Clayton terdengar acuh tak acuh, "Silakan saja, coba saja laporkan. Kita lihat siapa yang lebih dulu masuk penjara, aku atau ibumu yang lebih dulu ke neraka."Aku menutup mata. Bayangan wajah ibuku yang pucat dan tak berdaya muncul di benakku. "Setelah Ibu sembuh, kita pergi lihat gunung dan salju sama-sama ya, Vanessa. Vanessa-ku benar-benar sudah banyak berkorban."Suaraku terdengar serak dan berat, "Clayton, aku setuju untuk tetap berada di sisimu."Clayton bertanya, "Yakin nggak akan pernah ngungkit mau pergi lagi?""Ya.""Aku nggak dengar, coba ulangi sekali lagi."Aku menutup mata, lalu mengulangi dengan suara yang gemetaran, "Aku, Vanessa, berjanji nggak akan pernah meninggalkan Clayton!"Clayton tertawa puas. Kemudian, dia menutup telepon.Malam itu, aku mengikuti orang yang diutus Clayton untuk menemuinya. Clayton hanya duduk di sana dengan sebatang rokok di jarinya. Asap rokok itu mengepul, membuat wajahnya terlihat samar-samarAku tidak tahan lagi, dan bertanya dengan getir,
Baca selengkapnya