Kedai tampak terang oleh beberapa damar dan obor. Masih ada beberapa orang pengunjung yang sepertinya orang yang sedang dalam perjalanan.
Luhcitra dan lelaki itu langsung menyewa satu kamar. Mereka mengaku sebagai sepasang suami istri agar bisa menempati satu kamar.Sedangkan Bayu dan Nindya Saroya memilih masuk ke kedai. Mereka memesan makanan dan juga kamar untuk menginap.Selesai menghabiskan hidangan, Bayu dan Nindya Saroya segara memasuki kamar sewaannya."Aku akan menyelidiki mereka, apa yang mereka bicarakan, Dinda tunggu saja di sini," kata Bayu kemudian dia mengaktifkan Rompi Halimunan.Sosok Bayu menghilang. Dalam sekejap sudah berada di dalam kamar yang disewa Luhcitra dan pemuda yang diduga Lembana itu. Dia segera pasang telinga.Di dalam, lelaki yang diduga Lembana dan Luhcitra tampak sama-sama berbaring di atas tempat tidur berdampingan. Mereka tidur miring saling berhadapan. Bahkan sepasang tangan mereka melingkarKetika sampai di pantai utara tampak ada satu kapal layar besar berlabuh. Hanya ada satu-satunya. Pantai ini terlihat sepi. Di atas kapal sepertinya sudah ada beberapa awak kapal yang sedang menunggu.Begitu Luhcitra dan Lembana sampai di sana, salah seorang awak kapal langsung turun menyambut dan membawa mereka naik ke kapal tersebut.Tidak lama kemudian rombongan yang membawa kereta kuda berisi peti harta sampai di sana. Kereta tersebut juga naik ke kapal melalui tangga penghubung yang rata.Bayu tentu saja sudah melesat ke atas geladak kapal bersama Nindya Saroya tanpa terlihat orang lain. Mereka berdiri tangan-tangan tiang layar paling besar yang berada di tengah-tengah.Berdiri di sana agar bisa melihat dengan leluasa ke berbagai arah sehingga mudah mengawasi keadaan."Hari masih siang, tidak mungkin akan berlayar sekarang. Pasti menunggu malam di mana angin bergerak ke laut," ujar Bayu."Mungkin masih menunggu yang lain," s
Ujung pintu tersebut ternyata tengah-tengah ruangan yang lantainya masih ke bawah. Ada undakan tangga lagi untuk turun ke bawah.Yang mengejutkan mereka adalah yang terlihat di lantai. Ada puluhan wanita rata-rata masih muda tampak duduk berkumpul dengan wajah memelas.Ketika Bayu dan Nindya Saroya muncul setelah menonaktifkan Rompi Halimunan, wajah para wanita semakin ketakutan karena kaget tiba-tiba saja ada orang muncul di ujung pintu tanpa terlihat bayangannya sebelumnya."Jangan takut!" seru Nindya Saroya langsung mengerti keadaan mereka.Kemudian sepasang suami istri ini melompat ke bawah. Ternyata para wanita ini tangan dan kakinya dirantai dan dikaitkan satu sama lainnya."Kurang ajar, sudah dikurung masih diikat pula!" maki Nindya Saroya."Kalian ini siapa?" tanya Bayu.Beberapa saat tidak ada yang menjawab karena mengira kedua orang baru datang itu satu komplotan dengan orang yang mengurung mereka di sini.
