu malam di mana angin bergerak ke laut," ujar Bayu."Mungkin masih menunggu yang lain," s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 150

    Ujung pintu tersebut ternyata tengah-tengah ruangan yang lantainya masih ke bawah. Ada undakan tangga lagi untuk turun ke bawah.Yang mengejutkan mereka adalah yang terlihat di lantai. Ada puluhan wanita rata-rata masih muda tampak duduk berkumpul dengan wajah memelas.Ketika Bayu dan Nindya Saroya muncul setelah menonaktifkan Rompi Halimunan, wajah para wanita semakin ketakutan karena kaget tiba-tiba saja ada orang muncul di ujung pintu tanpa terlihat bayangannya sebelumnya."Jangan takut!" seru Nindya Saroya langsung mengerti keadaan mereka.Kemudian sepasang suami istri ini melompat ke bawah. Ternyata para wanita ini tangan dan kakinya dirantai dan dikaitkan satu sama lainnya."Kurang ajar, sudah dikurung masih diikat pula!" maki Nindya Saroya."Kalian ini siapa?" tanya Bayu.Beberapa saat tidak ada yang menjawab karena mengira kedua orang baru datang itu satu komplotan dengan orang yang mengurung mereka di sini.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 191

    Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 190

    Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 189

    Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 188

    Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 187

    Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 186

    Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 185

    Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 184

    Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K

  • PENGENDALI ANGIN PETIR   Bab 183

    Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status