Kini sosok Ki Ula Sendok berupa badan ular raksasa yang bagian atasnya terdapat tiga ular yang lebih kecil yaitu dari dua tangan dan lehernya.Sebelum mendapatkan resiko berbahaya, Bayu segera lakukan tindakan. Dia hentakkan satu kaki ke bawah sambil merapal mantra."Membelah Tanah Menarik Sukma!"Dess!Tempat di mana Ki Ula Sendok berdiri terbelah. Lalu dari dalam seperti ada kekuatan yang menarik kedua kaki manusia ular tersebut sehingga amblas ke bawah.Rett!Bagian yang belah tadi kembali menutup dan menggencet kaki Ki Ula Sendok. Manusia ular kaget bukan main ketika kedua kakinya tidak bisa digerakkan."Apa lagi ini?""Wah, ternyata bisa membelah batu juga!" ujar Bayu tampak senang. Dia mengira ilmu ini hanya untuk membelah tanah saja.Akhirnya Ki Ula Sendok hanya meliuk-liuk saja. Menyerang Bayu dengan tiga kepala ularnya tidak bisa, sementara kedua kakinya terkunci."Untung kau tidak ber
Sementara Nindya Saroya sendiri langsung mengendap di balik gundukan peti berisi harta.Rupanya dia melihat ada beberapa orang yang baru saja menaruh peti harta di sini. Tentu saja peti yang baru dibawa dari kapal.Untungnya orang-orang itu sudah keluar dan menutup pintu ruangan ini yang juga berupa lembaran batu.Setelah memastikan aman, barulah Nindya Saroya menyuruh para wanita itu masuk. Mereka langsung tercengang melihat tumpukan peti kayu.Ada salah satu yang tampak terbuka karena muatannya terlalu banyak sehingga tidak bisa ditutup. Isi di dalamnya itulah yang membuat tercengang.Berupa gundukan perhiasan emas. Walaupun tampak menggiurkan, apalagi mereka wanita yang suka perhiasan, tapi mereka lebih memikirkan nyawa sendiri.Sementara Nindya Saroya sudah berada di dekat pintu. Rapat tiada celah sedikit pun, tapi udara masih bisa masuk. Seandainya dia punya Rompi Halimunan, dia bisa menembus pintu batu tersebut."T
Rupanya tenaga dalam Lembana masih imbang dengan Nindya Saroya. Mungkin kelebihannya memiliki ilmu yang bisa mengeluarkan racun ular kobra.Nindya Saroya harus hati-hati dengan ilmu tersebut. Untuk itu dia mencegah lawan mengeluarkannya dengan terus menyerang Lembana bertubi-tubi.Murid Ki Grengseng ini mengeluarkan semua kemampuan demi merobohkan lawan yang merupakan murid pengkhianat yang telah melukai gurunya.Sementara Luhcitra tampak bingung harus bagaimana ia bertindak. Tidak mungkin dia ikut campur dalam pertarungan antara Bayu dengan Ki Ula Sendok.Sedangkan dia sendiri ragu hendak membantu kekasihnya. Tidak disangka rencananya akan menghadapi hambatan berat seperti ini.Apalagi setelah tahu suami Nindya Saroya adalah yang bergelar Si Pengendali Angin Petir. Menurutnya Lembana tidak akan bisa mewujudkan rencananya.Melihat Ki Ula Sendok sendiri tampak tengah kepayahan menghadapi Bayu. Tubuh manusia ular yang tadinya raksa
Sujiwati tidak bersuara sama sekali. Keadaannya benar-benar lemah. Kesaktian yang dia miliki seolah terkunci sehingga tak bisa digunakan.Akhirnya gadis ini seperti orang gila dalam pasungan. Bahkan ketika ditinggal Soca Srenggi keluar, dia tidak mampu membuka pintu.Seperti saat ini, Soca Srenggi sudah keluar hendak menemui seseorang dan membuat perhitungan dengannya.Dia meninggalkan perguruan dengan menunggangi kuda. Dia melarikan kuda tersebut ke arah barat. Perjalanan yang akan ditentukan cukup jauh.Dalam perjalanan itu terbayang kembali kejadian tempo dulu yang telah membuat hancur hatinya.Tiga puluh tahun lalu, ketika Soca Srenggi masih sosok pemuda gagah nan tampan dan belum lama terjun ke dunia persilatan. Waktu itu dia belum beralih halauan menjadi golongan hitam.Soca Srenggi muda berkenalan dengan seorang gadis, tapi sayangnya gadis itu anak pendekar golongan hitam. Padahal dia sudah kepincut hatinya oleh gadis ters
"Bunuh saja aku kalau membuat hatimu puas!" ujar Mandita. Sepertinya dia sudah pasrah.Dia memang sudah tua dan mungkin sudah saatnya ajal datang menjemput, tapi dia masih berkubang dalam lumpur hitam. Belum tobat, karena dia punya rencana menjadi orang baik."Selama aku hidup, hatiku selalu tersiksa bila mengingat penghinaanmu. Untuk apa aku mempercepat kematianmu. Aku ingin melihatmu merintih kesakitan terlebih dahulu!"Soca Srenggi mendekat, lalu salah satu kakinya menendang betis kana Mandita.Krekk!"Aaah...!"Betis kanan nenek ini patah, membuat Mandita tidak seimbang berdiri sehingga roboh ke tanah sambil menjerit kesakitan.Krakk!"Oooh.... Bunuh saja aku Soca Srenggi!" teriak Mandita ketika lelaki itu menginjak tangan kirinya hingga patah lagi."Sabar, sedikit-sedikit," ujar Soca Srenggi.Krekk! Krekk!Tangan dan kaki Mandita yang satunya kini menjadi sasaran. Nenek tua ini se
Tubuh Asmarini lebih berat, lebih berisi, tapi tetap ramping. Sepasang gunung kembarnya juga terasa lebih padat saat mengganjal dalam rangkulan.Namun, antara keduanya memiliki sensasi kenikmatan yang berbeda yang membuat Bayu selalu bergairah. Termasuk istri ketiganya yaitu Miranti."Ini aku, Kang. Bukan Miranti atau Nindya Saroya!" ucapan Asmarini sedikit mengagetkan Bayu. Pemuda ini langsung merundukkan kepalanya, mencium leher si istri."Ah! Nanti jatuh, Kang!" jerit Asmarini."Tidak akan, aku bisa saja membuat angin jadi kasur. Sepertinya bercinta di awang-awang menyenangkan!""Jangan macam-macam, Kang. Apa tidak malu dilihat banyak orang di bawah?""Tidak akan bisa lihat, aku akan bawa Nya ke angkasa yang paling tinggi!""Tidak, ah! Nanti saja, aku inggis. Kita sedang menjalankan tugas!"Bayu mengekeh. Menambah kecepatan. Asmarini semakin erat merangkul suaminya. Kiranya Bayu hanya menggoda saja. Tidak sun
Bayu keluarkan semua ilmu yang dimiliki satu persatu dilepaskan menghajar Buta Koneng. Terutama dari kesaktian Dewa Petir dan Dewa Angin. Sett! Derr! Dimulai dari Ilmu Tinju Bayu. Pukulan yang terbentuk dari angin yang dipadatkan. Tinju ini bisa merobohkan bukit. Namun, sosok Buta Koneng tak sedikit pun goyah. Yang terjadi malah tercipta serangan balik serupa mengancam si pemiliknya. Bayu bukannya tidak tahu hal tersebut. Dia memang sengaja dan tentunya sudah punya antisipasi agar serangan balik itu tidak mengenai dirinya seperti yang dialami empat pemimpin kelompok. Di saat yang tepat, Rompi Halimunan langsung aktif. Sosok Bayu tiba-tiba lenyap sehingga serangan balik tersebut hanya menemui sasaran kosong. "Hah!" Buta Koneng terkejut bukan main. Padahal dia memperkirakan lawannya akan hancur oleh ilmunya sendiri, tapi mengapa bisa begitu? Bayu sudah muncul lagi. Dia melepasliark
Hawa sakti sangat kuat menebar di seantero tempat. Ki Sela Waru bersama pengikutnya beringsut mundur hingga cukup jauh.Begitu pula empat pemimpin kelompok walaupun dalam keadaan terluka berat, mereka berusaha menjauh dari arena pertarungan.Termasuk Panji Saksana, tapi tidak jauh seperti yang lainnya. Sedangkan di tempat lain, para pendekar golongan putih menantikan pertarungan yang pasti akan sengit.Hawa sakti tersebut berasal dari Bayu yang mengerahkan seluruh kesaktian yang dimiliki. Tenaga Angin, Petir, Bintang, kesaktian Kitab Aksara Sakti dan Kitab Buana Sampurna."Keluarkan semua kekuatan yang kau punya, Bocah!" teriak Buta Koneng masih percaya diri dengan Ilmu Raga Waja yang belum terkalahkan.Namun, setelah memamerkan kekuatannya, Bayu masih tampak berdiri tenang, sepertinya tidak akan melakukan serangan."Apa maksud anak ini?" batin Panji Saksana.Sebelum ke pertarungan antara Bayu dengan Buta Koneng. Tampak
Pertarungan empat pemimpin kelompok melawan Buta Koneng terus berlangsung. Tokoh masa lalu yang bangkit lagi ini tampak sangat percaya diri dengan ilmunya.Buta Koneng membiarkan dirinya diserang sedemikian rupa. Ilmu Raga Waja membuat badannya kebal seperti baja.Ilmu ini memang mirip dengan ilmu yang dimiliki Soca Srenggi dulu setelah memakan telur badak siluman. Ilmu ini juga membuat pemiliknya hidup abadi sampai dunia kiamat.Yang pertama Ki Mandu Reksa melepaskan pukulan dengan tenaga dalam besar, menggunakan ilmu yang baru saja di dapat dari janin milik Nindya Saroya.Wutt!Segelombang angin kuat melesat menghantam dada Buta Koneng laksana tinju raksasa yang hendak mendobrak gunung.Dess! Wutt!Ki Mandu Reksa kaget bukan main, serangannya tidak mempan terhadap tubuh lawan. Malah seperti berbalik menghantam diri sendiri sampai tubuhnya terpental lalu jatuh.Brukk!"Uakh! Sialan keparat!"K
Kaki gunung Salak sebelah barat.Malam hari terasa mencekam. Hawa membunuh berkeliaran. Satu persatu kelompok yang berambisi ingin menjadi yang terkuat di dunia persilatan telah sampai di sana.Mereka tidak meneruskan naik ke lereng. Terlalu dekat dengan sarang musuh akan sangat berbahaya. Empat kelompok tersebut akan memancing Buta Koneng turun.Kalau memang merasa paling kuat pasti akan turun. Jika ingin menjaga harga diri, maka harus menyongsong musuh ke depan. Bukan menunggu.Hal ini disadari oleh Buta Koneng sendiri. Walau dianjurkan untuk tetap menunggu di markas oleh anak buahnya, sosok tinggi besar ini tidak ingin kehilangan muka."Kita akan hadapi mereka di bawah. Semua bersiap, saat menggenggam dunia persilatan!"Maka Buta Koneng segera memimpin pengikutnya untuk turun gunung.Sebelum sampai ke kaki gunung, masih di lereng yang agak tinggi, kelompok Buta Koneng mengawasi ke bawah.Meski malam gelap, ta
Buta Koneng menoleh kepada orang yang berbicara tadi. Lelaki setengah baya. Setelah dipindai, tenaga dalam orang ini masih di bawah Ki Sela Waru.Bahkan Ki Sela Waru sendiri tampak heran mendengarnya. Jelas raut wajahnya menunjukkan tidak suka."Kau jangan lancang bicara!" sentak Ki Sela Waru, tapi dengan suara pelan dan ditekan hampir berbisik."Siapa yang kau maksud orang yang akan merintangi langkahku?" tanya Buta Koneng. Suara hempasan napasnya bagai tiupan angin keras."Saya mendapatkan keterangan bahwa ada beberapa kelompok yang berhasil mendapatkan kekuatan sakti dari janin anak-anaknya Bayu Bentar," jawab lelaki setengah baya salah satu anak buah Ki Sela Waru tadi."Maksudmu kesaktian alami yang dimiliki calon anak-anaknya Bayu Bentar?" tanya Ki Sela Waru karena dia juga sempat mendengar kabar tersebut.Bahkan dia juga telah merencanakan akan menculik tiga istri Bayu setelah berhasil membangkitkan Buta Koneng, tapi ternya
Orang tua berpakaian serba hitam ini memiliki rambut keriting diikat kepala warna merah. Wajahnya kelimis tirus dan keriput. Kedua matanya tampak cekung, tapi sorotnya sangat tajam."Usia kandungannya masih muda. Nanti kalau sudah lebih dari empat purnama, baru aku bisa menyedot kesaktian alami yang ada dalam janinnya. Masukkan dia ke kamarku!"Dua orang yang tadi membawa Nindya Saroya segera memindahkan wanita yang sudah tak sadarkan diri itu ke dalam kamar lelaki serba hitam ini.Kamar yang dimaksud ternyata berada di balik ruangan ini. Di belakang lelaki tua tersebut, tepat pada sudut ruangan ternyata ada sebuah pintu batu yang dibuka dengan cara dorong lalu digeser ke kiri.Setelah terbuka, barulah kamar lelaki tua itu terlihat dari luar. Nindya Saroya dimasukkan ke sana. Di baringkan di atas tempat tidur terbuat dari kayu. Dua orang tadi sudah keluar lagi.Sementara Santana palsu memperhatikan setiap sudut ruangan sembari menyesuaika
Yang keluar adalah Nindya Saroya dari pintu belakang rumah. Dia hendak memetik sayuran di kebun. Istri kedua Bayu ini tampak tenang saja melangkah memasuki kebun.Sementara beberapa sosok yang mengepung rumah Panji langsung bergerak cepat. Terutama yang paling dekat dengan sasaran.Ilmu meringankan tubuh mereka cukup sempurna sehingga tidak bisa dirasakan oleh sasaran yang terus masuk ke kebun seolah tidak ada yang mengintainya.Kemudian dua sosok berkelebat paling cepat menyambar tubuh Nindya Saroya bagaikan elang mencengkram ayam. Secepat kilat pula kedua sosok tersebut langsung menghilang membawa Nindya Saroya.Begitu terlihat sasaran berhasil ditangkap, yang lainnya segera kembali ke tempat masing-masing. Menunggu buruan berikutnya keluar.Dua sosok yang berhasil membawa Nindya Saroya berhenti berkelebat ketika bertemu seseorang. Tubuh si Mawar Jingga dipanggul salah seorang. Rupanya mereka telah menotok wanita tersebut sehingga tidak
Sempat terpikir pula, dia bisa saja bolak balik pindah jaman agar bisa bersama semua wanita yang dia miliki. Namun, semua itu juga harus diawali dengan kejujuran.Bisa jadi Arumi malah ingin ikut ke masa depan. Dengan demikian istrinya menjadi empat. Apakah Bayu mampu berbuat adil terhadap mereka.Namun, akhirnya Bayu harus memantapkan hati. Memilih satu jaman untuk menjalani kehidupannya sampai akhir hayat nanti.Kalau menurutkan kata hati, maka tidak akan ada habisnya menuruti hawa nafsu. Ya, bisa jadi rasa ketertarikan kepada Arumi sekarang hanyalah nafsu belaka.Bayu sudah punya tiga istri di jamannya. Jangan sampai jadi manusia serakah. Dia bukan raja yang bisa memiliki banyak selir.Setelah berpikir matang akhirnya Bayu menunjukkan cara berpindah ke jaman yang berbeda menggunakan Batu Pemutar Waktu.Bayu menatap Arumi saat dua jarinya sudah siap menekan ujung batu tersebut."Jaga diri baik-baik. Kau wanita hebat. K
Yang paling mencolok adalah di belakang rumah kayu tersebut ada sebuah kolam kecil. Di dalam kolam itu terlihat satu sosok mengambang seperti bangkai.Sosok ini menghadap ke atas sehingga jelas rupanya, yaitu seorang wanita cantik. Sepertinya masih gadis. Tubuhnya mungil terbalut kain sinjang basah sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang indah.Bayu tidak mempedulikan dulu wanita cantik dalam kolam kecil itu, dia menembus atap masuk ke rumah. Di dalam sana bau kemenyan sangat tebal.Bahkan sepertinya seluruh ruangan rumah terpenuhi asal kemenyan yang entah berada di mana asalnya karena Bayu tidak menemukan tempat pembakaran kemenyan di dalam sana.Ganggasara juga masuk ke sana. Dia bergerak ke sudut sebelah kiri. Di situlah terlihat satu benda panjang dibungkus kain hitam tebal tersampir di dinding.Bayu merasakan aura sakti kuat dari benda panjang tersebut. Auranya sesuai dengan petunjuk ahli senjata di istana Kawali. Tombak Kawijayan.